Kerak Telor
Setelah dua tahun berlalu, akhirnya ketemu juga penjual kerak telor. Dari kemarin, orang serumah sudah sering menyebut jenis penganan khas Betawi ini. Maklumlah, sebagai warga yang taat pada peraturan pemerintah, kami nyaris tidak pernah keluar rumah kecuali hal yang penting dan mendesak. COntohnya, mencari kerak telor ini, hahaha.
Kenapa mencari kerak telor ini saya tulis sebagai hal yang penting dan mendesak. Alasan kerinduan dan kebosanan yang mendominasi. Keluarga butuh variasi makanan. Memang sudah beragam jenis makanan bergantian disuguhkan. Kerak telor ini termasuk jenis makanan yang sulit dicari di era pandemi. Wajarlah, jika keturunan Betawi merindukannya.
Kenapa tidak cari di g**b, g***k, atau s****e? Kebutuhan keluar dari rutinitas di rumah, mencari makanan yang ngangenin suasana normal, mencari udara segar, meninggalkan aktivitas meeting online, dan semacam itulah yang membuat kerak telor menjadi hal penting dan mendesak untuk segera ditunaikan.
Keranjang pikul itu mestinya berada di pinggir jalan, sehingga patokan mata mencari adalah jika ada orang yang duduk di dingklik. Jika orang itu memegang wajan bergagang di tangan kiri dan sebilah kipas di tangan kanan, mungkin itu penjual kerak telor yang dicari. Tap, mata memandang, dan sepeda motor segera menepi. Menyapa penjual yang menggunakan baju kotak-kotak. Perempuan. Di sebelahnya ada seorang laki-laki berkaos putih.
"Bang, kerak telornya 15 ya," sapa pengendara motor.
Si bapak dan ibu penjual itu menengadah, kaget. Lima belas? Beras ketan dan saurnya stoknya selalu ada. Tapi, telor bebeknya hanya ada delapan. Hanya cukup untuk depalan bungkus.
"Baik, Pak. Saya cari dulu telor bebeknya ya yang 7 ya. Bu, kerjain yang ada dulu. Saya segera kembali." Penjual yang laki-laki berkata seterang syukurnya kepada Ilahi.
Ia baru mulai berjualan setelah kios percetakan ini tutup. Baru lima belas menit setelah azan magrib berkumandang, ia meletakkan keranjang pikulnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasan penuh hikmah Bu Hanum. Sukses selalu Bu Hanum. Salam literasi.