Harnieti

HARNIETI, M. Pd, lahir 6 Agustus 1973 di Pilubang Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. Ia menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMEAN Payakumbuh...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEBUAH PENGKHIANATAN (Part ke-32)

SEBUAH PENGKHIANATAN (Part ke-32)

SEBUAH PENGKHIANATAN

Part ke-32

Pov. Rendi

Akhirnya kesehatanku semakin membaik. Sehingga membuatku sudah bisa kembali beraktivitas di kantor. Satu tekadku saat ini adalah serius dengan urusan pekerjaan di kantor. Selain itu akan berusaha menata kehidupan rumahtanggaku yang tak sempurna. Aku berusaha lagi untuk bisa menyayangi istriku, dan semakin memperkuat ibadah. Mendekatkan diri kepada Allah sang pencipta. Apa yang terjadi dalam hidupku belakangan ini, mungkin suatu teguran dari Allah. Shalat tidak lagi pernah kutinggalkan. Bahkan aku juga rajin shalat sunat mau pun puasa Senin dan Kamis. Inilah pembelajaran berharga sejak aku kenal dengan Putri.

Walau pun saat ini, aku masih belum mampu menghapus semua tentang Putri di hatiku. Setidaknya dengan tidak lagi menghubunginya, aku sedikit mudah menjalani hidup ini tanpa bayang-bayangnya. Bahkan saat saat ini aku tidak lagi memiliki nomor Putri yang baru. Ia tampaknya telah ganti nomor. Nomornya yang lama sudah tidak aktif lagi. Walau pun terasa berat, tapi ini tentang sebuah komitmen bagiku.

***

Aku berusaha menunjukan perhatian kepada Irma. Setiap pulang kantor aku tidak lupa membelikan makanan kesukaannya. Tentu saja Irma tampak senang dengan semua perubahan sikapku padanya.

“Mas, aku telat, ini sudah dua bulan aku tidak datang bulan. Aku hamil Mas”, kata Irma sore itu kepadaku.

Aku senang mendengar kabar ini. Berarti Allah masih memberi kepercayaan kepada kami untuk memiliki anak lagi. sejak saat itu aku semakin semangat dalam bekerja. Sebab dengan adanya anak ketiga ini, tentu kebutuhan kami akan semakin meningkat nantinya. Apalagi Tika, si sulung juga akan masuk SD. Sedangkan Edo akan masuk TK.

***

Memasuki bulan ke tujuh kehamilan Irma aman-aman saja. Ia juga rajin kontrol ke dokter kandungan setiap bulannya. Sesekali aku usahakan untuk menenaminya, bila waktu kontrolnya tidak dempet dengan jadwal kantor. Aku cukup lega, berarti tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kehamilan Irma. Tidak ada tanda-tanda kelainan pada kehamilannya.

***

Pagi ini aku siap-siap berangkat ke kantor. Habis sarapan, aku pamit sama Irma dan menciumi anakku satu persatu. Namun tiba-tiba Irma mengeluh kesakitan. Mukanya tampak pucat, ia tampak memegang perutnya yang semakin membesar. Ya, kandungannya sudah masuk bulan ke delapan. Aku kembali meletakkan tas kerjaku di atas meja. Kuhampiri Irma, dan membantunya untuk duduk di kursi ruang tamu.

“Mas, aku mungkin mau lahiran, bisa antar ke rumah sakit, nggak?, tanyanya sambil memelas menahan sakit.

Langsung saja kuambil HP ku untuk memberi kabar ini ke kantor. Setelah menyiapkan segala perlengkapan lahiran, aku tancap gas menuju rumah sakit terdekat. Kedua anakku kutitipkan pada ibunya Herman. Tidak mungkin juga mereka kubawa ke rumah sakit. Akan banyak urusan yang harus kutangani nantinya di sana.

Sesampainya kami dirumah sakit, Irma langsung mendapat penanganan dari dokter.

“Maaf Pak Rendi, istri bapak harus dioperasi segera. Hasil pemeriksaan kami anaknya sungsang, jadi tidak bisa lahiran normal”. Kata dokter memberikan keterangan.

“Lakukan saja yang terbaik dok!, saya setuju”. Ucapku tanda sepakat dengan saran dokter.

Tapi Allah berkendak lain. Walau pun telah mendapatkan penanganan terbaik, tetapi Irma mengalami pendarahan hebat. Ia dan anakku tidak bisa diselamatkan. Aku sangat tepukul dengan semua ini. Mengapa Irma pergi setelah aku berusaha untuk mencintai dan menyayanginya lagi? aku menangis melepaskan segala kesedihan yang tak mampu kubendung.

“Ya, Allah, mengapa nasibku begini? Cobaan apa lagi ini? Ratapku dalam diam. Lengkap sudah kepedihan hatiku. Ini mungkin balasan dari dosa-dosaku mempermainkan hati wanita selama ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Sukses selalu dan barakallahu fiik

15 May
Balas

Terimakasih bu Siti Ropiah.....sukses juga buat bu Siti

15 May
Balas



search

New Post