Pagi itu tak berjalan seperti biasanya. Setiap kaki melangkah selalu terdengar degupan jantung yang lebih keras. Hari itulah saya harus mengikuti tes SKB CPNS. Saya harus bersaing dengan 2 peserta lain yang semuanya telah lulus passing grade pada tes SKD sebelumnya. Timbul ketakutan yang sangat besar, bisakah saya?

Dua kekuatan yang saya miliki adalah dukungan suami dan doa ibu. Suami siaga mengantarkan saya menuju tempat tes. Tak lupa, saya dan suami mampir ke rumah ibu untuk mencium tangan dan meminta doa dari beliau. Terdengar lirih doa dari beliau: semoga Allah mudahkan, insyaAllah kamu bisa Nak!. Di usia beliau yang sudah lanjut, suaranya terdengar sangat parau akan tetapi menjadi energi tersendiri untuk saya. Setelah mengaminkan doa ibu, bergegaslah saya dan suami berangkat dari Sumenep ke Pamekasan agar bisa hadir tepat waktu.

Tibalah kami sampai di tempat tes. Saya langsung mengikuti segala prosedur dan memasuki ruangan tes. Saya berusaha menyelesaikan soal satu per satu semampunya. Hingga akhirnya, tibalah pada detik-detik saya harus memencet tombol selesai. Dengan langkah pasrah pada Sang Kuasa saya keluar ruangan. Ternyata, di luar ruangan ada monitor besar yang menayangkan live score yang diperoleh masing-masing peserta. Sempat tak percaya, kembali saya tatap layar monitor memastikan nama dan nilai-nilai yang muncul. Alhamdulillah nama saya muncul teratas. Ya, nilai saya tertinggi pada saat itu sehingga lulus CPNS.

Segera saya temui suami yang telah menunggu kurang lebih 3jam. Tampak wajah suami yang penuh harap menatap saya yang datang menghampirinya. Dengan berlinang air mata, saya mengatakan pada suami alhamdulillah saya terbaik.