Kuketuk Jendela Langit 2, Cerbung Tagur ke-176
Hari ini adalah minggu kedua yang masih dalam suasana lebaran. Sebagai kebiasaan sekolah kami mengadakan kegiatan halal bi halal. Undangan silaturohim anjang sana bergilir di rumah Bu Binti Saidah, di daerah Kabupaten yang cukup jauh dari rumah. Kami berlima bergabung dalam satu mobil Ibu Nunik Admawati yang dikendarainya sendiri.
Sudah banyak yang datang. Satpam sekolah mengarahkan kami untuk memarkir mobil di lokasi yang sudah ditentukan. Mobil berderet diparkir di halaman rumah penginapan yang cukup luas. Melihat pagar-pagar tembok yang berhias relief bagus sekali, kami tak mau ketinggalan untuk mengambil gambar di depannya. Senyum kegembiraan selalu menghiasi pose foto-foto kami.
Dengan berjalan beriringan menuju rumah Bu Binti, kami memperbincangkan tentang lokasi acara yang cukup menyenangkan. Belum pernah melihat ada bangunan yang indah itu sebelumnya meskipun sudah tiga kali kami berkunjung ke rumah Bu Binti ini. Keheranan kami ternyata sama. Entah mulai kapan?
Sudah sampai rumahnya. Pintu masuk untuk bapak-bapak dan ibu-ibu berbeda. Seperti biasa tempat duduk selalu dipisah.
Wah, rumahnya besar sekali. Pujiku dalam hati.
Kami, Ibu-ibu, menuju ke ruangan yang disediakan dengan lewat pintu samping rumah. Rupanya beberapa teman sedang membantu mempersiapkan konsumsi di belakang. Ada sebuah taman yang dapat digunakan untuk acara ramah tamah. Penataan yang begitu menyenangkan karena kenyamanan udara yang segar menelusup. Pandangan mata mengarah pada beraneka bunga yang berwarna-warni menambah keelokan taman.
Tak heran jika Bu Binti sangat perhatian pada taman sekolah. Rupanya di rumah juga mempunyai kebiasaan mengurus tamannya sendiri. Bahkan persoalan panjat-memanjat sudah menjadi bagian aktivitas di rumahnya. Perhatiannya yang besar pada setiap tanaman cukup diacungi jempol. Ketika ditemukannya selembar daun kering saja langsung bereaksi untuk mengambil dan membuangnya. Begitu teliti dan telatennya.
Acara akan segera dimulai karena sudah 60 % yang datang. Acara dimulai dengan pembukaan, pembacaan Yasin dan Tahlil, sambutan dari kepala madrasah, dan ditutup dengan pengajian.
Aku memasang telinga dan memusatkan perghatian pada apa yang disampaikan Kyai. Satu hal yang menggetarkan hatiku.
“Sebagai orang tua, doa kita selalu diharapkan oleh anak-anak. Bagaimanakah cara kita berdoa agar doa-doa kita sampai pada tujuan dan terkabulkannya doa. Ada amalan-amalan yang dapat dilakukan. Diantaranya, memperbanyak membaca dzikir untuk menjaga ketenangan hatim melaksanakan salat hajat. Nah, berkaitan dengan salat hajat ini ada sebuah cerita menarik. Saya sangat mengagumi Kyai Bashori. Beliau mempunyai 12 putra. Semua puntranya sukses mencapai cita-citanya. Ada yang menjadi dokter, camat. Ustadz yang berhasil mengelola pondok, pengusaha yang sukses dan berbagai posisi penting dalam pekerjaan. Saya tertarik untuk emngehatui apa resepnya. Ternyata salat hajat yang dilakukannya. Dalam salat malamnya beliau menjalankan salat hajat sampai 15 kali salam. Apa alasannya? Hajatnya itu ditujukan untuk masing-masing anaknya. Masha Allah! Ternyata itu rahasianya.”
Amalan yang dijalankan ini sangat menarik perhatianku. Keyakinan bisa menjalankan seperti yang dilakukan Kyai Bashori itu menuntunku untuk mengikutinya.
Pasti bisa! Kutanamkan dalam pikiranku kata-kata ini.
(Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar