Harini

Bismillah...menulis adalah ungkapan hati dan pikiran yang tidak diucapkan. (Harini Wijaya) Selalu ingin belajar menjadi lebih baik, bermodal kemauan dan kesabar...

Selengkapnya
Navigasi Web
PAKETAN TAK TERDUGA

PAKETAN TAK TERDUGA

Hari ini begitu istimewa. Seorang sahabat mengirim paketan yang tak terduga. Satu masakan istimewa yang diolah pasti dengan penuh rasa cinta. Betapa tidak? Masakan seorang isteri yang khusus dibuat untuk makan siang suami. Diantar tengah hari, saat istirahat dan saat si perut minta diisi. Siapapun tak kan bisa memungkiri. Kenikmatan rasa masakan yang dibuat oleh isteri tercinta. Rasa lezatnyapun pasti tak terkira.

Beruntungnya ada di saya. Meskipun belum bisa langsung menikmatinya. Tapi saya bisa tersenyum ketika melihat ada bingkisan di atas meja. Ditulis nama saya di atasnya. Tulisannyapun unik. Mengingatkan saya pada panggilan yang dibuat oleh anak-anak didik saya.

Sesuai pesannya yang ditulis lewat WA. Begitu sampai di rumah, saya taruh paketan di dalam lemari es. Ah, tahu saja sobat ini. Kebiasaan saya adalah ‘menghangatkan’. Bukan menghangatkan suasana atau menghangatkan yang lainnya. Tapi menghangatkan makanan. Jadi, tidak aneh jika sebelum makan, saya selalu menghangatkannya terlebih dahulu.

Kalau menurut suami, katanya ibu-ibu sekarang punya kebiasaan “manas-manasi.” Maksudnya ya manasi sayur. Khususnya ibu-ibu yang jarang memasak. Ibu-ibu yang suka beli sayur matang dan di rumah tinggal manasi lagi kalau sayurnya sudah dingin. Mungkin yang dimaksud suami adalah saya. Karena beliau tidak tega menyampaikan kepada saya, ya beliau sebut ibu-ibu. Biar sepertinya tidak langsung tertuju kepada saya. Saya memang beda dengan satu dari sahabat saya yang rajin masak ini.

Kembali ke paketan sahabat tadi. Ketika tiba saatnya, maka saya buka paketan dan saya tuang di atas panci kecil untuk dihangatkan. Lembut sekali tekstur masakannya. Bau aroma jagung terasa di hidung. Ada rasa tidak sabar untuk segera mencicipi. Bubur jagung umi Mia. Itu isi paketan yang saya terima.

Saya bagi dengan anak gadis saya. Saya jadi ingat. Setiap jumat pagi ketika jalan sehat. Saya dan teman sering membeli masakan seperti ini. Rasanya tidak jauh berbeda. Gurih, manis dan lembutnya terasa. Yang paling saya suka adalah butiran jagung yang memberi sensasi di lidah dan terasa ada yang sedikit dikunyah.

“Hemmh”, benar apa yang dia kata. Lezatnya masakan umi Mia. Ada satu hal yang buat saya takutkan. Bagaimana jika saya jadi ketagihan? Dengan tenang dia tulis jawaban. “Silakan datang tuk singgah ke rumah..!” Tidak hanya pandai memasak, pandai pula dia mengimbangi basa-basi saya. “Jazakillah khoyr, umi Mia...” Pertanyaan di awal obrolan dengan umi Mia, mengingatkan pada hadist yang pernah saya baca.

Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Better than never ya selamat berbuka puasa Kemasannya cantik, suka membacanya

18 Jan
Balas

Makasih Bunda...

18 Jan
Balas



search

New Post