Ingin Menjajarimu, Cerpen Tagur ke-186
Kuingin Menjajarimu
"Kucing siapa, tuh?" Mas Joedi terbangun
ketika mendengar kucing mengeong. Hatinya terpaut pada keelokan suara meong yang panjang itu hingga bergegas mencari, takut kalau-kalau tak segera mendapatkannya. Sejak.pindah di Blitar, memang belum pernah memiara kucing. Karena tidak bisa membawa, kucingnya yang di Cibubur dipindah adiknya ke Manggarai.
Manis namanya. Mempunyai warna yang hitam garang meskipun tak segarang perangainya. Bahkan sangat penurut kepada tuannya. Seperti kucing Persia yang lain, meskipun si Manis adalah kucing campuran, dia berbulu sangat lebat dengan panjang bulunya sekitar 10 cm yang terurai sampai ke seluruh bagian tubuh. menjadikan terlihat lebih tambun tubuhnya. Sampai jalan pun tak bisa cepat karena menanggung beban berat perut yang menggembung. Kalau kangen minta difotokan.
Bentuk kepalanya yang bulat menggemaskan. Seperti bayi yang montok. Kalau kucing angora atau kucing kampung biasanya berbentuk oval. Wajahnya rata karena bentuk dahi, hidung dan dagunya tidak ada yang menonjol. Bahkan banyak orang menyebut pesek karena hidungnya yang melebar dan agak condong ke atas. Karena matanya yang lebar dan sedikit melotot, maka kucing ini akan kelihatan garang apalagi ditambah warna bulu hitam akan terkesan semakin seram.
Aku berusaha mengejarnya dan siap menangkap. Gesit sekali gerakannya hingga tak berhasil aku membawanya ke hadapan suami. Aku paham apa maksudnya. Ia ingin memelihara kucing di rumah ini.
["Bu, apa masih punya kucing?"]
Kucoba bertanya kepada Bu Trimei yang sangat gemar memelihara kucing. Memang binatang kesayangannya sejak kecil katanya. Sering bercerita tentang bagaimana perlakuannya pada kucing-kucingnya. Menggendongi, menciumi karena selalu wangi baunya, bahkan kadang membawanya ke kamar diajak tidur bersama.
Pernah sambil menangis ketika menceritakan kucingnya yang sakit dan harus dioperasi. Kucing-kucing yang tak pernah dibiarkan mengeong karena tak enak badan. Ada keluhan sedikit saja dibawa ke dokter hewan. Kucing mengeong karena lapar berbeda suaranya dengan sebab sakit
[“Masih bayi, lo, Bu.”] Bu Tri memberi jawaban setelah 13 menit pertanyaanku berlalu.
“Waduh, aku tak berani ngurus bayi kucing.” Pikirku. Tentu masih menyusu. Kalau harus berpisah dari induknya tentu akan menggantinya dengan susu formula khusus kucing. Berapa besar biaya yang harus dipersiapkan untuk mengurus di setiap bulannya? Selain itu kesibukanku akan bertambah jika harus mengurus bayi kucing. Pekerjaan rumah sudah aku kerjakan sendiri, bagaimana jika nanti terlambat ke sekolah? Aku tak berani menerima tawaran Bu Trimei. dengan berbagai alasan.
Aku mencoba mencari alternatif lain.
“Oh ya, aku ingat. Bu Hermin masih punya kucing yang ditawarkan ke aku. Katanya dia akan memelihara anaknya saja.” Aku teringat masih ada tawaran lain.
[“BU, boleh ya, kucingnya aku adopsi?”] Aku kirim pesan WA ke Bu Hermin.
[”Iya, Bu, boleh kalau mau diambil.”] Membaca pesan ini, bahagianya hatiku. Usahaku untuk membahagiakan suami juga akan kesampaian. Dengan adanya kucing di rumah, akan menambah ramai suasana rumah. Ada yang digoda, yang digendong, yang dimandikan, atau bahkan disentil kalau nakal.
“Mas, temanku punya kucing yang boleh diadopsi ini.”
“Ayuk diambil.” Suamiku segera ingin mengajaknya ke sana. Dengan mata yang berbinar-binar dia berganti pakaian.
Aku harus membeli kandang lebih dulu. Aku tidak suka kucing yang liar di rumah. Aku takut dengan bau yang ditimbulkannya. Entah bau pipisnya atau bau bulunya yang kadang mengisi ruangan ketika pintu dibuka bau menyengat akan segera tercium. Bau khas bahwa di sebuah rumah itu memelihara kucing. Aku ingin bebas dari bau yang mungkin tak sedap seperti dibilang orang-orang penyuka kebersihan dan bau harum.
Kandang kucing terbuat dari besi agar mudah membersihkan dengan disemprot air dari selang plastik. Kebersihan harus selalu dijaga. Perlengkapan kucing yang lain juga harus dipersiapkan, tempat makan, tempat minum, shampo, dan sisir bulu.
***
Senyum rekahnya semakin lebar ketika sudah sampai di rumah yang kami tuju. Seekor kucing angora gemuk berwarna abu-abu yang diberikan Bu Hermin ini telah mampu menggelitik rasa sayang Mas Joedi. Segera dipangku dan dibelai-belai bulu dan dagunya. Kucing itu begitu menikmati belaian sayang dari Mas Joedi. Itulah kepekaan kucing. Dia akan diam dan mencium kaki orang yang gemar dengan kucing. Sungguh peka instingnya.
Kucing perempuan yang akan kami pelihara ini menjadikan suatu kebanggaan tersendiri. Bagaimana tidak? Setelah beberapa bulan tidak menimang, mulai hari ini Mas Joedi akan menimang-nimang kucoing lagi. Rasa sayangnya ini tak boleh dicemburui. Kedatanganku dengan rasa cintanya kepada binatang piaraan tidak boleh membuyarkan angan-angannya. Aku harus mengikutinya dari belakaang meskipun selama ini aku tak pernah memelihaara kucing. Apa susahnya belajar mencintai makhluk Allah ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar