Hariyani

Hariyani adalah nama asli sejak lahir dari Ibu bernama Marsini dan Bapak bernama Paniran yang tinggal di Blitar. Berlatar pendidikan SDN Jatituri 2 Blitar, SMPN...

Selengkapnya
Navigasi Web

Bubur Ayam, Cerbung Tagur ke-181

Bubur Ayam

Mentari sudah tegak lurus denganku. Bayangan benda yang terkena sinarnya di jam-jam seperti ini menjadi lebih pendek. Udara begitu panas. Kipas angin sudah dibutuhkan untuk mengusir rasa panas. Sensasi sejuk sangat didamba.

Sudah waktunya makan siang. Aku harus segera bertanya kepada suamiku. Pertanyaan yang tak bosan-bosannya aku lontarkan pada setiap habis zuhur ini.

["Mas, makan siamg sama apa?"]

[“Bubur ayam.”]

Jawaban yang diberikan selalu berganti-ganti. Kadang bubur ayam, gado-gado, nasi padang, siomay, mi ayam, gudek, nasi uduk, kethoprak, atau minta nasi bakar. Itulah kebiasaan suamiku. Sehari makan tiga kali dengan menu berganti tiap makan. Biasa saja menu permintaannya. Untuk menumbuhkan selera makannya dan karena tak ingin membuatnya kecewa, aku selalu berusaha memenuhi. Jika aku berkeliling mencari sudah tidak kutemukan, maka akan aku ganti menunya.

Kalau untuk makan pagi dan makan malam aku bisa dan sempat memasakkannya. Pagi sebelum berangkat ke sekolah pada pukul 06.00 WIB sudah siap di meja makan. Untuk persiapan makan malam, sehabis salat asar aku mulai masuk dapur lagi.

Bubur ayam ini sebenarnya makanan khas Jakarta. Namun begitu, ditemukan juga di daerah lain karena awalnya juga ada penduduk yang datang dari Jakarta mencari makanan jenis ini, maka penjual menangkap peluang. Kalau di daerahku, bubur adalah makanan nasi lembek yang diberi kare ayam atau telur dan ditambah tahu putih dalam bumbu kare itu. Enaknya menjadi santapan di waktu pagi karena masih hangat.

Menu ini biasanya diminati oleh orang yang sedang sakit tidak enak makan sehingga tidak perlu mengunyah. Orang yang sakit akan merasa pahit di mulutnya sehingga makanan yang maskl sekedar untuk memenuhi kebutuhan tubuh saja. Dengan cara langsung telan sepeti minum obat.

Makanan ini diberikan juga pada anak kecil yang mempunyai gigi tetapi belum lengkap sehingga tidak membutuhkan kerja keras gigi untuk mengunyah. Selain itu, tidak ada sensasi rasa pedas yang sangat disukai anak-anak.

Bubur ayam Jakarta kesukaan suamiku beda lagi. Nasi lembek ini diberi ayam suwir, kecap asin, kecap msnis, taburan daun bawang dan kerupuk. Ada juga yang diberi kaldu, tetapi dia tak suka. Hem, rasanya eneg 4 bagiku karena memang dasarnya aku saja yang tak suka.

Bubur yang kusuka adalah bubur merah yang terbuat dari nasi lembek atau beras ketan lembek diberi santan dan gula merah. Emakku5 yang sering membuat masakan ini di hari lahir kami atau neton.

___________

4rasa di lidah tapi menimbulkan mual

5panggilan Jawa untuk ibu

Neton adalah hari lahir menurut hitungan kalender Jawa. Jumlah hari sama yaitu 7 hari tetapi digabung dengan hari pasaran. Yaitu pon, kliwon, wage, legi, dan pahing. Jadi hari lahir Jawa adalah penggabungan keduanya misalnya Senin Kliwon.

Rasa usilku kambuh lagi. Kujawab pesan suamiku.

["Iya, sayangku, cintaku, gantengku." ]

["Aaah, gombal."]

Begitulah, selalu jawabannya. Aku pun akan menjawab dengan emoticon gambar bibir sampai berderet-deret.

[“Apa tuh, maksudnya?”]

[“Masak gak paham sih.”]

[“Oo, bibir merah diolesi lipstick,”]

Menyerongkan maksudku. Aku paham itu. Kalau terus aku turuti, akan makin panjang pertanyaannya. Jika aku sudah tak menjawab, dia pun tak berani bertanya lagi apa lagi mengejar.

Memang penderita diabetes, kadang malu dengan bau mulutnya. Apalagi ketika kadar gulanya tinggi, sering mengaduh sakit gigi. Gusinya bengkak. Namun setelah aku telaten memberinya obat herbal yaitu daun binahong, tak pernah lagi merasakan sakit gigi. Hanya saja tiba-tiba giginya copot satu per satu. Ketika dicermati ternyata tempat menancapnya gigi yang terbuka penyebab utama giginya goyang dan lama-lama tanggal.

Sebenarnya bubur ayam juga mengandung karbohidrat yang menjadi sumber glukosa. Dokter menyarankan agar mengurasi karbohidrat. Namun, karena sudah menjadi kesukaannya, mau apa lagi? Tetap disantapnya dengan lahap.

Pernah aku mencoba membuatkan sendiri, tetapi tak sesyuai dengan lidah orang Jakarta. Dibilangya bahwa bubur buatanku tidak enak. Kalau sudah merasa tidak enak, dia tak mau melanjutkan. Diletakkan saja di meja dan tidak jadi makan.

Aku pun tak kehilangan akal. Aku ubah menjadi bubur merah kesukaanku. Aku panaskan dan aku beri santan dengan gula merah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post