Hastuti

Membaca dan menulis adalah hobby penulis, namun menulis di media yang memungkinkan dilihat dan dibaca banyak orang,..baru dimulai justru di saat usia tidak lagi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hikmah dari Kekecewaan

Hikmah dari Kekecewaan

Hikmah dari KeKecewaan

#Tagur17 (Menuju30)

Sewaktu SMA dulu, aku mempunyai beberapa orang guru yang begitu aku sayangi dan hormati, diantaranya ada Bu Eko yang selalu menyampaikan materi pelajaran sejarah dengan sangat gamblang dan menarik, sehingga setiap selesai beliau menjelaskan kami mampu menjelaskannya kembali. Ada Bu Yayat, guru matematika yang pintar dan sabar Ada juga Pak Agus, wali kelas sekaligus guru fisika kami di kelas tiga, yang sangat kami hormati karena ketegasan dan kewibawaannya.

Namun waktu itu, ada seorang guru yang sempat menorehkan kekecewaan yang mendalam di hatiku. Beliau adalah Pak Ruswanto, guru fisika di kelas satu dan kelas dua.

Semua berawal dari saat kami harus mengerjakan ulangan harian bab tentang energi. Waktu itu kami harus mengerjakan soal essay sebanyak sepuluh. Dari sepuluh soal tersebut, ada satu diantaranya soal hitungan energi kalor.

Selesai mengerjakan sepuluh soal, kuteliti kembali jawabanku. Tiba-tiba aku tersentak karena hasil hitungan energi kalor di jawabanku masih dalam satuan kalori. Sekalipun benar satuan energi kalor memang kalori, tapi aku masih ingat betul pesan yang pernah disampaikan Pak Rus pada kami, bahwa jika dalam soal hitungan energi tidak disebutkan harus dalam bentuk satuan apa, maka harus menggunakan satuan baku energi, yaitu joule.

Mengingat hal itu, kuteruskan jawabanku. Yang tadinya hanya sampai sekian kalori, kukonversikan ke dalam satuan joule. Aku sangat bersyukur karena masih sempat melihat jawabanku yang belum sempurna. Setidaknya seperti itulah pendapatku saat itu.

Betapa kecewaku, manakala hasil ulangan dibagikan. Nilaiku tidak sesuai dengan yang kubayangkan. Dan yang lebih menyakitkan, kesalahan justru terletak pada soal hitungan yang jawabannya kulengkapi sampai joule. Kulihat lembar jawaban temanku yang dianggap benar di nomor tersebut. Ternyata sama persis dengan jawabanku, hanya saja punya temanku tidak dikonversikan ke satuan joule.

Aku yang sebelumnya gak pernah berani bertanya pada guru, bahkan mengobrol dengan teman juga jarang, hari itu mencoba memberanikan diri menuju ruang guru untuk mempertanyakan hal yang menurutku merupakan kesalahfahaman.

“Maaf Pak, jawaban saya yang ini kok disalahkan ya Pak, padahal punya Ani jawabannya sama dibetulkan?”, tanyaku dengan suara agak terbata, karena kesal, takut, dan deg-degan berpadu satu.

“Harusnya kan satuannya kalori, kenapa kamu menjawab dalam satuan joule?”, beliau balik bertanya, dengan nada sedikit sinis, tanda tidak senang.

“Lho kan Bapak pernah bilang jika dalam soal hitungan energi tidak ada penekanan tentang satuan yang diminta, maka harus dikembalikan ke satuan baku joule. Dan kalaupun Bapak menghendaki jawaban dalam satuan kalori, di jawaban saya kan ada”, jawabku sambil menunjuk jawaban yang kumaksud. Aku sama sekali tak pernah menyangka usahaku akan sesia-sia yang kualami.

“Pokoknya salah ya salah!”, jawab beliau menandaskan, yang langsung memupus semua harapanku.

Sejak saat itu aku gak pernah merasa nyaman jika berhadapan dengan beliau. Aku mengikuti pelajaran beliau, mengerjkan tugas-tugas yang diberikan dengan maksimal, pun saat harus menyelesaikan soal-soal ulangan yang beliau berikan. Tapi semua menjadi salah arah bagiku. Yang tadinya niatnya memang murni untuk belajar, akhirnya berubah sedikit, untuk menunjukkan di hadapan beliau bahwa aku bisa.

Tanpa kusadari ada satu janji terpatri dalam hatiku. Aku berjanji akan menunjukkan pada beliau bahwa aku mampu menjadi Guru Fisika seperti beliau, tetapi akan menyikapi permasalahan muridku kelak dengan cara yang berbeda, dengan cara yang menurutku lebih bersahabat.

Setelah tamat SMA sampai sekarang, aku belum pernah bertemu dengan beliau. Aku pun gak pernah tau apa sebenarnya maksud beliau waktu itu memperlakukanku seperti itu. Satu yang kutahu pasti, aku bisa menjadi guru fisika seperti sekarang ini sedikit banyak adalah karena jasa beliau, karena perlakuan beliau. Sekalipun awalnya berasal dari sebuah kekecewaan..

Terima kasih Pak Rus, telah membuatku menjadi guru seperti sekarang. Semoga Bapak senantiasa sehat, bahagia, serta hidup dalam keberkahan.

Rumahku, 7 Desember 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masya Allah, begitulsh cara Allah menghantarkan kita menjemput takdir. Semoga sehat n sukses selalu ya bu. Barokallah

08 Dec
Balas

Aamiin. Sukses dan bahagia selalu juga buat bunda

08 Dec

Tentu terselip doa dan pembelajaran dari guru kita. Sukses selalu Bunda.

08 Dec
Balas

Iya bun, makasih kunjungannya. Moga bunda selalu sehat dan sukses

08 Dec

Mumpung masih ada waktu kita bisa mencari dan meminta maaf pada Pak guru ya bun

07 Dec
Balas

Iya bunda, alhamdulillah sudah

07 Dec

Mantab tulisannya bu...untuk semua guru2 kita..salam hormat

08 Dec
Balas

Makasiih pak. Moga senantiasa sehat dan bahagia...

08 Dec
Balas



search

New Post