Hatta Nur Yakina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
GURU ITU KARAKTER “DIGUGU DAN DITIRU”, BUKAN HANYA SEKEDAR PROFESI

GURU ITU KARAKTER “DIGUGU DAN DITIRU”, BUKAN HANYA SEKEDAR PROFESI

Di pagi hari yang cerah, diantara kerumunan ribuan siswa warga sekolah yang sedang mempersiapkan diri memasuki lapangan upacara. Saat itu kami bersiap-siap merapihkan diri dan bergegas memakai sepatu hitam bersama bapak dan ibu berseragam rapih, mereka itu adalah bapak dan ibu GURU. Bercita-cita menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah. Karena, guru adalah profil seorang professional yang lebih banyak berbuat untuk orang lain daripada untuk dirinya sendiri.

Betapa besar arti dan hikmah dari cita-cita menjadi guru. Tuhan menganugerahkan kemampuan kepada kita semua sebagai seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi pola fikir dan sikap sebagian orang disekitarnya. Jika Ia mempengaruhinya untuk baik maka akan semakin banyak orang yang gemar melakukan kebaikan. Allah SWT Sang Pemilik alam raya ini pun menegaskan dalam firmanNya yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 30 yang artinya: “ Dan (ingatlah) ketika TuhanMu berfirman kepada Malaikat, “Aku hendak menjadikan Khalifah di bumi, “Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia berfirman, sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Benar, jikalau GURU menjadi besar adalah bukan karena profesinya melainkan besar karena tugas mulia dan kemuliaan akhlaq atau karakternya. Diperlukan tiga hal penting merefleksikan karakter yang membuat seorang GURU menjadi hebat: (1). Jujur dalam ucapan dan perbuatan. (“Honesty reflects your good quality”). Menjadi seorang guru, sudah menjadi konsekuensi baginya bahwa segala ucapan dan perbuatannya akan menjadi potret bagi siswa nya disekolah. Bagi seorang guru ucapannya adalah nasehat dan seruan kebaikan. Perbuatannya merefleksikan apa yang telah ia ucapkan. Konsekuensinya, segala perbuatan guru akan tercermin dalam sikap dan karakter siswa. (2). Loyalitas dan berempati terhadap siswa. Bisakah bu guru datang sehari sebelum siswa memulai pembelajaran hari pertama di sekolah? (“Initiative is doing the right thing without being told.”) Siswa baru yang tentu saja masih harus kami damping agar segera beradaptasi dan mengenal lingkungan sekolahnya yang baru. Tak ada debu sedikitpun diatas meja siswa dan guru di dalam kelas. Kesehatan anak-anak adalah prioritas utama bagi sekolah. Tiga buah papan tulis yang telah kubersihkan siap untuk difungsikan dengan baik. Siswa yang menghias kelasnya dengan majalah dinding berisi tulisan tangan dan gambar- gambar menarik buah karya siswa. Mereka menjadi lebih nyaman belajar sambil melihat karya yang mereka gores di kelas kebanggaan mereka. Setelah mereka nyaman, keesokan harinya mereka akan bersemangat untuk datang kembali ke sekolah dengan penuh antusias. Jika semua siswa antusias, maka mereka pun akan belajar dengan antusias.” Siswa bersama guru mampu bersinergi dan nyaman berlama-lama berada di ruang belajar. “Coming together is a beginning. Keeping together is progress. Working together is success.”

“Siswa menjadi lebih nyaman belajar sambil melihat karya yang mereka gores di kelas kebanggaan mereka. Setelah mereka nyaman, keesokan harinya mereka akan bersemangat untuk datang kembali ke sekolah dan melakukan aktivitas belajar dengan penuh antusias”. Majalah dinding dengan back ground berwarna merah dihiasi gambar kartun hebat buah karya kartunis kelas bernuansa taman bacaan itu dipajang sebagai ornamen yang mempercantik sisi-sisi ruang mading yang sebagian besar isi nya adalah cerpen, puisi, kaligrafi, dan kata-kata motivasi. Ruang kelas disudut depan koridor sekolah adalah salah satu ruang belajar pertama kami saat itu. Tempat ini menentukan pandangan dan penilaian pertama siswa dan orang tua untuk memutuskan memilih sekolah terbaiknya. Namun, selain ruangan, yang dapat menyebabkan siswa nyaman berada di ruang belajar berlama-lama adalah kehebatan GURU mengelola kelas dan menyajikan materi pembelajaran yang menarik dan bervariasi. Ruang kelas menjadi saksi bahwa kreatifitas berupa karya siswa adalah buah dari manifestasi guru yang selalu semangat untuk berkarya. (3). Menjadi teladan bagi siswa, maka Mengajarlah dengan HATI. (“Example is a leadership” (Albert Schweitzer). “The best teachers teach from the HEART not from the book”). “Sebuah pemandangan yang indah dan harmoni ketika setiap pagi, sebelum seluruh personel sekolah datang silih berganti, sang guru lebih dulu memegang sapu dan alat kebersihan lainnya untuk beliau gunakan bersama siswa yang beliau tunjuk setiap harinya secara bergantian. Tanpa segan, guru memberi contoh terlebih dahulu bahwa sannya membersihkan lingkungan merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat sekolah. Guru berpesan, kebersihan adalah sebagian daripada iman. Maka, jika kalian peduli dengan kebersihan lingkungan, berarti kalian pantas dikatakan telah beriman. Melakukan sebuah aktivitas yang bersifat rutin dalam bentuk tugas piket membersihkan lingkungan sekolah dan ruang kelas, lama kelamaan melekat menjadi sebuah karakter yang kuat. Merefleksikan pribadi yang rendah hati, kerja keras, peduli dengan lingkungan, bertambah keimanannya kepada Tuhan dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan serta memupuk kebersamaan dan bekerjasama dalam tim dengan baik. Menjadi sangat ringan dalam melakukan suatu pekerjaan, jika dilakukan secara bersama-sama. Mulailah dari hal yang kecil, membersihkan lingkungan sekolah, kelak kemudian hari ia akan berbuat hal yang besar untuk menyelamatkan lingkungan”. Tugas Guru yang mulia bukanlah hanya sekedar mengajarkan disiplin ilmu di kelas, melainkan ia berbuat sebuah kebaikan lalu kebaikan tersebut ditiru oleh ratusan bahkan ribuan muridnya yang senang melakukan banyak kebaikan. “Khoirunnas anfa’uhum linnas” (sebaik-baik umat adalah yang paling bermanfaat bagi makhluk/ umat lainnya). Memberi teladan adalah cara paling efektif menularkan kebaikan. Tanpa kemurnian dan kebaikan hati seorang guru yang mengajar dengan rasa cinta terhadap lingkungan/ makhluk sekitarnya, tidak akan pernah bisa mewujudkan kepedulian, kesadaran dan keikhlasan hati siswanya dalam melakukan sebuah kebaikan. Ini adalah tentang “Apa yang kita tanam lalu, apa yang kita tuai?”. Inilah inspirasi terwujudnya sebuah amal kebaikan seorang guru yang tidak akan pernah putus kebaikannya selama-lamanya. Menentukan pilihan menjadi seorang guru adalah sebuah kebaikan yang terus mengalir. Akhlaqmu menjadi inspirasi kebaikan. Semangatmu menyampaikan ilmu akan menjadi potensi kehebatan dan integritas bangsa. Kejujuran serta Cinta dan kasih sayangmu menjadi benih kedamaian bangsa, negara dan agama. Guru dengan karakter hebat “digugu dan ditiru” mampu mencetak generasi penerus bangsa yang hebat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih bapak ibu semua... Saya hampir berkecil hati Apa bs saya menulis? Ternyata tulisan saya bisa diterima Alhamdulillah Barakallahulakum

18 Oct
Balas

Mantaps tulisan bernas dan berdaging, lanjutkan. Barakallah

18 Oct
Balas

Trmksh banyak ibu supportnya

18 Oct

Sarapan Pagi yang sangat Bergizi Terima kasih .. Barokallahu Fiik

18 Oct
Balas

Semoga semakin semangat dan terus bermanfaat

18 Oct
Balas

Inna...sukses terus ya... Salm buat jagoan yg ganteng...

23 Oct
Balas



search

New Post