Nada dering telepon terdengar jelas dari balik tasku. Aku sendiri baru tiba, duduk santai di kursi ruang tangah. Sambil bersandar, kujawab telepon tersebut yang ternyata berasal dari Sultan.

"Yup, hallow," jawabku pelan. Kakiku selonjor di kursi satunya agi.

Baru melangkah di koridor menuju lift, tetiba ada suara memanggil namaku dan derap langkah setengah berlari. Kok terkenal di gedung D yang baru kukunjungi, padahal aku pakai masker? Wkwkwk.

Pemuda itu cengar-cengir menatapku, "Bu Hanum, kan?"

Aku terdiam, mencoba memanggil ingatan yang terdalam. Setengah gagal, Kawan. Wajahnya sepertinya memang pernah mampir dalam ingatan, tapi, swear, ga ingat samsek namanya.

"Hafidz, Bu, 2010."

Perlahan memori itu berkelana, mencoba menyatukan kepingan pudar.

"Saya kuliah di sini, Bu, S2," katanya bangga.

Ah, tak penting lagi memori itu dipanggil. Di hadapanku kini, seorang alumnus MAN 3 Jakarta, yang tak lupa dengan gurunya. Guru baru di tahun 2010. Kini ia bekerja di Kominfo, bagian sertifikasi. Duh. Di antara banyak hikmah, inilah yang termasuk membahagiakan.

"Salam takzim buat para guru MAN 3," kata Hafidz.