Hayati Syafri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengunjung Setiap Malam (part 2)

Pengunjung Setiap Malam (part 2)

By: Hayati Syafri

Suara telepon berbunyi. "Malam-malam begini siapa ya yang menghubungi", tanya umi. Wajah abi semakin menegang. Agak ragu abi mengangkat. " Angkatlah abi", pinta umi penasaran. Terdiam sejenak abi pun mengangkat telpon. Saat dilihat tidak ada nama. Dan ketika disahutpun tidak ada suara. Lalu abi melangkahkan kaki lagi menuju pintu. Dengan bergegas umi mengikuti. Seperti rencana tadi, umi ingin ikut dengan abi. Dan Abi menjawab " Kok dibiarkan abi tertidur?". Umi cuma bisa menunduk tanda bersalah. Kesibukan tadi membuat umi tidak tahu abi dimana. Ternyata abi tertidur dikamar belakang dengan Fathan dan Fathir. " Kan abi menunggu umi untuk sama pergi ke Tarok ", kata abi melanjutkan. " Maafkan umi", jawab umi tanpa alasan. Tidak menyangka abi masih ingin ke Tarok meski sudah sangat larut malam.

Malam itu kami bergegas menuju Tarok. Abi memang anak yang sangat berbakti pada orang tua. Dari awal menikah sampai sekarang kegiatan rutin menghubungi dan mengunjungi orang tua seakan hal yang wajib dilakukan. Walau badan abi sangat lelah dan mengantuk, jika belum ke Tarok maka abi akan memaksakan diri berangkat. Dan umi pun tidak pernah menghalangi. Seakan tahu jalinan kasih anak dan orang tua ini, umi malah mendukung. Umi menganggap hal ini baik bagi abi sebagai anak yang berbakti dan untuk dijadikan contoh bagi anak-anak kedepannya.

Mobil melaju agak kencang. Tidak ada mobil dijalan. Suasana sepi. Jarak Belakang Balok dan Tarok tidaklah jauh. Cuma sekitar 5 menit saat jalan sepi maka Insha Allah sampai . Di depan rumah mertua umi terlihat ragu. " Sudah tidur kayaknya abi", kata umi pelan. Abi keluar dan melihat suasana sekitar rumah. Ada cahaya lampu diruangan tengah. Dengan wajah agak lega abi berkata, "Belum tidur kayaknya". Maka umi pun keluar mobil dan melangkah bersama menuju pintu.

Bel rumah berbunyi. Assalamu'alaikum... Assalamu'alaikum..." Seperti suara ibu ya belnya", komentar umi memecah kekakuan. " Abi duduk disamping kolam kelelahan menahan kantuk sambil tersenyum dan membiarkan umi menekan bel rumah. Masih terlihat wajah letih abi setelah seharian bekerja. Ternyata setelah tiga kali bel berbunyi tidak ada yang menyahut. Diam dan hening tak bersuara. Ada apa ya... ?Kenapa tidak menyahut..? Sedangkan lampu masih terang...

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post