Yang Hilang akan Terganti, Cerbung Tagur ke-140
Yang Hilang akan Terganti
Sebagai seorang guru, mengajar adalah sebuah panggilan hati. Namun, jika sudah menjadi hobi, akan lebih menyenangkan lagi. Kebahagiaanku setelah pulang dari Jakarta dengan berita yang gembira ini juga terbawa dalam kelas. Aku memandang anak-anak dengan penuh cinta dan rasa syukur yang berlimpah ruah. Rasa sayang dan kangen karena sehari aku tak bertatapan dengan mereka.
[‘Mbak, minta nomor rekeningnya, ya.”] Ima, adik Mas Robby mengirimi pesan whatsapp. Aku kaget dan bingung. Untuk apa?
[“iya, Dik. Namun, kalau boleh aku tahu, untuk apa, ya.”] rasa terkejutku masih membuat ingin mendaapat keyakinan tentang keinginanku mengetahui maksud minta nomor rekening.
[Ini Mbak, aku mau transfer untuk membayar rumah.”] Ya Allah, tidak salahkah penglihatanku ini? Huruf-huruf yang ditulis Dik Ima aku cermati lagi. Aku eja berulang-ulang untuk meyakinkan. Tak bisa aku membayangkan bagaimana pikiran dan apa alasan adik-adik hingga begitu percayanya kepadaku.
[“Mbak..”] kembali dikirimnya pesan. Oh, ternyata ini benar. Aku hanya melongo. Keherananku, begitukah rasa kepedulian yang dijunjung tinggi dalam keluarga mereka? Padahal masih berapa bulan aku menjadi bagian dari keluarga ini. Justru uang rumah ditransfer ke rekeningku. Kenapa kepadaku, kok tidak kepada Mas Robby. Segera kukirim nomor rekeningku.
[“Mbak, mungkin dalam waktu maksimal satu hari ya, karena dari rekening yang berbeda.”]
[“Iya, Dik.”} rasa apa yang ada dalam hatiku tak bisa kukatakan. Cukup menggetarkan dan mendebarkan. Uang sebanyak itu masuk dalam rekeningku. Selama ini tak pernah aku melihat wujud uang sebanyak itu. Besok aku akan mengambilnya dan membawanya ke notaris untuk penandatanganan jual-beli rumah.
Hanya dalam hitungan menit, sekitar 30 menit masuk pemberitahuan dari bank rekeningku bahwa ada uang masuk sejumlah yang dikirim Dik Ima. Ya Allah, mimpikah aku? Begitu cepatnya Engkau mengubah nasib seseorang. Begitu mudahnya Engkau memberikan melalui orang kepercayaan.
Masih terngiang di telingaku bagaimaana penagih hutang itu mengirimi pesan kepadaku sampai aku menangis tersungkur dalam sujud panjangku. Masih terbaca jelas bagaimana penagih hutang itu mengolok-olok aku dengan kata yang tajam menusuk hingga menderaikan air mataku. Kini uang 400 kali lipat dari yang aku bingungkan waktu itu ada di depan mataku. Bahkan bukan tiga kali lipat kenikmatan yang aku peroleh ini. Begitu murahnya Engkau memberikan rezeki ini kepadaku ya Allah.
Rezeki selalu menuju kepada pilihan-Nya sebagai pemilik dan tak pernah salah atau pun berbelok. Jika sudah datang kehendak-Nya untuk mengirimkan, akan datang begitu tiba-tibanya. Inikah cara Allah menjawab air mataku di setiap ujung malamku? Nikmat manalagi yang harus aku dustakan?
Bagaimana aku kehilangan suami, Allah mengirimkan ganti, bagaimana aku kehilangan mobil Allah juga mengirimkan ganti, dan uang ini sebagai ganti jugakah? Aku dan almarhum suamiku memang kehilangan uang melalui bisnis kerajinan itu, hingga aku jatuh bangun, gali lobang tutup lobang, dan kini Allah juga mengganti lagi. Ya Allah, bagaimana aku mengingkari nikmat ini? Bahkan sama sekali tak pernah terbayangkan dan terpikirkan. Almarhum suamiku yang ikhlas, yang selalu berpikiran positif, hingga aku pernah menyayangkannya, inilah sekarang imbalannya. Aku yang menikmati.
Suamiku almarhum belum menikmati juga kelulusan magisterku. Suamiku yang masih dalam kondisi susah payah, begitu mengikhlaskan aku dibahagiakan oleh orang lain. Ya Allah…dada ini tak memberi kelonggaran aku untuk bernafas. Dada ini sekarang penuh dengan rasa syukur hingga tak memberi ruang untuk menyimpan cadangan napas.
[“Mas, Dik Ima sudah transfer.”] kalimat ini yang aku kirimkan ke Mas Robby sambil berlinangan air mataku.
Air mata yang menggenang pada sudut mata ini sebentar lagi akan mencair. Bagaimana aku harus menahannya, sedangkan kuatnya deburan dada ini terus menyesak sampai ke sudut mata.
[“Iya, Sayang, beritahu Pak Sugeng, kalau kita besok melakukan pembayaran.”] pesan Mas Robby aku setujui dan langsung aku laksanakan.
***
Tanpa pengawal, Mas Robby berani saja membawa uang sebanyak itu. Kami yakin Allah melindungi niat yang baik dan tulus ini.
[“Untuk apa uang sebanyak ini, Bu?”] kasir bank itu menanyaiku.
[“Untuk membeli rumah, Mbak.”]
Masih dengan nada heran kasir itu bertanya lagi.
[“Di daerah mana itu Buk?”] lalu aku ceritakan lokasi rumah yang dibeli Mas Robby. Kasir itu hanya geleng-geleng kepala. Mungkin di dalam hatinya, aku tidak pantas membeli rumah seharga itu. Ah, kenapa aku jadi berpikiran negatif? Bukankah di balik keheranannya ada terselip rasa kekaguman.
Kasir itu pula yang mengarahkan kami demi keamanan uang yang kami bawa. Dibungkusnya rapi uang itu lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam sehingga tak terlihat jika dalamnya berisi uang yang banyak. Diulurkannya kepadaku dan kuserahkan kepada Mas Robby karena aku tak berani memegangnya.
[“Hati-hati ya Pak, Buk.”] kasir itu masih mengingatkan dengan kepeduliannya.
Mas Robby mendekap bungkusan uang itu di dadanya. Dia melindungi dengan kekuatan hati dan fisiknya. Jika aku yang membawa, aku tak akan setegar itu. Bergetar jari-jemariku,
Kuikuti langkahnya dari belakang. Sampai masuk mobil, aman. Di dalam mobil, uang itu disembunyikannya di bawah jok. Mas Robby tentu sudah banyak pengalamannya. Bagaimana dia bekerja di BUMN yang mengurusi pemasaran, tentu juga sering membawa banyak uang dari konsumennya yang kebanyakan perusahaan besar.
Dzikirku tiada berhenti selama perjalanan. aku ajak memilih jalan besar. Mas Robby pun paham itu. Jalan besar tentu ramai dengan kendaraan berlalu lalang. Tidak akan ada yang berani menghentikan kami di tengah jalan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kisah yang luar biasa dan mengingatkan. Sukses selalu dan barakallahu fiik
terima kasih Bu.. salam sukses juga buat Ibu
terima kasih Bu.. salam sukses juga buat Ibu
Cerita luar biasa. Semoga mendapatkan ganti yang lebih baik. Salam literasi, sukses selalu.
aamiin.. terima kasih Bapak, semoga sukses juga buat Bapak
aamiin.. terima kasih Bapak, semoga sukses juga buat Bapak
Keren ceritanya