Tantangan Hari ke-63

#TantanganGurusiana

. . .

Biarlah saya tunggu mereka. Nanti saya merepotkan Bang Darman saja.” Jelasku, karena aku enggan di bantu. “Tak apa-apa Dik, apa salahnya Abang Bantu. Nanti Adik kalau menunggu mereka, bisa-bisa kepanasan. Matahari mulai terik. Ini buat kita sakit kepala.” Ia menjelaskan padaku. Belum ada jawaban dariku ia mulai berbenah. Sangat cekatan, ia bawa tikar tempat aku duduk ketempat duduk yang lebih tinggi dan teduh. Rasa gerah berkurang, posisiku sudah nyaman berada di bawah pohon yang rindang ini. Tak lama dengar kumandang suara azan waktu shalat Zuhur. Bang Darman langsung pamit, Sudah masuk waktu Zuhur, Dik... Abang pamit. Kapan-kapan boleh ya... kita lanjut komunikasi kita melalui Handphone dengan nomor yang tadi. Rasa sempati, kagum, bahkan suka padanya semakin membesar tumbuh subur di hati ini. Akan berlanjutkah perjalanan cerita pertemuan hari ini ke hari esoknya? Ya, itu harapan hati kecilku yang mulai enggan untuk berpisah pada saat itu. Hampir setengah hari bersama Bang Darman di pantai membuat hati ku semakin damai dan nyaman. Apakah Beliau sosok imam yang aku impikan selama ini? “Ah itu hanya harapan ku.” Perdepatan dan pertanyaan di hati kecilku aku jawab sendiri. Itu hanyalah mimpi indah sesaat yang tak kan mungkin terulang kembali.

Puas sudah mereka bermain menikmati suasana pantai. Akhirnya kami sepakat untuk pulang. Mulailah kami berkemas peralatan makan, mandi dan sebagainya untuk ditata masuk ke mobil inova yang kami pakai. Anak-anak sibuk bercerita apa yang mereka lakukan selama di pantai dengan kecerian gaya mereka masing-masing. Begitu juga dengan saudara-saudara ayah dan ibu mereka sibuk memandangi galeri melihat hasil pose-pose di pantai. Aku menikmati gaya dan canda mereka dengan senyuman.

-BERSAMBUNG-