Hariyani

Hariyani adalah nama asli sejak lahir dari Ibu bernama Marsini dan Bapak bernama Paniran yang tinggal di Blitar. Berlatar pendidikan SDN Jatituri 2 Blitar, SMPN...

Selengkapnya
Navigasi Web

Sosok Berilmu yang Rendah Hati

Sosok Berilmu yang Rendah Hati

(Prof. Dr. Djoko Sarjono, M.Pd.)

Hariyani

Beliau adalah sosok yang suka tampil sederhana, tetapi memiliki kharisma yang memesona. Saya mengetahui beliau sejak tahun 1987-an. Ketika itu saya menjadi mahasiswanya di S-1 Jurusan pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia. Meskipun masih berusia 25 tahun, beliau menjadi dosen favorit bagi kami. Usia yang tidak terpaut jauh dengan kami yang berumur19-an, sehinggga layaknya adik tingkat dengan kakak tingkat.

Semua mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia selalu akrab dengan dosen yang satu ini karena sikap yang tidak menjaga jarak dengan kami. Friendly, begitulah kami menjulukinya. Gaya berbicaranya yang selalu mengakrabi kami bahkan tak segan-segan menyapa kami terlebih dahulu. Betapa hapalnya dengan kami bahwa kami adalah mahasiswa beliau. Dosen yang hapal dengan mahasiswanya tentulah dosen yang ramah, bersahabat, dan tidak Jaim (jaga image).

Pada sela-sela jam kuliah tak jarang beliau bersedia duduk santai bersama kami di pantai (sebutan kami terhadap suatu tempat bersantai di depan audoritum). Mengapa disebut pantai, karena berupa hamparan rumput hijau yang dikelilingi pohon jambe sehingga duduk-duduk santai di sana seperti sedang berada di pantai. Sangat asri dan lepas bebas memandang mahasiswa-mahasiswi yang melintas.

Karena begitu akrabnya dengan mahasiswa, maka beliau sering diajak serta dalam setiap kegiatan mahasiswa. Misalnya saja tetater kami mengadakan kemah, beliau tak ketinggalan pula. Mungkin juga keaktifan beliau dalam kelompok mahasiswa pecinta alam, sehingga merupakan hal yang menyenangkan berkegiatan yang berhubungan dengan menyatunya jiwa dengan alam.

Sampai kini pun, meski sudah terpisah jarak dan telah menduduki jabatan tertinggi di Universitas Negeri Malang, beliau tetap mengakrabi kami melalui media sosial Facebook. Saling memberikan komentar tanpa memandang rendah kami. Meskipun kepada kami yang hanya guru biasa, pegawai perpustakaan, penulis, baik pemula maupun penulis berbobot, tak pernah menyinggung tentang kemampuan kami yang masih rendah. Bagi beliau semua membutuhkan proses. Yang penting tetap bersemangat dalam berproses baik membaca dan menulis. Motivasi-motivasi kecil selalu dihadirkan kepada kami dalam komentar-komentar di media sosial tersebut.

Ulasan-ulasan terhadap karya kami tidak pernah menjatuhkan. Selalu memberi jalan kepada kami untuk bereksplorasi dalam mengembangkan kemampuan. Kami merasa sangat dihargai meski kami tahu, apa yang kami lakukan tak bernilai jika dibanding mereka yang sudah berhasil sebagai penulis berbobot.

Buku menjadi santapan wajib beliau sehari-hari. Tempat berselancarnya adalah toko-toko buku. Tiap menjelajahinya, tak hanya satu atau dua buku dibeli. Karena itu pulalah beliau dijuluki kutu buku. Hari-harinya akan terasa sepi tanpa buku baru dalam genggaman. Tidak hanya gemar membaca, tetapi juga menelaah buku-buku yang dibacanya. Hal itu dilakukan sejak menjadi dosen muda sampai sekarang sebagai guru besar (jabatan fungsional tertiggi bagi dosen). Karena itulah banyak penulis yang mengirimkan bukunya kepada beliau untuk diberi ulasan. Sangat sesuai bila beliau mendapat tambahan profesi sebagai Kepala Perpustakaan UM, yang selalu berkutat dengan buku.

Perhatian yang sangat tinggi dan mendalam terhadap perkembangan literasi selalu diberikan. Pesan-pesan disampaikan kepada pembaca untuk menjadi penggiat literasi yang bermakna. Menggerakkan iterasi yang disadari.

“Literasi itu kesadaran terhadap pengetahuan, informasi, dan/atau data yang disusun secara teratur, rapi, cermat, dan tepat dalam tulisan atau medium lain yang setara. Kesembronoan, keserampangan, dan ke-semaugue-an jelaslah bukan pertanda kememadaian kualitas literasi seseorang.”

Jadi tidak hanya mengartikan literasi dengan hingar-bingar tanpa kegiatan yang bermakna dan tanpa menghasilkan yang berkualitas. Namun begitu, beliau juga menyadari bahwa semua membutuhkan proses. Suatu saat perkembangan akan tingginya suatu kualitas akan bisa dicapai.

Menolong dengan Buku

Setiap mahasiswa yang membutuhkan buku apa saja, pergi ke rumah beliau, akan didapatkan apa yang diinginkannya di rak-rak buku perpustakaan keluarga. Beliau pun tidak pernah melarang kami untuk meminjamnya. Bagi beliau, beramal ikhlas dengan buku akan memberikan banyak manfaat meskipun ada yang mengatakan bahwa “hanya orang bodoh yang mengembalikan buku yang dipinjamnya.” Beliau tidak mempunyai pikiran yang negatif. Kalaupun ada yang berlaku curang seperti itu, beliau ikhlas memberikan.

Memang betul, saya sudah membuktikan. Saya sangat terbantu ketika akan mengerjakan skripsi. Dosen Pembina saya mengarahkan agar saya menelaah karya sastra terjemahan. Untuk menelaah karya sastra terjemahan dibutuhkan novel terjemahan, sedangkan saya tidak mempunyai buku itu. Salah satu kakak tingkat menyarankan saya untuk meminjam novel terjemahan kepada beliau.

Alhamdulillah, saya dipinjami novel Jepang karya Yasunari Kawabata yang berjudul Keindahan dan Kepiluan. Beliau memilihkan novel ini karena tidak terlalu sulit jika ditelaah. Yang membuat saya terharu ketika beliau membawa novel itu dan menyerahkan kepada saya meskipun saya belum memilih sendiri ke rak-rak buku beliau seperti yang dilakukan teman-teman. Inilah sikap yang jarang dimiliki oleh dosen lain. Teman-teman menyebut “tidak gila hormat”.

Saya berhasil menelaah novel itu dengan judul Pengaruh Budha Zen terhadap Tokoh dalam Novel Keindahan dan Kepiluan karya Yasuari Kawabata. Dari telaah ini nilai skripsi yang saya peroleh adalah A. Ucapan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan, tetapi dijawabnya begitu dengan santai seakan beliau tidak berperan apa-apa. Padahal tanpa novel itu saya tidak tahu harus menelaah novel apa.

“Iya, gak apa-apa, syukurlah sudah selesai dan memperoleh nilai A. Saya hanya bisa meminjami buku saja, kok. Kalau mau yang lain, boleh mau baca-baca.”

Sangat berarti pertolongan yang diberikan, tetapi tetap rendah hati. Ibaratnya tangan kanan memberi, tangan kiri tidak mengetahui.

Tidak Menyusahkan Mahasiswa

Beliau sangat memahami kondisi perbedaan kemampuan mahasiswanya. Tuntutannya tak setinggi harapannya. Bahkan bantuannya selalu diulurkan kepada mahasiswa yang membutuhkan. Saya teringat waktu mengadakan pementasan membaca sastra. Kebebasan memilih naskah yang akan dipentaskan diberikan kepada masing-masing individu ataupun kelompok. Setelah pementasan, apresiasi terhadap pementasan sangat menyejukkan dan menjadi motivasi tersendiri bagi kami meskipun kami tahu masih banyak kesalahan di sana sini.

Teknik mengajarnya terkesan santai. Namun, sebenarnya mengarahkan kami untuk melakukan eksplorasi terhadap tugas yang diberikan. Kebebasan berpikir adalah segala-galanya asalkan tidak berlebihan. Saya teringat waktu ada jam perkuliahan beliau. Kami masih menyaksikan pameran puisi. Kami membaca-baca puisi yang dipajang di sepanjang koridor perpustakaan. Beliau tidak memarahi kami, tetapi justru menyilakan kami untuk melanjutkan membaca dengan tidak memaksa untuk masuk ke kelas. Justru inilah esensi belajar yang sesungguhnya menurut beliau. Ketika kami mau menemukan sendiri tentang perbedaan puisi yang dipajang, inilah penemuan ilmu tentang membaca sastra.

Demikian pula saat saya menempuh pendidikan S-2 jalur kerja sama denga Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, beliau sangat menyadari kondisi kami yang berangkat pulang-pergi Blitar-Malang untuk mengikuti perkuliahan. Beliau tidak pernah menuntut kepada kami secara idealis baikdalam mengerjakan tugas-tugas maupun ketepatan waktu. Kami merasa dipermudah. Meski sebenarnya mata kuliah yang beliau berikan begitu tinggi menurut kami, beliau menyadari akan kesibukan kami yang kuliah sambil mengajar.

Kemudahan beliau berikan pula saat menjadi pembimbing tesis saya. Setelah dua kali pembimbingan, suami saya meninggal. Beliau menyarankan kepada teman saya untuk membawakan berkas-berkas saya yang akan dikonsultasikan. Meskipun saya tidak langsung menghadap, beliau akan memberikan catatan-catatan koreksi. Begitu besar perhatian beliau kepada nasib kami.

Saya teringat betul apa yang beliau sampaikan ketika konsultasi saya pada masa-masa berkabung.

“Mbak Hariyani, begitulah perjalanan hidup. Semua sudah diukur sesuai dengan kemampuan. Ujian seseorang yang akan meraih kesuksesan berbeda-beda. Semoga tetap tegar, kuat dalam menghadapi semua ujian. Saya yakin, kok, Mbak Hariyani akan berhasil menyelesaikan pendidikan S-2 ini nanti.”

Tenggorokan saya semakin tercekat mendengar nasihat beliau. Saya hanya menunduk tanpa berani memandang beliau. Tak terasa air mata saya membasahi pipi meski saya berusaha untuk menahannya. Saya merasa bahwa beliau tidak hanya sebagai dosen pembimbing tesis, tetapi juga dosen yang begitu perhatian, peduli, dan tidak terlalu menjaga jarak dengan mahasiswa. Dosen seperti ini adalah satu-satunya yang saya temui selama menjadi mahasiswa.

Tidak Pelit Nilai

Meski ada yang mengatakan bahwa dosen muda memberikan nilai yang murah agar mendapat simpati mahasiswa, tetapi hal ini tidak terjadi pada Pak Djoko. Beliau sangat professional dalam memberikan nilai. Jika memang mahasiswa tidak aktif atau masih mempunyai tanggungan tugas, maka beliau tidak bisa memberikan nilai B. namun, masih beruntung mereka bisa lulus dalam mata kuliah yang diikuti.

Jika aktif dalam perkuliahan dan mengerjakan tugas dengan lengkap, beliau memberikan nilai minimal B. Menurut beliau, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Apa pun hasil yang kami kerjakan, beliau memberikan penghargaan. Kerja keras kami sudah sesuai dengan kemampuan yang kami miliki.

Selama mengikuti perkuliahan beliau, nilai yang saya peroleh antara A dan B. Membaca satra dengan menampilkan teatrikalisasi puisi W.S. Rendra yang berjudul Rick dari Corona nilai A saya peroleh. Tidak hanya nilai A diberikan, juga pujian yang menyenangkan diberikan.

Namun, nilai mata kuliah Teori Sastra yang memang sulit saya pahami, saya cukup mendapatkan nilai B. dari situ jelas cara beliau memberikan nilai memang tetap professional dan proporsional.

Demikian juga saat menjadi pembina dan penguji tesis saya, nilai A juga saya dapatkan. Meskipun nilai ini dipadukan dari tiga penguji,

Santai dan Tidak terlalu Kaku

Meskipun masa perkuliaahan di kelas, beliau bersikap fleksibel. Suka bercanda menjadi ciri utama saat menyampaikan materi perkuliahan. Kami mengikuti dengan antusias dan gembira. Bahkan rasa senang dan nyaman berlama-lama berada di dalam kelas.

Pengetahuan yang luas menjadi ciri beliau, membuat beliau lebih suka bercerita tentang banyak hal. Selalu mengikuti perkembangan zaman. Inilah yang kami harapkan. Sesuai dengan perkembangan jiwa kami. Perkembangan berita terbaru disisipkan dalam perkuliahan sehingga kami mendapatkan informasi terbaru meski kami belum membaca.

Apabila kami tidak berhasil menjawab atau merespon dengan sangat lambat, beliau akan menjawab sendiri pertanyaan yang dilontarkan dengan menjelaskan dari berbagai buku yang telah dibacanya. Itulah sebabnya mengapa beliau lebih suka komunikasi langsung dua arah tanpa menggunakan pembantu media. Akan sedikit yang disampaikan karena terpancang pada media yang sudah dibuat.

“Saya suka dengan LCD ‘Langsung Cangkemku Dewe’ (Langsung berbicara dari mulut sendiri).”

Kalimat lelucon ini sering disampaikan sehingga membuat kami tertawa senang karena tidak merasa canggung. Justru kami heran dengan santainya beliau mengungkapkan kalimat yang nota bene kurang terhormat untuk menyebut diri sendiri. Inilah ungkapan keakraban beliau tanpa merasa diri hebat ataupun terhormat. Beliau mendudukkan kami sebagai teman berbicara. Bukan sebagai mahasiswa yang harus tunduk, taat, dan hormat kepada beliau. Dengan begitu, suasana perkuliahan menjadi lebih hidup.

Semoga pemikiran, sikap, dan perilaku beliau selalu menginspirasi kami.

Berilmu dan berkedudukan tinggi, tetapi tetap rendah hati.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post