Senin, 31 Juli 2017

14.12

Hari ini aku harus mulai mengatur waktu.Besuk pagi awal pertama aku menguatkan niat dan tekadku untuk menulis.Entah apa yang akan kutulis yang penting setiap hari aku harus bisa menghabiskan minimal dua halaman.

Komitmen dalam sebulan minim limapuluh halaman.Aku tidak akan peduli apakah hal yang akan kutulis nanti hal yang penting dan bermanfaat untuk dibaca orang lain atau tidak.Aku ingin membuktikan bahwa menulis itu sama halnya dengan bertutur tapi tidak dengan lisan.Menulis itu bertutur dengan bahasa tulis.

Aku jadi ingat seorang teman yang pernah mengalami stroke. Dia tidak bisa berbicara.Untuk menyampaikan maksud dan keinginannya dia utarakan dengan tulisan.Jadi di sampingnya selalu ada kertas dan bolpen. Apapun yang dia mau dia tulis.Cara itu bisa agak mengurangi bebannya. Ternyata komunikasi berjalan lancar.Dia bisa mengutarakan kesedihannya lewat tulisan.Tidak terjadi kesalahpahaman diantara dia dan saudara-saudara yang merawatnya. Mereka bisa memotivasinya untuk mencoba tetap berbicara. Komunikasi lewat tulisan menjembatani kemauan antara si sakit dan saudaranya. Perlahan namun pasti teman saya mau belajar bicara lagi tanpa dipaksa.Lama kelamaan akhirnya temanku bisa sembuh.Kini diapun bisa pulih lagi setelah menjalani terapi.

Apa yang bisa saya ambil dari pengalaman ini? Saya bisa meyakinkan diri bahwa menulis itu sama halnya bertutur mengutarakan isi hati lewat pena.Disaat tidak ada teman yang membersamai kita, kita pun bisa tetap bisa curhat.Curhatnya di buku catatan atau buku harian.Marilah kita belajar bertutur lewat pena.Marilah kita belajar menulis.