#Tantangan Guru Hari ke-57#

Anita dan kakaknya ikut bersepeda bersama Ayah dan Ibu. Mereke mengitari sekeliling kompleks perumahan. Tidak hanya keluarga Ayah Anita, tampak beberapa keluarga lainnya yang juga sedang berolahraga. Ayah dan Ibu pun menyapa dan tersenyum kepada siapapun yang mereka temui. Anita dan kakaknya terus saja memperhatikan tingkah laku Ayah dan Ibu. "Kita harus saling menghormati dan menghargai ya, Ka" Tanya Anita. "Ya, De. Nah, coba kamu lihat sikap Ayah dan Ibu yang baik kepada orang lain." Sambil menunjuk dan menggangguk-anggukkan kepalanya, tanda sudah memahami.

***"*

Tiba-tiba saja, saat sedang asyik bersepeda. Ayah berhenti dan berjalan mendekati seorang laki-laki paruh baya. Kulitnya yang keriput dan topi lusuh merupakan ciri khas lelaki itu. Ternyata, Ayah mengenalnya dan Ayah mencoba untuk menyapanya. "Bapak, apa kabarnya? Kenapa bapak disini? Dimana rumah Bapak.?" Tanya Ayah. Dengan perlahan, Bapak itu mengangkat kepala dan membuka topinya sambil sesekali terdengar suara batuk. "Bapak tidak punya siapa-siapa di sini. Bapak tidak punya rumah, Bapak sebatangkara.." Huk,.. Huk,.. Uhuk,..

*****

Ibu yang berdiri di samping Ayah ikut merasakan sedihnya seorang Ayah atau Ibu yang ditinggalkan oleh anaknya. Ibu pun mulai berbicara dengan suara yang pelan. "Bapak mau ikut kami ya, Pak. Di rumah kami ada kamar kosong belum terisi. Nanti Bapak bisa tidur dengan nyenyak dan pulas disana." Anita dan Kakak yang melihatnya ikut merasa iba dan mengajak kakek tua tersebut kerumahnya. "Ayo, Kek. Ikut saja dengan kami. Kami tidak punya kakek. Kakek mau ya, anggap kami sebagai cucu Kakek." Lelaki tua itu menitikkan air matanya. Tak lama ia mencoba berdiri, tapi terjatuh dan mencoba bangkit lagi dan terjatuh lagi. "Sudah, Kek. Sini kami papah jalan pelan-pelan ya, Kek. Rumah kami dekat, itu disana!"