Cinta di Ujung Senja, Cerpen Tagur ke-134
1. Cinta di Ujung Senja
Lima tahun berlalu tanpa seorang suami di sisinya membuat wanita ini pontang-panting mencari nafkah sendiri. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dia melanjutkan usaha suami yang membuka lapak pakaian olahraga. Namun, usahanya ini tak berlangsung lama. Entahlah nasib baik belum berpihak kepadanya.
Kedua anaknya sudah menikah dan dikaruniai putri masing-masing satu, berarti dia mempunya dua cucu perempuan. Sebagai seorang nenek, keinginan untuk memanjakan cucunya pasti selalu ada. Entah dengan kasih sayang membelikan kesukaan cucu-cucunya maupun hanya dengan perhatian. Akan tetapi, hal yang bisa dilakukannya hanyalah membelikan kesenangan cucu-cucunya jika mampu.
Sesuai dengan lulusan sekolahnya yaitu SKP (Sekolah Kepandaian Putri) zaman dulu, kalau sekarang SMK jurusan tata boga namanya, dia menerapkan ilmunya dengan membuka warung kecil-kecilan. Warung makan nasi pecel khas Blitar.
Kembali lagi kepada nasib yang belum berpihak kepadanya, dia tidak bisa melanjutkan usahanya ini. virus corona yang melanda dunia ini yang menjadi penyebabnya. Anak-anak belajar jarak jauh dan gurunya pun demikian. Makan pagi tentu disiapkan dari rumah mereka karena bekerja dan belajar dari rumah yang tidak membutuhkan persiapan pada pagi hari. Masih harus bersabar menghadapi segala ujian yang harus dijalani.
Rieni namanya. Wanita berusia 57 tahun. Kecil, imut, dan lincah orangnya. Gaya bicaranya yang friendly membuat banyak orang menyukainya. Bahkan sahabat-sahabatnya tidak pernah jemu bermain ke rumahnya meski hanya sekedar ngobrol. Atas kebaikannya itulah Allah memberikan kemurahan. Memang rezeki tidak akan tertukar. Banyak pintu yang akan dilewatinya. Dari belas kasihan teman-temannya inilah dia dapat melangsungkan hidup bahkan kebahagiaannya.
Hari-harinya terlewati dengan penuh canda tawa. Kebahagiaannya bersama teman-teman melupakan masalah dan kesedihannya. Sering diajak berkumpul bahkan bepergian ke luar kota, provinsi maupun luar pulau.
Akan tetap seperti itukah hidup dilaluinya? Bagaimana jika suatu saat acara dengan teman-temannya itu berhenti? Ke mana ia akan melabuhkan hati dan meluapkan rasa?
***
Think! Ada pesan masuk pada whatsappnya. Tak ada nama tertera. Hatinya ragu untuk membuka. Namun, jalan pikiran memerintahkannya. Akhirnya dibuka juga pesan itu.
[“Assalamualaikum.”] Sapaan yang Islami.
[“Waalaikum salam.”] Dijawabnya juga sambil bertanya-tanya dalam hati. Siapa dan darimana dia tahu nomornya.
[“Maaf, saya dapat nomor ini dari adik Mbak. Yani namanya.”] Yani? Siapa dia. Adiknya? Mengerling matanya mengingat-ingat. Dia tidak punya adik dengan panggilan Yani. Tetiba dia tersenyum ingat sesuatu. Adik perempuannya menggunakan nama Yani dalam akun facebooknya.
Perkenalan berlanjut. Berbincang tentang agama. Nah, itu yang diinginkannya. Seorang imam yang akan menuntunnya menuju amalan-amalan kebaikan. Seorang imam yang sholeh dan berpengetahuan agama yang jauh darinya. Hidupnya tinggal bisa dihitung dengan jari. Menurutnya mendapat teman hidup yang sholeh adalah sebuah keberuntungan. Apalagi yang dicari dalam hidup ini jika bukanketenangan hati dan memperbanyak ibadah.
Haji Daud dia mengenalkan diri. Ada titel haji pada nama itu adalah impian Rieni. Ia mempunyai kenalan orang yang sholeh. Untuk apa lagi berkenalan jika tidak untuk menuju jenjang resmi berdampingan sampai ahir masanya. Ia ingin perkenalan ini tidak hanya menjadi hiburan dalam waktu senggangnya. Ia merasa ada tempat pencurahan hati. Dalam kondisi apa pun ada yang menampung dan memberi nasihat.
Abi dan Umi mereka saling menyebut. Panggilan Islami. Harapannya akan mendekati nyata. Inikah yang dinamakan rahasia yang tidak disangka-sangka. Media sosial yang telah menyatukan. Kecocokan dalam setiap perbincangan sudah mengerucut untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
Awalnya hanyalah ingin silaturohim bertandang ke rumah Rieni. Jarak Jakarta-Blitar hanya bersilaturohim? Untuk apa? Jika sudah merasa cocok kenapa tidak langsung saja. datang dan nikah resmi. Ini yang menjadi tanda tanya Joedi, suami adiknya.
[“Kenapa tidak langsung nikah aja?”] pesan whatsapp dari yani. [“Kata Mas Joedi percuma kalau Cuma datang tanpa nikah. Kan sudah sama-sama cocok. Allah mengirimkan jodoh lewat jalan yang disuka dan tidak disangka-sangka.”] Lanjut Yani.
[“Begitu, ya?”] Rieni balik membalas. [“Coba saya ngomong dulu sama Pak Daud.”]
Usulan itulah yang membulatkan tekad mereka untuk meresmikan hubungan. Diskusi panjang dilakukan. Menikah akan melibatkan anak-anak juga. Itulah sebabnya ayah perlu meminta izin kepada anak-anaknya. Demikian juga Ibu.
Rieni tak berani meminta izin kepada anak-anaknya. Dia ingin Yani yang menyampaikan. Tak masalah bagi Yani jika niat baik mengapa harus dicegah dan ditunda-tunda.
Jawaban dari anak lakinya mendukung saja. kebetulan dia bisa melihat pesan-pesan whatsapp ibunya. Dia merasa ikut senang saja jika ibunya juga senang.
Anak gadisnya belum memberikan respon positif. Keraguan masih nampak pada nada bicaranya ketika ditelepon Yani. Justru sebaliknya, ketakutan kalau ibunya kecewa dan sedih yang membuatnya belum bisa merestui.
Rieni bingung harus bicara apa. Mereka membuat taktik dan kesepakatan, jika niat mereka serius. Kendala pada anak-anak. Dari Pak daud juga belum mendapat restu dari anak perempuannya karena terlalu jauh. Bagaimana jika mereka kangen sama ayah. Alasan yang memang masuk akal. Akan tetapi, bagaimana dengan ayahnya yang juga membutuhkan perhatian dari seorang istri? Sementara Ibu mereka sudah meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
Lelaki membutuhkan seseorang unttuk mengurusi kebutuhannya setiap hari. Anak mempunyai keluarga sendiri-sendiri. Tentu kesibukan anak melebihi kesibukan ayahnya. Bagimana bisa mereka memberikan perhatian penuh kepada ayahnya jika suatu saat kesibukannya tak bisa ditinggalkan? Kasihan ayah.
Demikian juga Rieni. Hidup di rumah sendiri tiada teman pastilah membutuhkan orang yang bisa melindunginya, biasa diajak bermusyawarah, bisa menghibur ketika rasa gundah tiba. Tetap kebutuhan untuk memiliki pasangan selalu ada.
Mereka saling memberi kabar. Pak Daud mengirim pesan kepada anak-anak Rieni, demikian pula Rieni. Semakin dekat dan rekatlah hubungan mereka meski hanya melalui pesan whatsapp. Tidak bisa disebut ‘hanya’. Dengan jalan apa pun jika sudah Allah yang memilihkan pasti sempurna.
Masa pandemi Covid-19 ini menyisakan keraguan. Takut jika acara akan gagal. Siapa yang berani menggagalkan rencana Allah?
Persyaratan diurus dan mendapat kelancaran. Pak Modin yang mengurusi persyaratan ke KUA memberikan solusi tentang syarat nikah di masa pandemi. Mereka siap mematuhi semua aturan. Usia senja tak menghalangi niat menikah. Masa pandemi pun tak bisa menghentikan niat tulus dan tujuan beribadah. Allah pasti memberikan jalan yang mudah untuk suatu niat ibadah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita yang bagus.
terima kasih, salaam literasi
Siip bunda... Jodoh rahasia alloh...
terima kasih Bun.. salam literasi
Semoga samawa
aamiin.. terima kasih,, salam literasi
Kisah unik, disajikan dengan memikat.Suka membacanya
terima kasih Bun.. salam literasi.. semoga Bunda selalu bahagia
Keren ceritanya bu... Betul cinta tak kenal batas usia.
terima kasih, Bapak.. salam literasi
Cerita yang apik.... Salam literasi
terima kasih Bun.. salam literaasi
Cerita yang kereeeeen
terima kasih Bunda.. salam literasi
Mantul ceritanya
terima kasih Bu.. salam literasi
Idex biasa tp disajikan dgn luar biasa