Hariyani

Hariyani adalah nama asli sejak lahir dari Ibu bernama Marsini dan Bapak bernama Paniran yang tinggal di Blitar. Berlatar pendidikan SDN Jatituri 2 Blitar, SMPN...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cucu Kesayangan, Cerbung Tagur ke-194

Cucu Kesayangan, Cerbung Tagur ke-194

Cucu Kesayangan

 

Namanya Thalita Fitri Aulia. Panggilannya Lita.  Nama Fitri diberikan karena lahir di hari Raya Idul Fitri. Kakeknya yang memberi nama itu padanya agar dapat menjadi anak perempuan yang suci dan disayang Allah. Bukti kasih sayang seorang kakek mengendap pada namanya.  

Kakek selalu mengajarinya agar menjadi anak yang mandiri,  disiplin, dan patuh kepada  siapa saja. Penggemblengan yang diberikan sejak dini dilakukan untuk kebutuhannya di masa depan. Sang Kakek mewajibkan cucunya untuk  pergi mengaji setiap sore di madrasah. Madrasah yang hanya mengajarkan materi agama. Jam pelajaran dimulai pukul 14.30 sampai dengan 17.00 WIB dengan salat Asar dilaksanakan di masjid dekat madrasah.

Kegigihan sang Kakek dengan tertib mengantar dan menjemput Lita mengaji. Sesibuk apa pun selalu disempatkan untuk  memperhatikan kegiatan si cucu. Itu semua demi masa depan yang akan digenggamnya. Mengukir membutuhkan waktu yang cukup lama. Jika ingin hasil ukirannya indah, harus telaten dan teliti. Itulah prinsip hidupnya.

Anak kolokan kadang tak menurut itu biasa. Ada rasa malas yang tiba-tiba datang. Entah apa yang menjadi penyebabnya. Mungkin karena godaan teman yang mengajak bermain,  ada kegiatan lain, atau bahkan lelah dan ketiduran sepanjang siang.

Sang Kakek selalu telaten dan sabar membangunkan, menghibur, juga menjanjikan dengan iming-iming hadiah agar si cucu berangkat mengaji.

"Lita, bangun, Nak ... ," dengan masih tetap memejamkan mata, Lita menggeleng, Tak kurang akal,  sang Kakek segera menggendongnya dan mendudukkan di kursi. Diambilnya sapu tangan basah lalu dibasuhkan pada mukanya. Lita kaget dan melotot karena rasa dingin di mukanya.

"Aaaaaaa ... , Kakek ini, nggangguin orang tidur aja." Bersungut-sungut, memberengut, dan mengerngitkan dahinya.

"Mandi, cu ... Terus berangkat mengaji. Kalau gak berangkat juga aku gendong ke kamar mandi." Ancaman yang membuat Lita agak bergidik karena kalau sudah di kamar mandi dia akan diguyur air tanpa melepas baju lebih dulu. Akan tambah dingin jika mandi dalam kondisi masih berpakaian begitu.

Lita segera bangkit dari duduknya dan berlari menuju kamar mandi. Dilepasnya pakaian yang menempel di badannya satu per satu dengan pelan dan kadang berhenti lama hanya karena memandangi air bening di bak sambil memainkan jari-jarinya di air sehingga keluar bunyi 'kecipak-kecipuk'.

Sepuluh menit berlalu. Belum terdengar bunyi air yang diguyurkan ke tubuh. Sang Kakek mendekatkan telinganya ke pintu. Masih tak ada suara. Ingin nengintip apa yang dilakukan cucunya, tetapi pintu itu tak bercelah. Diketuknya pintu itu tiga kali.

Lita terbangun dari lamunannya. Permainannya berkecipak air terhenti. Dia mendengar pintu diketuk. Bergegas dia menyelesaikan melepas pakaian. Dengan perlahan mulai mengguyurkan air ke kaki kanannya dulu, kiri, lalu naik ke betis paha, perut, baru ke mukanya. Cara mandi ini pun diajarkan kakeknya. Katanya memang itulah cara Nabi mandi agar rasa dingin tidak mengagetkan sampai ke otak. Rasa dingin yang menjalar sedikit demi sedikit dari bawah akan lebih nyaman terasa.

Lita tak berani bernyanyi-nyanyi kecil. Jika kakeknya mendengar dia melakukan itu di kamar mandi, pintu akan diketuk lagi. Ajarannya melarang bernyanyi di kamar mandi. Kamar mandi adalah tempat iblis bersemayam. Iblis akan terus menggoda untuk berlama-lama jika sambil bernyanyi. Dengan bernyanyi sesorang akan senang dan bahagia di kamar mandi sehingga akan digoda untuk melakukan hal-hal yang negative lainnya.  Selain itu, kakeknya juga sering menjelaskan bahwa kamar mandi adalah tempat yang banyak virusnya. Jika berbicara atau bernyanyi maka virus akan masuk ke mulut.

Lita segera menyelesaikan mandinya. Masih mengenakan babydoll  ia menuju kamar tidur untuk segera berganti seragam mengaji. Baju gamis hijau dipadukan dengan jilbab putih  menambah penampilannya seperti santri. Siapa yang tidak suka melihat gadis kecil berumur 10 tahun berpenampilan  muslimah? Hati akan terasa adem dan nyaman memandangnya.

Mukena, buku iqro, dan buku tulisnya sudah siap di dalam tas. Tas yang khusus digunakan untuk mengaji harus berbeda dengan tas sekolah agar tidak kebingungan mencari jika waktu berangkat terburu-buru.

“Lita, ayo, keburu telat nanti!” Kakek yang sudah duduk di jok sepeda motor meneriaki Lita dari luar.

“Iya, Kek.” Lita berlari menuju sepeda motor dan membonceng di belakang.

Letak madrasah tempat mengaji sebenarnya tidak jauh. Andai Lita berangkat dengan naik sepeda atau jalan kaki pun tidak membutuhkan waktu yang lama. Seperti teman-temannya yang juga berangkat sendiri.  Namun, karena Kakek yang selalu sayang dan perhatian kepadanya, Lita selalu diantar jemput.

Sampai di madrasah, Lita turun dari motor, menyalami kakek, mencium punggung tangan kakek, dan berpamitan.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikum salam.”

Lita berlari-lari kecil menuju kelasnya. Kakek memandang Lita sampai masuk kelas. Dia berharap cucunya nanti akan menjadi anak yang solehah. Anak yang berbakti pada orang tua dan mempunyai bekal ilmu agama yang cukup untuk kehidupannya kelak.

Rasa bangga merasuki jiwanya. Senyumnya mengembang ketika Lita dengan lincahnya melaksanakan tugasnya dalam mencari ilmu agama. Senyumnya mengembang dengan bayangan bahwa cucunya akan mendoakannya kelak ketika dia sudah tiada.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Senangnya punya kakek yanh sangat perhatian. Keren ceritanya bunda. Sukses yuk karya berikutnya bun

06 Oct
Balas

terima kasih Bu.. sukses juga buat Ibu

06 Oct



search

New Post