Teringat, 2001 mulai hanyut dalam kebahagiaan.

Tak jelas pasti tujuan saat itu, yang tak terlupa diri ini selalu bahagia.

Teringat, Ayahku mengantarkanku, astrea lapuk menjadi saksi bisu.

Teringat, letih dan teriakan kala itu hanya pluit panjang yang aku tunggu.

Teringat, kala itu membawa sebuah kalung hasil dari proses dan pemberianNya.

Teringat, proses ini kerap terdzalimi.

Teringat, diri ini tak dapat melanjutkan mimpi.

Teringat, hati ini selalu ingin kembali namun waktu berjalan beringan dengan nadi.

Dari tangan dan kaki mungil mereka terpampang sebuah harapan dan mimpi besar. "Bantu kami" teriakan, keriangan dan tangisan menggerakan hati. Sekuat apapun hati, nampaknya Tuhan merencanakan segala sesuatu yang sudah dan akan terjadi.

Tersadar tak muda lagi kulihat mimpi-mimpi itu muncul kembali

Mimpi-mimpi yang dulu dipatahkan, harapan yang terdzalimi, bulu tipis di dagu dan pipi, rambut yang tak begitu hitam lagi sebuah tanda bahwa dari sebuah masa yang tak akan bisa kembali.

"Bantu Kami" Sekalipun tak pernah terucap namun keriangan dan teriakan itu tak dapat membohongi kami.

Masih mampukah hatimu berkata tidak untuk mengulurkan tangan pada sebuah mimpi?

Lewat dedikasi diri ini siap, siap melayani dan mengantarkan teriakan dan tangisan menjadi sebuah guratan makna sampai terwujudnya sebuah mimpi.

Iya, mereka adalah generasi, Generasi yang pernah di kebiri akan mewujudkan mimpi kembali.

Dari teriakan itu hantaman keras jelas sampai pada hati.

Tuhan jaga semangat, senyum dan bingkai tangis lelah mereka. Bantu kami, lindungi kami untuk mimpi menjadi nyata hadir kembali.

Kami siap, come back stronger. HY25

Bismillah