Lover Bird Lambang Cinta

“Sayang, tu … lihat tu … ,” Mas Joedi berteriak girang.

“Apa sih?” aku mnyahutnya dari dapur sambil mengupas bawang merah.

“Eeee …kok jadi bertengkar, jangan … !” masih juga terus komentar.

Merasa terganggu dengan ramainya komentar Mas Joedi, aku letakkan bawang merah lalu aku mendekatinya.

Sepasang burung love bird kuning hijau sedang beradu paruhnya. Apa maksudnya ini? aku tak mengerti perihal burung. Love bird ini dibeli tetapi dari asaalnya tidak dipasangkan. Sangkar terpisah. Karena Mas Joedi tertarik dengan warna yang serasi, maka dipilihnya untuk dipasangkan. Kini mereka tinggal dalam satu sangkat.

Seperti pengantin baru rupanya. Melihat polahnya menjadi geli. Kadang menjauh, kadang mendekat dan bersentuhan. Sesekali si lelaki naik di atap sangkar seperti sedang beratraksi, sedangkan si ceweknya ingin mengejar. Berkejaran sambil bergurau kelihatannya.

Ketika sudah mendekat mereka beradu paruh. Inilah yang dikira Mas Joedi bertengkar. Padahal kalau diamati lebih detail layakna sepasang pengantin, mereka sedang berciuman. Kadang paruh itu di sodorkan pada dada dengan memiring-miringkan tubuhnya. Sedangkan si cewek membalas memonyongkan paruhnya pula. Kadang ganti posisi. Parih si coeok di kening si cewek. Hem … melihatnya jadi ada rasa tersendiri. Entah rasa apa ini.

Mas Joedi melirikku dengan senyuman menggodanya. Kujawab dengan memonyongkan bibirku seperti lovebird yang memonyongkan paruhnya. Lalu kami tertawa mesra.

“Haaa … gitu kok bertengkar.”

“Ya, begitu gaya di awal kan?”