Harini

Bismillah...menulis adalah ungkapan hati dan pikiran yang tidak diucapkan. (Harini Wijaya) Selalu ingin belajar menjadi lebih baik, bermodal kemauan dan kesabar...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sabtu di Ibukota

Sabtu di Ibukota

Liburan yang menyenangkan. Ketika liburan tidak direncanakan bisa berjalan lancar, sungguh satu hal yang pantas disyukuri. Berawal dari keinginan anak wedok yang ingin merasakan naik pesawat terbang. Alhamdulillah pas lihat kalender ada tanggal merah di hari Sabtu. Dimulailah pemesanan tiket dua Minggu sebelum nya.

Atas kebaikan keponakan dan ibunya, saya dipesankan tiket. Kami pergi berempat. Jadilah kakak, adik , anak perempuan dan saya berlibur di Jakarta. Tujuan kami di rumah adik bungsu. Dia tinggal di sebuah apartemen di Jakarta. Suaminya yang bekerja di sebuah restoran di Jakarta mendapat fasilitas sebuah apartemen.

Pengalaman pertama didapat ketika berangkat ke bandara. Kurang jelinya kami membaca tiket hampir membuat kami ketinggalan pesawat. Alhamdulillah Allah masih mengizinkan. Begitu kami masuk ruang tunggu langsung terdengar panggilan penumpang masuk pesawat. Sampai di dalam sudah hampir penuh. Setelah duapuluh menit pesawat kami lepas landas dari bandara Adi Sumarmo menuju ke Halim Perdanakusuma.

Tiba di bandara internasional Halim Perdanakusuma adik bungsu kami sudah menjemput. Kami dibawa naik ke mobil merahnya yang mungil. Empat penumpang sudah memenuhi mobil itu. Perut anak gadisku yang tadi pagi belum diisi bersuara. “Ibu, aku lapar”, keluar juga kalimat itu. Aku pun usul untuk makan dulu sebelum menuju ke apartemen adik bungsuku.

Kami diajak ke sebuah tempat makan yang cukup luas. Tapi begitu sampai ada sambutan yang kurang nyaman. Sesekali mampir di hidung kami bau tak sedap aroma tanah basah dari tong sampah. Sudah kepalang basah karena pantat terlanjur nempel di kursi. Mulailah kami lihat-lihat warung di kanan kiri yang menempel kan menu makanan. Pilihan jatuh di menu tongseng, nasi Coto dan seblak.

Sekali lagi saya kurang teliti. Saya lupa ikutan pilih Coto, padahal menu ini ada bahan jerohan sapi. Saya tergolong pasien yang rentan dengan kolesterol. Karena terlanjur pesan dan ada senjata obat penetral kolesterol, akhirnya masuk juga makanan itu ke dalam perut. Dengan tidak lupa mengucap bismillah dan astaghfirullah buat kenekatan saya melanggar pantangan.

Setelah kenyang kami meluncur ke apartemen adik. Jalan tidak macet seperti yang saya bayangkan. Barangkali karena hari libur jadi tidak banyak aktivitas atau banyak orang Jakarta yang sudah pergi berlibur di tempat lain. Perjalanan kami nikmati dengan memandang gedung-gedung yang menjulang tinggi. Tidak sampai lama kami tiba di apartemen yang letaknya berada diantara gedung bertingkat di dekat kawasan perbelanjaan. Begitu masuk apartemen langsung kami rebahkan badan, melepas kepenatan. Akhirnya kami pun bisa bobok siang.

Setelah bangun kami mengerjakan sholat dhuhur jamak qoshor dengan sholat ashar. Kemudian kami mulai jalan-jalan di mall dekat apartemen. Namanya saja sebuah Mall, tak heran jika barang-barang di sana tergolong mahal bagi saya. Maklum, saya bukan termasuk pelanggan toko semacam itu. Saya hampir tidak pernah pergi ke Mall di Solo. Maka saya hanya menguntit saja. Kakak dan adikku belanja kerudung model motif seharga seratus dapat lima. Hampir satu setengah jam di Mall kami kemudian turun. Di depan pusat belanja itu kami beristirahat. Sambil memesan segelas lemonbtea hangat kami menikmati pemandangan sore hari. Jalan raya di depan Mall mulai macet. Kami ngobrol seputar kehidupan Jakarta. Kenapa orang-orang Jakarta tetap kerasan tinggal di kota dengan kemacetan yang luar biasa setiap hari.

Menjelang senja kami kembali ke apartemen. Bergantian kami mandi. Apartemen ini didesain hanya untuk sepasang penghuninya. Ruang tamu yang berdekatan dengan dapur dan bersebelahan dengan kamar mandi. Masuk ke dalam menuju satu kamar tidur. Tirai kamar tidur dibuka ada celah setengah meter kali satu meter untuk sekedar mengangguk-anggukkan jemuran. Jendela kamar menghadap ke kolam renang membuat nyaman pemandangan. Senang menatap air kolam biru jernih dan segar.

Selesai mandi kami siap memenuhi undangan makan malam. Sengaja berangkat lebih awal agar macetnya perjalanan tidak menjadi penghalang perjalanan ke restoran. Justru kami ingin menikmati pemandangan di sepanjang jalan yang macet. Perhitungan kami tidak benar sepenuhnya. Jalana tidak macet, walau padat tapi tetap bisa merayap. Akhirnya sampai juga di restoran tempat suami adik bekerja.

Sebuah restoran khusus masakan Arab. Begitu masuk dan naik ke lantai dua sudah disambut dengan lagu berirama gambus. Suami adik menelpon, kami ditunggu di lantai lima. Suasana di lantai lima lebih tenang. Tidak ada suara musik di sana. Ruangannya lebih romantis dengan lampu yang tidak terang tapi juga tidak remang-remang. Ada beberapa pelanggan yang ngobrol dengan pasangan, ada yang mengisap shisha, ada juga yang duduk sendirian di pojok sambil menatap ke laptop.

Kami duduk di tempat yang cukup longgar,dekat mushola. Tak lama dua keponakan laki-laki saya datang. Disusul berdatangan beberapa kelompok pelanggan. Kelihatannya mereka satu keluarga. Wajahnya mirip-mirip. Hampir semua pengunjung di sini adalah orang Arab. Kami pun ngobrol dan berbasa-basi. Suami adikku ikut menemani. Bahasa Indonesia nya sudah mulai lancar. Ada beberapa kata yang masih terdengar lucu didengar dengan logat arabnya.

Mulailah pesanan makanan bermunculan di meja makan. Tadi sebelum berangkat adik bungsuku berpesan, nnati kalau disodori buku menu, pura-pura saja melihat. Pesanan sudah dipilihkan. Kami menurut saja. Toh kami tidak paham dengan sajian masakan restoran Arab. Tapi melihat gambarnya.. hemmh semua kelihatan laziidu jiddan.

Kami ngobrol seputar lingkungan rumah makan ala timur tengah. Restoran yang bernama Al Jazeera Signature ini menyajikan menu masakan Arab. Restoran ini terdiri dari lima lantai. Semua ruang ditata ala suasana timur tengah. Pemandangan malam itu terlihat indah. Keramahan pegawai yang melayani pelanggan membuat suasana bertambah nyaman.

Tak lama muncullah menu di depan kami. Hidangan Snack berbentuk segitiga dengan rasa ada aroma keju dan daging. Minuman teh Arab dan minuman macam coctail tapi rasanya lebih sensasional. Isinya buah jeruk lemon, Sunkist, apel, bengkuang dan daun mint. Kuahnya berasa ada Sprite dan sirup apel. Hemmh ... Sueger. Barulah kami menikmati nasi khas Arab yakni nasi kebuli.

Disajikan di tempat yang cukup besar. Untuk ukuran orang Indonesia, menu ini bisa untuk duapuluh orang. Masakan seperti nasi goreng tapi ada aroma rempah. Di atasnya ada satu ayam goreng yang ditata rapi. Ditambah kerupuk yang renyah, maka mulailah kami menyantap hidangan yang sudah tersaji. Bentuk nasi yang dimasak untuk nasi kebuli ini pun berbeda dengan nasi Indonesia. Nasinya lebih panjang nasi Arab.

Setelah puas menyantap makan malam, kami berfoto di lingkungan rumah makan. Akhirnya kami kembali ke apartemen. Karena sudah kekenyangan, mata pun sudah minta diistirahatkan. Pukul 08.30 kami masuk apartemen. Kami bersiap-siap ke peraduan dan tak berapa lama sudah terlelap ke alam mimpi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih pak Mulya... salam literasi juga ... Ni baru belajar menuliskan pengalaman.

29 Mar
Balas

Selamat datang di ibu kota negara Bu, salam literasi

29 Mar
Balas

Selamat datang di ibu kota negara Bu, salam literasi

29 Mar
Balas

Selamat Bu. Nah, ini liburan nan amat menyenangkan

05 Apr
Balas



search

New Post