Harmailis

Pengajar dan pemerhati pendidikan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sedih yang Mendalam

Sedih yang Mendalam

Seperti judul itu. Saya memang sangat sedih. Biarlah postingan ini menjadi saksi kelak, kalau hari ini, Jumat, 27 Maret 2020, saya sangat sedih.

Disaat ASN lain di tempat saya bekerja tidak masuk kantor. Saya justru tetap ngantor bersama pimpinan lain. Termasuk tim sekretariat masing masing bidang. Kabag dan juga beberapa orang yang piket. ASN tidak masuk kantor karena ada kebijakan Direktur, terkait pandemi virus COVID 19. Mereka bekerja dari rumah atau lebih dikenal dengan Working From Home (WFM). Kebijakan diambil untuk mengantisipasi mewabahnya virus covid 19. Sejalan juga dengan himbauan dari pemerintah.

Selain WFH bagi ASN, Direktur kampus kami juga mengambil kebijakan merumahkan atau mekoskan mahasiswa kami. Proses PBM yang selama ini dengan metoda tatap muka, diganti dengan kuliah Daring. Kuliah dalam jaringan. Kuliah dengan sistem online. Dari rumah atau kos, mahasiswa bisa mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen. Ada beberapa aplikasi yang digunakan. Selain fasilitas dari SIAKAD (Sistim Informasi Akademik) kampus saya yang mendukung metoda Daring, para dosen juga bisa menggunakan aplikasi lain, seperti Google Classroom, Zoom, Grup WA dan lain sebagainya.

Virus corona, telah merubah semua rencana akademik kami. Kegiatan kuliah dan praktek yang sudah disusun penjadwalannya oleh 11 ketua program studi, akhirnya tidak bisa dijalankan sesuai rencana. Praktek lapang yang bersifat kompetensi tidak bisa dilaksanakan. Kecuali kegiatan praktek yang materinya bisa diberikan dalam bentuk daring.

Lalu apa yang membuat saya sedih?. Kebijakan atau keputusan itukah?.. Tidak. Keputusan itu adalah keputusan terbaik yang kami jalani terkait makin bertambahnya informasi terkait makin memburuknya kondisi dan situasi akibat penyebaran virus corona ini. Sudah ada yg positif, banyak yang menjadi Orang Dalam Pantauan (ODP), dan banyak juga Pasien Dalam Pengawassn (PDP), setelah diperiksa ada Hasil negatif, ada juga hasilnya positif, dan ada juga yang masih menunggu hasil pemeriksaan. Semua diberitakan secara masif. Semua orang bercerita tentang corona. TV, Radio, Koran, Media Sosial, dan sebagainya, tidak luput dari pemberitaan itu. Covid 19 menjadi trending topik.

Namun yang membuat saya sedih adalah pada saat saya mau ikut sholat jumat Memang ada himbauan MUI untuk mengganti sholat jumat menjadi sholat zuhur, di rumah saja. Itu adalah salah satu bentuk ikhtiar agar terhindar dari pendemi COVID 19.

Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, juga mengeluarkan himbauan kepada bupati dan walikota agar mengambil beberapa langkah sehubungan dengan perkembangan terkini Corona Virus Desease 2019 (COVID19) di Sumbar. Diantaranya meniadakan shalat jumat dan menggantinya dengan sholat zuhur di rumah masing masing bagi mesjid mesjid di daerah terjangkit Covid 19. Kemuadian meniadakan sholat fardu wajib berjamaah.

Walaupun demikian azan tetap dikumandangkan pada lima waktu sholat fardu dan menambahkan diakhir azan lafadz "shallu fii buyuutikum" (sholat lah di rumah anda sekalian).

Mesjid kampus di kampus saya, Mesjid Nurul Fallah, mesjid tempat saya melaksanakan sholat jumat setiap hari jumat kalau saya berada di kampus, telah meniadakan sholat jumat, karena selain himbauan MUI, dan juga himbauan gubernur itu, ditambah juga karena alasan ASN dan mahasiswa yang telah dirumahkan. Kawatir kalau tetap dilaksanakan jamaahnya sedikit.

Saya sengaja cepat pulang hari ini. Bersiap siap untuk bisa sholat jumat, bukan bermaksud untuk tidak mematuhi himbauan itu, tapi hanya karena himbauan hati saja, saya ingin tetap ikut sholat jumat, tentu tidak di mesjid kampus saya. Saya ingin tetap melaksanakan sholat jumat di mesjid yang melaksanakan sholat jumat. Ada dua pilihan mesjid untuk sholat jumat. Mesjid yang pertama adalah mesjid Al Kautsar di Sarilamak, dan mesjid pilihan ke 2 adalah mesjid kodim, yang dekat dari rumah.

Setelah siap untuk berangkat ke mesjid, saya masih berpikir, mau ke mesjid yang mana. Masih ada keraguraguan. Ada himbauan agar tidak pergi ke mesjid yang jamaahnya banyak dari daerah lain. Karena mesjid Al Kautsar berada di jalan lintas, saya berpikir mungkin kurang aman, karena nanti banyak bertemu dengan orang orang yg tidak kita kenal. Bisa bisa nanti malah bertemu dengan orang yg carier, berpotensi pembawa virus. Kita tidak tahu siapa yang menjadi sumber virus corona itu.

Belum sempat saya putuskan, sudah terdengar suara azan dari Mesjid Kodim. Karena lebih dekat dengan rumah, saya putuskan ke mesjid kodim saja. Dengan membawa sehelai sajadah saya jalan kaki menuju mesjid, dan sampai di Mesjid pada saat azan selesai. Ketika masuk mesjid saya melihat sedikit aneh. Tirai pembatas jamaah laki laki dan perempuan masih terpasang, tidak dipindahkan. Setelah masuk mesjid, saya langsung sholat sunat.

Saya sempat berpikir, saat sholat sunat. Kok khatib belum ada di mimbar. Saya terus menyelesailkan sholat sunat, dan selesai sholat sunat saya lihat, khatib juga belum naik mimbar.

Belum terjawab pertanyaan saya. terdengar muazin melapazkan qamat. Saya kaget, dan juga saya lihat banyak juga jemaah yang heran. Ada yang saling pandang. Mungkin sama sama bertanya dalam hati. Saya langsung arif, berarti mesjid menjalankan himbauan MUI dan Himbauan Gubernur mengganti sholat jumat menjadi sholat zuhur berjamaah.

Saya rapatkan saff, saya bentangkan sejadah. Saya mulai mengikuti takbirraturihram sang imam. Allahuakbar. Selesai membaca doa iftitah pada rakaat pertama, tanpa disadari, air mata ini mengalir, keluar begitu saja dan membasahi masker yang saya pakai. Saya menangis, saya terisak sambil terus membaca surat Alfatihah. Saya tidak tahu itu tangis apa. Saya sedih sekali. Sangat sedih, sampai akhirnya imam mengucapkan salam, tanda sholat zuhur empat rakaat selesai.

Ya Allah, maafkan kami. Jaga dan lindungi kami, karena Engkau lah Maha Penjaga dan Maha Pelindung, itulah penutup doa saya setelah sholat zuhur di hari jumat ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wi juga sangat sedih Pak Har...ini seumur umur baru dialami.., dilarang shalat Jumat dan shalat berjamaah di mesjid....Semoga kondisi ini tak berlangsung lama Pak Har...

29 Mar
Balas

Aamiin ya rabbal alamin....

30 Mar

shallu fii buyuutikum ... saya pun sedih saat mendengar muadzin melafazkan inin . ini seperti penolakan Allah kepada kita . Seakan Allah tuh murka ;"sudah sana .. nggak usah dekat dekat dengan rumahKU ..."Faghfirlanaa ya Allah .cukup tamparan kerasMU ini ya Robbkembalikan masjid kami .

31 Mar
Balas

Ya Allah, ampuni kami, lindungi, maafkan segala dosa dan kesalahan kami....

31 Mar



search

New Post