Sepasang Ayam Kate Batik kanada (3), Tagur ke-193
Sudah waktunya absen pulang. Segera kupacu motorku agar cepat sampai rumah. Jalanan masih ramai. Semua pegawai kantoran pulang pada jam yang sama. Aturan jam kerja untuk semua ASN (Aparatur Sipil Negara) diberlakukan dengan sama.
Aku masih harus singgah ke toko makanan kucing. Pagi tadi aku lihat tinggal sedikit. Kasihan kalau sampai kehabisan makanan. Lagipula mengeongnya akan lebih keras lagi tanda kelaparan. Satu bungkus saja sudah cukup untuk persediaan satu minggu.
Bayangan ayam kate batik kanada kembali menari-nari di pelupuk mataku. Gerakan gesitnya, jalannya yang selalu beriringan menandakan betapa pasangan yang serasi. Memang dari corak warna dan motofnya sangat serasi. Pernah terbang sampai ke luar pagar. Mungkin karena terkaget dengan suara yang belum bersahabat dengannya.
“Semoga cepat sampai rumah. Sehingga segera dapat menemukan di mana mereka bermain.” Aku berharap dalam hati.
***
“Sayang, sudah sejak pagi lo dia gak ada.” Suamiku sudah memberi laporan kehilangan ayamnya.
“Kok, gak dicari?” Aku menggodanya dengan kata-kata ini meski aku sudah tahu jawabannya sambil aku menggantungkan baju seragamku dan berganti pakaian rumah.
“Mana aku tahu, ke mana carinya.” Senyum genitku mulai beraksi. Mata kelincinya melirikku dengan rasa ingin dikasihani. Kenapa aku katakan dia mata kelinci, karena pandangan matanya seperti mata kelinci yang selalu mengharapkan belas kasihan orang yang melihatnya.
Ketergantungannya padaku memang tak bisa dibiarkan sendiri. Bahkan dia sering mengatakan merasa sepi, rindu, dan seakan tak bisa hidup tanpaku. Aku cukup memaklumi ini. sifat pendiamnya dan tak mandiri yang membuatnya seperti itu.
Allah benar-benar memilihkan yang terbaik untukku dan untuknya. Aku yang tak bisa diam tanpa aktivitas menjadi pelengkapnya karena dia suka tinggal di rumah dan berdiam diri. Segalanya butuh pelayanan. Aku pun suka melakukan ini.
“Ayo, kita cari berdua, Mas!” ajakku.
Dia mengikutiku dari belakang. Beberapa tetangga yang sedang duduk-duduk santai menyapa kami.
“Bu, ayamnya bagus sekali, ya.ayam apa namanya, Bu?”
“Ayam Kate Batik Kanada, Bu.”
“Tadi kami juga mikir-mikir ayam siapa kok bagus ini main-main di halaman.”
Anak kecil membantu kami menangkap. Masih gesit juga. Si Jago terbang ke atas atap teras rumah. Kami membiarkannya agar turun dengan tenang. Semakin dikejar, dia akan semakin takut dan terus berlari.
Kulihat Mas Joedi mulai lelah. Aku minta dia diam saja tak usah ikut menangkap. Biarlah anak-anak kecil itu yang membantu. Kalah juga akhirnya sepasang kate itu di tangan mereka. rasa senang dapat menangkap adalah suatu kebanggaan. Sedikit ongkos untuk membeli es krim sudah membuat mereka tertawa senang dan segera berlari membeli es krim. Itulah wujud tanda terima kasih kami.
Kami minta izin untuk membawa ayam-ayam kami dan segera memasukkan ke kandang. Para tetangga menyilakan dengan sikap santun dan bersahabat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar