Hastuti

Membaca dan menulis adalah hobby penulis, namun menulis di media yang memungkinkan dilihat dan dibaca banyak orang,..baru dimulai justru di saat usia tidak lagi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Darimu Aku Belajar

Darimu Aku Belajar

#Tagur20

#Menuju30

Pagi ini aku sengaja berangkat ke pasar lebih pagi daripada biasanya, karena memang persediaan bumbu, sayuran, dan juga lauk pauk sudah menipis. Dengan berangkat pagi, masih banyak pilihan sayuran dan lauk pauk segar yang bisa kubeli.

“Mau belanja Bu?”, tanya seorang anak laki-laki sedikit mengagetkanku yang tengah memarkir sepeda motorku. Anak itu ternyata Akenda, anak kelas sembilan yang terbilang aktif mengikuti kegiatan PJJ {Pembelajaran Jarak Jauh} selama ini, dan selalu mengumpulkan tugas-tugas daringnya tepat waktu.

“Iya Mas”, jawabku sambil memperhatikan dia yang masih duduk di sepeda motornya, membawa karung berisi kentang.

“Ya sudah ya Bu, saya lanjut kerja”, katanya berpamitan, yang dengan serta merta kuiyakan.

Kuikuti arah perginya dengan sudut netraku. Tiba di sebuah warung, dia menghentikan sepeda motornya. Diangkatnya karung berisi kentang itu, ditumpahkan isinya, serta ditatanya dengan telaten di meja papan yang memang disediakan untuk meletakkan barang-barang dagangannya.

“Lumayan lengkap juga barang dagangan di warung Akenda”, bisikku dalam hati, sambil melangkahkan kaki ke arah warungnya.

Segera kupesan beberapa barang keperluanku, yang dilayani Akenda dengan sigap dan cekatan. Akenda menyiapkan barang-barang pesananku sambil bercerita. Menurutnya, pandemi Covid-19 sekarang ini membawa dampak yang merugikan, tetapi juga menguntungkan. Merugikan, karena selama ini dia harus belajar secara daring, tanpa bisa bertemu muka dengan guru-guru dan juga teman-temannya. Menguntungkan, karena dengan BDR (Belajar Dari Rumah), atau lebih tepatnya BDP (Belajar Dari Pasar), dia mempunyai lebih banyak waktu untuk membantu ibunya berjualan di pasar, tanpa melalaikan tugas-tugas daringnya. Biasanya dia hanya bisa membantu ibunya sepulang dari sekolah. Baik dia maupun ibunya sangat bersyukur karenanya.

“Terima kasih ya Mas…”, kataku sambil membayar belanjaanku.

“Terima kasih untuk apa Bu?”, tanyanya sambil ngasih kembalian.

“Terima kasih untuk belanjaannya, dan terutama untuk pelajaran berhargamu hari ini”, jawabku.

“Sama-sama Ibu”, ucapnya, sambil terlihat sedikit bingung.

Dia telah mengajarkan sesuatu yang tanpa dia sadari sudah menjadi pelajaran sangat berharga bagiku. Menyikapi sesuatu tidak hanya dari satu sudut pandang yang cenderung akan menimbulkan ketidakpuasan, tetapi lebih mengutamakan sudut pandang lain yang menyadarkan kita untuk tetap mensyukuri apapun yang kita hadapi. Terima kasih anakku….semoga anak-anak yang lain juga bisa menyikapi situasi sekarang dengan bijak sepertimu.

Rumahku, 10 Desember 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sumber belajar yang ok bun

11 Dec
Balas

Iya bunsay...

11 Dec



search

New Post