Hariyani

Hariyani adalah nama asli sejak lahir dari Ibu bernama Marsini dan Bapak bernama Paniran yang tinggal di Blitar. Berlatar pendidikan SDN Jatituri 2 Blitar, SMPN...

Selengkapnya
Navigasi Web

Makam Keramat, Cerpen Tagur ke-163

Makam Keramat

Hariyani

Gangguan baru disadari oleh pasangan pengantin baru setelah berjalan sekitar dua minggu pernikahan mereka. Andini, pengantin perempuan, merasakan hal yang aneh di dalam rumahnya. Sebelum menikah, meski sendiri di dalam rumah tak pernah merasakan sesuatu yang ganjil. Deg-degan, bingung, dan kantuk dirasakan sepanjang hari. Tidak hanya pada malam hari, siang pun dihantui kondisi yang sama. Andini semakin resah. Dia lebih suka berada di luar rumah. Dia hanya ingin berada di rumah kalau suaminya sudah pulang lebih dulu.

Suasana rumah itu menjadi berubah. Godaan yang membayangi adalah ketika memasuki rumah dalam keadaan sepi. Meskipun tidak ada Endro, sang suami, ia merasakan ada penghuni lain yang mengikuti ke mana pun dia melangkahkan kaki. Bulu kuduknya selalu berdiri saat berada di dapur yang letaknya di ruang belakang dekat kamar mandi. Ada apa ini? Pertanyaan itu memenuhi alam sadarnya.

Kamar mandi pun tidak menjadi tempat yang sejuk lagi untuk didiami berlama-lama. Keinginan segera keluar setiap berada di dalamnya karena merasa ada yang mengintip dari lantai atas. Plafon kamar mandi itu adalah balok-balok kayu yang bercelah. Dari celah inilah batinnya mengatakan ada makhluk gaib yang mengawasi.

Andini tak kuat menahan rasa takut. Semakin cemas dan tak betah di dalam rumah. Ia pun segera pergi ke luar rumah menyampaikan rasa anehnya itu kepada kakak iparnya. Dia disarankan untuk menambah kuantitas dan kualitas ibadahnya.

Sesuai saran yang diterima, Endro dan Andini melakukan kegiatan tadarus secara rutin. Baca ayat kursi sebelum tidur juga rutin dilakukan. Namun, perasaan itu belum juga hilang. Betapa bingungnya pengantin baru itu. Sampai-sampai Andini menanyakan lagi perihal itu kepada seorang kyai yang mempunyai indra keenam. Apa yang dikatakan kyai itu justru membuatnya semakin merinding masuk rumah karena ada penghuni baru di lantai atas.

***

Malam tiba. Suasana sunyi menambah keadaan semakin mencekam. Dingin menusuk tulang. Suara alam seperti air menetes berasal dari kran kamar mandi adalah music yang mengerikan. Ia ingin waktu cepat bergulir berganti pagi dengan terang sinar matahari. Tapi malam tetaplah malam yang harus dilaluinya. Bibir Andini bergetar. Ia meminta izin tidur lebih dulu. Endro membaca sambil merebahkan diri di sampingnya. Baru sepuluh menit membaca rasa kantuk sudah datang. Namun Endro berusaha menahannya.

Rasa ingin tahu Endro tak bisa ditunda lagi. Ia ingin mengetahui apa sebenarnya yang diinginkan. Diliriknya istrinya sudah tidur. Dilanjutkannya membaca. Tetiba istrinya berteriak-teriak tapi matanya tetap terpejam atau nglindur1 dalam istilah Jawanya. Endro langsung tanggap dan bertanya dalam bahasa Jawa.

Sakjane opo karepmu kok ngganggu aku terus?”2 pertanyaan ini ditujukan kepada penghuni lain di rumah itu. Seakan-akan ia bisa bercakap-cakap.

Setelah berucap itu, Endro merasakan seperti ada orang yang mengetuk pintu kamar dan berkata,

Kulonuwun”3. Lalu Endro menoleh ke arah pintu. Dilihatnya sesosok lelaki berkopyah, bercelana hitam, dan berbaju putih lengan panjang. Hanya sekitar aepuluh detik menampakkan diri wujud aslinya kepada Endro, kemudian sosok itu menghilang.

Peristiwa itu tak diceritakannya kepada Andini. Kasihan jika akan menambah rasa takutnya. Mengingat cerita Andini malam Jumat itu, Endro jadi yakin adanya usaha protes dari makhluk lain terhadapnya.

Waktu itu Andini terbangun pada tengah malam. Betapa kagetnya dia ketika posisi tidurnya berubah. Kepalanya berjuntai ke bawah dengan berbalik 180 derajat. dari posisi tidurnya semula. Waktu itu dia hanya berpikir karena mungkin dia bangun lalu pindah posisi sebab merasa panas. Tapi anehnya kenapa kepalanya berjuntai ke bawah.

Tidak hanya berhenti di situ kebingungan Endro. Masih mencoba lagi mencari jawaban atas gangguan-gangguan yang ia rasakan. Benarkah apa yang diminta itu? Meminta untuk kulonuwun.

***

Esoknya Endro mencoba mengajak si istri tidur di kamar lain. Lagi-lagi Endro membaca sebuah majalah dan membiarkan istrinya tertidur. Tidak seberapa lama, tiba-tiba si Istri mengigau. Ia mengeluarkan suara-suara seperti orang ketakutan yang dalam bahasa Jawa disebut kelindihen4. Endro segera membangunkan istrinya dan mencari tahu apa yang terjadi.

“Aku bermimpi, Mas.” Jawab Andini sambil memeluk suaminya dengan nafas terengah-engah menahan takut.

“Mimpi apa?” Endro bertanya lagi dengan tenangnya.

“Ada seorang wanita yang masuk ke kamar ini. Orangnya berumur sekitar 60-an. Rambutnya panjang terurai dan masih basah. Dengan sinis dia menatapku sambil megibas-ngibaskan rambutnya yang menutupi matanya. Lalu dia berkata seperti marah kepadaku.” Andini bercerita sambil menerawang mengingat-ingat runtut cerita dalam mimpinya.

“Lalu,” masih dengan santai Endro menjawab.

“Lalu dia seperti mengatakan sesuatu, Mas.” Andini tambah ketakutan terlihat dari pandangan matanya yang mengarah pada pintu kamar sekan meyakinkan wanita itu masih berada di sana atau sudah menghilang.

“Berkata apa?” bacaannya lebih penting dari ketakutan Andini Endro seakan cuwek menanggpi.

“Ndang budal!”5 Endro seperti kena cambuk. Cambuk yang memperingatkannya untuk segera melakukan sesuatu. Diletakkannya bukunya lalu dia segera bangkit dari tempat tidur.

“Ayo!” ajaknya kepada Andini. Andini bingung.

“Ke mana, Mas?” jelas tergambar pada raut mukanya dengan dahi berkerut.

“Ke makam depan rumah kita.”

“Untuk apa?”

“Berziarah.”

Endro segera mengajak si istri ke pasar untuk membeli bunga. Bunga ini nantinya akan ditabur di makam Eyang Suko. Makam yang dianggap ditempati sosok yang menampakkan diri di pintu kamar tidur itu. Eyang Suko sebutan untuk makam itu karena tidak diketahui siapa nama sebenarnya. Pada nisan makam tidak tertulis nama.

Andini teringat pada cerita ahli waris yang masih kerabat dari jasad yang dimakamkan di dekat Eyang Suko. Eyang Suko adalah seorang prajurit Pangeran Diponegoro. Pada saat Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda, semua prajurit melarikan diri dari kejaran pasukan Belanda. Bertebaranlah prajurit-prajurit itu ke beberapa daerah. Di antaranya di lingkungan dekat makam itu. Ketika meninggal dimakamkanlah di pemakaman khusus yang disebut-sebut sebagai khusus keluarga ningrat.

Sebagaimana tradisi Jawa, orang yang masuk ke suatu daerah harus meminta izin atau permisi. Suami Andini adalah orang baru yang harus permisi untuk masuk di lingkungan itu. Tradisi yang biasa dilakukan adalah melakukan sesembahan atau nyadran6.Namun, kegiatan itu tak dilakukan baik oleh keluarga Andini maupun Endro.

Memang lingkungan itu adalah perkampungan yang dibangun di atas tanah bekas makam. Banyak orang yang mengatakan bahwa perkampungan itu penuh misteri. Banyak kejadian yang mencelakai orang yang tidak punya unggah-ungguh atau sopan santun. Pernah terjadi anak kecil yang tidak bisa buang air kecil setelah dia pipis 7 dengan seenaknya di atas makam. Sering terjadi kecelakaan di daerah dekat perkampungan itu. Peristiwa-peristiwa itu dihubungkan dengan tempat yang angker8.

Berziarah ke makam akan membawa bunga sebagai tanda bahwa ia sudah berziarah. Bunga yang dibeli mereka di pasari adalah bunga mawar, melati, dan kenanga. Ini pun sudah menjadi suatu tradisi masyarakat dalam ritual berziarah ke makam.

Sepulang dari pasar, mereka menemui juru kunci makam untuk meminta dibukakan pintu makam. Mereka mengaji di sana. Membaca surat Yasin dan membaca tahlil sebagaimana ajaran yang mereka anut lalu menaburkam bunga di atasnya.

Setelah mematuhi permintaan untuk kulonuwun itu, mereka merasa tidak ada gangguan lagi. Masuk rumah terasa nyaman, tidak ada hawa panas, tidak membuat bulu kuduk berdiri, dan merasa tenang saja di rumahnya.

----------------------------------

nglindur1 ‘mengigau’

Sakjane opo karepmu kok ngganggu aku terus?” ‘”sebenarnya, apa yang kau

inginkan, kok, terus menggangguku?”

Kulonuwun”3 “Permisi”

kelindihen4.

“Ndang budal!”5 ‘ayo, berangkat!”

nyadran6 : Memberikan sesembahan di tempat keramat

Pipis7 ‘buang air kecil’

Angker8 ‘menyeramkan’

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih Bapak, sukses juga buat Bapak

07 Sep
Balas

Wahh ..cerpen yang membuat dek .. dek sarr Bun, bagus ceritanya. Selalu semangat berkarya Bunda

06 Sep
Balas

terima kasih Ibu..salam sukses buat Ibu

07 Sep

Kusempatkan membaca tulisan sahabat literasi di kesempatan pertama. Sukses selalu.

06 Sep
Balas



search

New Post