TantanganGurusiana(Hari ke 240)

Salah satu rencana yang ingin aku realisasikan adalah mengunjungi makam teman dan saudara yang meninggal karena terpapar Covid-19 yang karena alasan protokol kesehatan, saudara yang ditinggalkan belum bisa ditemui secara langsung. Dan sebelum rencana mengunjungi mereka yang aku rencanakan dilakukan, maka aku jadwalkan kunjungan ke makam dulu.

            Motor yang kami tumpangi terparkir di sebuah jalan setapak yang lumayan bersih dan lebar, mulailah kami menelusuri sisi barat jalan setapak, satu per satu membaca tulisan pada nisan yang relative masih baru, karena saudara kami memang belum genap 40 hari kematiannya karena terpapar covid-19. Akhirnya, ketemu juga dengan nisan yang memuat nama saudara kami itu, dan sambil berjongkok, kami panjatkan doa untuk beliau, layaknya sesama yang berziarah ke makam. Shifa, wanita indigo yang menemaniku kulihat menangis sesenggukan, seraya berdoa, sesekali mata di balik kaca matanya melirik seekor kupu-kupu kuning yang berputar-putar di depan kami, seakan –akan menghibur kesedihan hati kami karena ditinggalkan beliau.

            Kupu-kupu kuning itu masih mengikuti kami sampai pada kelokan pertama yang menuju jalan utama, ketika dari mulut Shifa kudengar kalimat bernada mengeluh, “Kasihan beliau, harus dengan berat hati meninggalkan putra dan putrinya yang masih sangat memerlukannya.” Ya...umur hanyalah titipan Allah yang sewaktu-waktu akan mengambilnya. “Kupu-kupu kuning tadi adalah perwujudan beliau yang meninggalkan kami, penjelasannya.”      

Lumajang, 06 Januari 2021