Hari Prasetio

Lahir di Cilacap 25 Maret 1967. Lulusan SDN 1 Karangtalun Cilacap (1980), SMPN 4 Cilacap (1983), SMAN 1 Cilacap (1986). Alumni Universitas Sebelas Maret Sur...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tamu Tak Diundang

Pak Harso adalah pensiunan guru, sudah sekitar 10 tahun pak Harso menikmati masa pensiunnya. Semenjak purna tugas sebagai guru, pak Harso menempati sebuah rumah yang dibangunnya dari uang taspen dan hasil menjual rumah yang ditempati selama pak Harso mengabdikan dirinya menjadi guru di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Nak Harso…, tanah bapak yang sebidang lagi itu untuk Narti (istri pak Harso), pesan pak Hasan kala itu. Pesan mertuanya itu baru terlaksana setelah pak Harso menjelang pensiun. Semasa bertugas menjadi guru, pak Harso telah beberapa kali pindah tugas. Sebelum diangkat menjadi PNS, pak Harso sempat beberapa tahun menjadi guru honorer di sebuah SMP swasta.

Entah berapa ribu siswa yang telah diajar pak Harso. Kalau tidak disapa duluan, pak Harso pasti lupa kalau orang itu pernah menjadi murid pak Harso. Selama bertugas menjadi guru pak Harso mengajar di SMP, sehingga kalau ada muridnya yang bertemu dengan pak Harso, mungkin pak Harso tidak ingat lagi. Yang pasti wajah muridnya sudah berubah.

Pak Harso dan bu Narti hanya mempunyai anak semata wayang, laki-laki tinggal di Bandung dan sudah berkeluarga. Sejak anaknya kuliah di ITB, Agung memang jarang pulang, setelah lulus kuliah Agung diterima menjadi PNS di Pemkot Bandung dan menikah dengan mojang priangan pilihannya.

Pak Harso dan bu Narti adalah orang yang sederhana. Bu Narti berjualan sayur dan bumbu di rumahnya. Pagi-pagi sebelum berangkat mengajar, pak Harso mengantarkan bu Narti ke pasar belanja aneka sayur dan bumbu untuk dijual kembali. Begitulah aktivitas mereka berdua selama bertahun-tahun.

Menjelang pensiun mereka sepakat untuk menjual rumahnya dan membangun rumah baru di tanah warisan orang tua sambil menikmati masa pensiunnya. Kurang lebih 1 tahun rumah impiannya baru sempat ditempati, walaupun ada bagian yang belum selesai. Sambil ditempati sambil dirapikan di sana-sini.

Rumah pak Harso tampak menthereng/keren di lingkungannya, rumah di desa kebanyakan tidak dibangun pagar yang tinggi dan menyatu dengan kebun di kanan-kirinya. Sebagai seorang pensiunan dan berkebun untuk keperluan sehari-hari, kehidupan pak Harso tampak berkecukupan. Masyarakat di lingkungannya sebagian besar adalah petani dan peternak.

Kalau sudah menjelang malam daerah itu sudah kelihatan sepi, tidak banyak orang beraktivitas. Jarak antara rumah dengan rumah yang lain agak jauh terhalang kebun. Paling hanya kendaraan lalu-lalang, karena jalan depan rumah pak Harso adalah jalan raya antar provinsi.

Malam itu hujan gerimis, pak Harso tidur lebih awal dari biasanya. Kira-kira pukul 3 dini hari pak Harso terbangun mendengar ada suara orang mengetuk pintu depan. Bu…bu…coba bukakan pintu depan, itu mungkin ada orang ketuk-ketuk pintu. Tumben ada tamu malam-malam begini pak, jawab bu Narti penasaran.

Setelah dibuka pintunya, alangkah terkejutnya bu Narti. Di depan pintu sudah ada 3 orang yang berdiri tegap dan berkata “mana bapak?...jangan teriak kalau ingin selamat. Seketika itu bu Narti gemeter dan memanggil pak Harso untuk bangun. Keduanya digiring ke ruang tamu, diikat tangannya juga diikat mulutnya dengan kain, dan keduanya diikat dengan kursi.

Dengan cepat kawanan perampok itu menguras isi rumah pak Harso, perhiasan bu Narti juga ikut diminta perampok. Semua barang dikumpulkan di halaman. Habislah semua harta pak Harso yang dikumpulkan selama bertahun-tahun.

Menjelang pukul 4 pagi, ada kendaraan jenis pick up yang masuk ke halaman rumah pak Harso, Ada seseorang yang turun dari mobil itu dan berjalan menuju ke teras rumah pak Harso. Semua sudah siap bos!..., kata seorang dari kawanan perampok itu.

Dengan suara agak pelan, bos perampok itu berkata : “Mungkin kali ini bukan rejeki kita”. Apa bos…. bukan rejeki kita?. Sebentar…..sebentar….kita salah sasaran. Kita segera pergi saja sekarang sebelum subuh!..., perintah bos perampok itu. “Kenapa bos?” ….kelihatanya orang yang punya rumah itu guru saya waktu SMP….!. Setelah itu ke 4 perampok segera meninggalkan rumah pak Harso tanpa membawa apa-apa.

Setelah subuh, ada seorang tetangga yang lewat depan rumah pak Harso dan melihat ada seonggok barang-barang di halaman dan segera memanggil tetangga untuk melihat tempat kejadian itu. Beberapa orang tetangganya masuk rumah dan melihat pak Harso dan bu Narti diikat dengan kursi di ruang tamu dan mereka segera membantu melepas ikatan itu. Alhamdulillah….. tidak ada satu barangpun yang dibawa perampok.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post