Tokoh Samaran 1, Cerbung Tagur ke-166
Tokoh Samaran
Jam dinding menunjuk pada pukul 07.00 WIB. Pembelajaran daring sudah dimulai. Bu Hamidah mengirimkan kegiatan yang harus dilakukan anak-anak di beranda masing-masing kelas E Learning. Kelas yang diajar ada 5 kelas.
[“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Anak-anak, semoga kalian selalu sehat, bahagia, dan tetap semangat dalam BDR (Belajar Dari Rumah). Hari ini pukul 07.00 s.d. 08.30 pembelajaran Bahasa Indonesia. Marilah kita awali kegiatan dengan membaca basmallah dan berdoa di awal pelajaran. Pada hari ini kita belajar mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk cerpen. Saya sudah membagikan link contoh cerpen di bahan ajar silakan dibuka, kemudian dibaca ya, Anak-anak.”]
[“Waalaikum salam… , iya, Bu.”] beberapa siswa menjawab pada kolom komentar. Sambil menanti siswa-siswinya membaca cerpen dari link yang dibagikan, Bu Hamidah mengecek kehadiran siswa pada setiap kelas. Ada beberapa anak yang belum hadir.
***
Permasalahan yang dihadapi siswa-siswi dalam pembelajaran daring (dalam jaringan) adalah kesulitan mengakses internet yang kadang nyambung dan kadang pula lelet. Ada juga yang tidak mempunyai HP android. Bagaimana pembelajaran bisa berlangsung jika peralatan yang digunakan tidak dimiliki? Ketika dikonfirmasi, siswa-siswi tersebut menyampaikan dengan kejujurannya bahwa mereka menumpang kepada temannya, menggunakan HP orang tuanya, atau bahkan HP android yang hanya 1 digunakan satu keluarga sehingga tidak bisa mengikuti pembelajaran pada waktu yang ditentukan. Susahnya lagi bagi mereka, jika pembelajaran disampaikan melalui channel youtube yang tentunya membutuhkan persediaan data yang harus mencukupi.
Beberapa permasalahan pembelajaran daring akhirnya muncul dan dijadikan agenda rapat. Masalah harus segera diatasi. Usulan dari Bapak Ibu Guru yang secepatnya harus diselesaikan adalah siswa yang tidak mempunyai HP android dan tidak memiliki data yang dibutuhkan.
“Seperti biasa Bu, kita penggalangan dana seikhlasnya.” Seksi kesejahteraan mengusulkan dan segera berkeliling melakukan tugasnya menerima sumbangan dana dari teman-teman.
“Saya punya HP yang sudah tidak terpakai. Besok saya bawa, silakan diberikan kepada siswa yang membutuhkan.”Ibu Alfiah memberikan solusi..
“Anak saya juga Bu, HPnya yang lama tidak dipakai, juga boleh dimanfaatkan.”Bu Indah terinspirasi dari solusi yang ditawarkan Bu Alfiah.
[“Bu, saya siap membelikan. Uang saya berikan kepada guru BK (Bimbingan Konseling) ya, biar beliau yang melakukan home visit , membelikan, dan memberikan HPnya.”] Ada pesan masuk yang bersifat rahasia. Beliau tidak ingin sumbangannya diketahui guru lain. Ibaratnya tangan kanan memberi tangan kiri tidak mengetahui.
Begitulah cara guru menyelesaiakan masalah siswa-siswinya. Sementara penyumbang untuk memberikan piranti pembelajaran terus bertambah yang dapat digunakan untuk membelikan kuota data dan HP baru. Bagaimana mungkin guru akan diam saja menghadapi kesulitan mereka dalam belajar. Bagaimana guru bisa memberikan banyak tuntutan tugas dalam kondisi pembelajaran yang serba kekurangan.
***
Bu Hamidah tersenyum mengingat kepedulian teman-temannya. Senyum bangga, terharu, bahagia yang bergabung dalam satu rasa. Bagaimana tidak, kondisi pandemik ini benar-benar membutuhkan trik-trik yang baru dalam pembelajaran. Kemudahan dalam tatap muka sudah tidak lagi bisa diterapkan. Masalah yang utama saja belum teratasi bagaimana dengan masalah-masalah yang lain lagi nanti?
[“Bu, cerpen ini karya Ibu, ya?”] sebuah nama muncul bertanya di beranda pada grup kelas. Memang Bu Hamidah menulis banyak cerpen yang diunggah di blognya. Salah satu cerpen yang untuk konsumsi usia 13-an dijadikannya sebagai model pembelajaran tujuan utamanya adalah menarik minat siswa-siswinya.
[“Iya, Cantik, kenapa?”] Bu Hamidah memberikan respon..
[“Bagus, Bu, saya pingin buat cerpen seperti Ibu.”} Kholifah menyampaikan keinginannya. Trik Bu Hamidah untuk menumbuhkan inspirasi juga mulai tersampaikan.
[“Bu, air mata saya menetes dengan tiba-tiba ketika membaca.”} komentar lagi dari siswi yang lain, yang mungkin memang tergolong gampang baper (terbawa perasaan). Mungkin juga karena peristiwa-peristiwa yang mendukug ide cerita sangat sesuai dengan kondisinya saat ini atau bahkan dia mengalami peristiwa yang sama dengan tokohnya.
[“Dinda, adakah yang menyentuh perasaan kamu?”] Bu Hamidah selalu merespon komentar-komentar siswanya satu persatu. Meraka merasa diperhatikan dengan kasih sayang seorang guru kepada muridnya.
[“Baik, anak-anak, silakan kalian memulai dengan ide kalian, apa yang ingin kalian ceritakan. Coba, Ibu ingin tahu, kira-kira kalian ingin bercerita tentang apa?”]
[“Tentang kegagalan meraih juara dalam lomba pidato, Bu.”] Arsy menjawab dalam kolom komentarnya. Satu persatu ide yang akan ditulis oleh siswa-siswinya dicermatinya satu persatu. Ada yang menimbulkan rasa kagum, bangga, dan juga membuatnya tersenyum karena lucu.
Thing! HP Bu Hamidah berbunyi. Pesan whatsapp masuk. Tidak tertera nama.
Siapa yang menulis pesan? Bu Hamidah bertanya-tanya dalam hati.
[“Bu, bolehkah saya bercerita tentang orang tua?”] hati Bu Hamidah mulai sedikit bergetar. Permohonan izin yang sangat berhti-hati. Bila ada permintaan semacam itu, tentulah ada permasalahan yang rahasia baginya. Bu Hamidah memperbolehkan.
[“Tapi, Bu, bagaimana jika nanti ada yang tersinggung?”] Dinda melanjutkan pertanyaannya.
Dug! Jantung Bu Hamidah seperti dipukul. Masalah yang bisa membuat orang tersinggung pastilah masalah yang rahasia dan terdapat unsur negatifnya.
[“Ada caranya, Sayang, agar kisah itu tidak seperti kisah orang terdekatmu.”] Bu Hamidah memberikan solusi agar kebingungan Dinda berkurang.
[“Pakailah sudut pandang orang ketiga. Dengan menggunakan nama samara misalnya.”]
[“Baik, Bu, tapi…, bagimana jika masih bisa diterka juga?”] nada galau masih membayangi Dinda untuk menuangkan idenya dalam cerpen.
[“Nanti diberikan penjelasan, Dinda.”]
[“Penjelasannya bagaimana, Bu?”] Rupanya keinginannya untuk mencurahkan perasaan dan pikirannya tentang orang tuanya benar-benar harus terwujud.
Seorang penulis yang ingin menuangkan pengalaman hidupnya mempunyai beberapa alasan. Apakah dia ingin mengabadikan sebuah peristiwa yang terjadi padanya, ataukah dia ingin memberikan inspirasi kepada pembaca tentang bagaimana menghadapi konflik dalam hidupnya, atau juga ingin membuka pikiran seseorang yang ditujunya agar sadar dan tidak mengulangi lagi perbuatannya.
[“Dituliskan saja. Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka. Jika Ada Kesamaan Nama Tokoh, Tempat Kejadian Ataupun Cerita, Itu Adalah Kebetulan Semata dan Tidak Ada Unsur Kesengajaan.”] Tulis Bu Hamidah. [“Baik, Bu, terimakasih atas saran dan motivasinya.”]Bersambung…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar