MENGHARGAI PERBEDAAN, HADIRKAN CINTA
TantanganGurusiana. 30 hari. hari ke-7
Hidup menjadi indah, manakala ada kesatuan dalam perbedaan rasa. Tiada yang tidak indah di alam ini bukan? Dalam harmonisasi musik alam. Cintapun tumbuh pada Sang pencipta keindahan itu, Allah SWT. Artinya jika kita bisa memandang positif dalam tiap perbedaan maka cinta pada yang empunya perbedaan itu, akan mengahdirkan cinta.
Saya jadi ingat pesan Nabi SAW agar kita selalu menghadirkan rasa cinta yang mendalam pada sesama saudara nya, “ Tidak beriman seseorang di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”. Luar biasa bukan nasehat indah dari sang Nabi yang sangat mencintai ummatnya ini. Nabi Muhammad SAW sangat merasakan penderitaan kita dan sangat menginginkan keimanan itu melekat di hati kita. Sangat naif jika kita tidak menghadirkan cinta yang mendalam pada Baginda kita Rasulullah SAW dan ajarannya ini, Islam.
Islam ini ajaran damai, dan selayaknyalah penganutnya hadirkan kedamaian dalam pergaulannya. Kedamaian tentu akan hadirkan keindahan, perpecahan hadirkan kebencian. Kesadaran inilah yang selalu kita hadirkan, agar hadir kedamaian hidup dalam perbedaan pilihan hidup.
Hal kecil bisa jadi besar, perbedaan kecil bisa jadi besar, bahkan pertengkaran kecil menjadi besar. Hal ini bisa terjadi manakala tidak hadirkan saling menghargai terhadap pilihan masing-masing.
Lihatlah bagaimana jika rumah tangga di bangun dengan landasan cinta, perpaduan dalam perbedaan jenis, laki-laki dan perempauan, perbedaan sifat dan tanggung jawab. Ada yang berujung perpisahan karena tak sanggup hadapi perbedaan itu, adda yang langgeng sampai akhir masa. Dipisahkan oleh kematian semata.
Bahagia dan sedih dalam bangunan rumah tangga itu terassa saat komuniaksi harmonis itu terjalin dengan baik, itu menajdi simbol kebahagiaan, manakala sapa itu sudah hilang maka itu pertanda matinya cinta kasih yag di bangun. Kebencianlah yang lahir, bahkan sang laki-laki yang tidak ada kendali diri,akan memukul istrinya. Bukan hanya sakit nya di hati, namun fisiknya juga merasakannya. Sungguh luar biasa manakala tidak ada lagi saling menghargai perbedaan itu dalam membina rumah tangga.
Tidak ada org yang memukul istrinya kecuali yang gagal dalam rumah tangganya. Karena tugas suami adalah membina rumah tangga. Pemerintah boleh ambil tindakan tegas terhadap suami yang lakukan kekerasan. Apalagi yang gunakan dalail boleh lakukan kekerasan/memukul karena alasan Al-Quran. Sungguh dalil yang tidak pada tempatnya. Islam agama damai dan keindahan, agama yang menyanjung kelembutan sebagai fitrah yang di sukai semua manusia. Memuliakan orang ain seperti ia memuliakan dirinya sendiri. Apakah ia rela dirinya di sakiti? Di hina dan di fitnah?
Ingatlah bahwa Allah membersamai setiap rumah tangga, melihat dan mengawasinya. Selayaknyalah suami istri itu, mengaitkan setiap urusan rumah tangga hanyalah pada Allah semata. setelah petunjuk-Nya baru lakukan tindakan lain. yakinlah Allah memberikan pilihan yang baik untuk itu. Bahkan bercerai pun jadi pilihan makala perbedaan tak mungkin di satukan kembali.
Islam sangat menjaga kemuliaan ummatnya. Islam menyanjung tinggi penghargaan terhadap nilai-nilai manusiawi, martabat manusia. Tentu kalau begitu,saat ada kesemana-menaan dari suami misalnya, maka Allah sangat benci terhadap pelaku kekejian itu. kesemana-menaan perlakauan seorang suami terhadap istrinya, peluangnya besar sekali. Islam memberikan kewajiban pada laki laki untuk menuntun istrinya dengan kasih sayang (mawaddah warahmah). Namun bagi laki laki yang lemah, menjadikan kekerasan sebagai cara ia tetap bertahan sebagi pemimpin. Harusnya lihat lah nabi bagaimana kelakuannya terhadap istrinya, lihatlah bagaiman Allah berlaku santun pada hambanya dan terus mencurahkan cinta-Nya , meskipun hambnaya tidak meminta cinta itu. namun Allah tetap berikan kebaikan pada hambanya, sehingga hambanya tersadar dan kembali pada Allah, indah sekali bukan?...
Ingat pesan Allah dalam Al-Qur’an bahwa balaslah keburukan dengan kebaikan, maka akan terlihat keajaibannya, keburukan akan tertutupi dan yang tampak adalah kebaiakan semata. Betapa luar biasanya manakala mampu mensikapi keburukan sebagai akibat dari tidak dapat memhami perbedaan itu. suami yang salah karena berbuat kekerasan, menekan istri dengan sikap semena-mena nya itu digantikan kemudaian dengan kelakuan baiknya kembali, berakibat kemudian istri hanya melihat kebaikan-kebaikan suami semata. Akan terhapus semua keburukan suaminya, adalah kemaafan istri. Itu adalah fitrah yang Allah ciptakan dalam hubungan kemanusiaan, khususnya dalam contoh di atas yaitu membina rumah tangga.
Mari sejenak kita renungi Quran surat Fussilat ayat 34 berikut, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.
Sungguh luar biasa bukan? Yang bermusuhan itu bisa berubah menjadi teman setia kembali. Kembali dapat melakukan kebaikan, kembali pada peran tanggung jawab masing-masing dan menjalankannya dengan penuh cinta kembali. Perbedaan apapun di sikapi dengan cinta, manakala itu hilang maka itu dapat ditumbuhkan kembali dengan kebaikan yang hilang. Tetaplah melakukan kebaikan saat kita khilaf tidak mampu hargai perbedaan itu.
Jakarta, 08-07-2020
Khasanah RCL
fb: Hasanah Razali
Ig: @daycare.rumahceria, @emtepe2
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar