Sebenarnya dalam hal Dualisme pendidikan ini terjadi sudah sangat lama sekali dan sampai sekarang juga belum menemukan solusi yang tepat, hal ini terjadi pada pembinaan yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (KEMENDIKBUD) dan Kementrian Agama (KEMENAG) dimana pada pembinaan ini banyak sekali polemik polemik. Contohnya saja dalam hal kurikulum.

Pada hal ini kurikulum dibagi menjadi dua bagian yakni kurikulum versi kemendikbud dan kurikulum versi kemenag. Sebenarnya dalam kurikulum Nasioanal maupun kurikulum kemenag sama sama ingin bertujuan memajukan peserta didik menjadi lebih baik. Tetapi fakta dilapangan yang berbeda. Sekolah negri maupun swasta merujuk pada kurikulum pemenrintah sedangankan sekolah madrasah mengacu pada kurikulum kemenag.yang jadi polemik disini adalah siswa.

Siswa yang berada di sekolah negri maupun swasta mendapat mata pelajaran umum lebih banyak dan men dapat porsi mata pelajaran keagamaan sedikit, sedangankan pada siswa yang sekolah di madrasah mendapat mata pelajaran umum lebih sedikit dan mendapat mata pelajaran keagamaan lebih banyak. Padahal dalam undang undang republik Indonesia nomer 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional telah mengatur tentang pendidikan nasional di indonesia.

Jika dalam negri ini kurikulum masih simpang siur maka sudah dapt dipastikan guru dan murid menjadi bingung mau di bawa kemana arah pendidikan indonesia ini.