Lima hari yang lalu (11/1/2019), saya diberikan daging durian oleh teman kantor, namun bukan durian mentah, tapi sudah diolah atau dimasak.

Keesokan harinya, istriku menyajikannya dengan cara digoreng dengan dilapisi tepung terigu. Sayapun menyicipinya dan memujinya "enak, lezat dan nikmat", terima kasih koki hebatku.

Mungkin karena pujianku, tiba-tiba muncul ide dari istriku, menjadikan daging durian tersebut menjadi produk olahan industri rumah tangga. Tahap pertama yang dia lakukan adalah ujicoba daya tahan produk layak konsumsi. Tahap kedua, desain kemasan dan penentuan merk dagang. Tahap ketiga, pendaftaran penyuluhan keamanan pangan untuk memperoleh P-IRT di Dinas Kesehatan.

Merk dagang yang dipilih yakni Dampo Durian, sebelumnya muncul opsi: Tempoya Durian dan Cryspi Durian. Dampo durian dipilih, karena lebih familiar, baik bagi masyarakat Mamuju maupun di luar Mamuju.

Keterampilan Dampo Durian merupakan salah satu jenis keterampilan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) bagi masyarakat yang baru saja melek aksara, untuk menjaga kelestarian baca, tulis dan hitung.

Apakah keterampilan Dampo Durian bisa dimasukkan sebagai program kurus dan pelatihan atau PKW? Bisa Ya, bisa Tidak. Tergantung bentuk kompleksitas pengolahannya dan durasi waktu yang dibutuhkan untuk melatihkan kepada peserta didik, hingga mampu. Jika keterampilan Dampo Durian cukup 1 bulan atau 86 jam pelajajaran, termasuk muatan kewirausahaannya. Maka cocoknya program KUM saja. Artinya tidak perlu waktu 200 JP atau 2,5 bulan, sebagaimana durasi waktu, pelaksanaan program PKW.