Suara Hati

Kusembunyikan perasaan sedih di balik dedaunan. Barangkali akan ada burung-burung kecil yang bisa menghiburnya. Inginnya aku berbagi perasaan dg dedaunan. Mereka juga sedih krn hujan sdh lama tdk datang. Ketidakhadiran hujan mungkin membuatnya cemas. Banyak temannya yg mulai menguning, kering dan berguguran.

Sebagian dahan ditebang karena mengalah pada manusia. Pelebaran gedung dan jalan telah menghilangkan pepohonan. Tinggal beberapa pohon yg menyisakan dedaunan. Kadang sulit mencari pohon yg rindang.

Di bawah pohon ini dulu aku sering berbincang. Seperti daun-daun aku telah kehilangan teman. Kadang terasa begitu sepi di tengah keramaian.

Jika diam itu emas. Tak banyakkah orang menyukainya? Jika harus sempurna dulu baru boleh menasehati,adakah diantara kita yg berani mengakui? Di jaman komunikasi secanggih ini, kenapa sulit membangun pengertian diantara orang-orang yang secara fisik begitu dekat? Di jaman komunikasi secanggih ini, justru banyak orang membangun keegoisan.

Ingin menang sendiri, ingin diakui, ingin dipahami, ingin menjadi yang terbaik di mata manusia.

Jika aku ingin menyendiri, bukan berarti aku menutup diri, tak mau bersosialisasi atau memutus silaturahmi. Aku ingin punya waktu untuk mengaca diri. Aku ingin memantas, dimanakah tempatku berpentas?

Kutitipkan harapanku kepada angin. Semoga angin bertemu awan. Mungkin awan akan menyampaikan ke langit. Mungkin langit bisa mengabarkan kepada hujan. Hujanpun akan tahu bahwa dia telah dirindukan oleh dedaunan. Seperti aku yang merindukan teman berbincang.

Solo 20092017