Hayati Syafri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sholat, Kuota dan Sinyal

Sholat, Kuota dan Sinyal

By: Hayati Syafri

Kebid Kerohanian IIKBSI Area Padang

Apa sih hubungan shalat, kuota dan sinyal ? Kita semua punya hape kan? Nah..jika disuruh milih, kuota sedikit tapi sinyalnya kuat atau kuota banyak tapi sinyalnya lemah?

Dari pertanyaan diatas, ternyata banyak yang memilih memiliki kuota sedikit tapi sinyalnya kuat. Kuota sedikit tapi sinyal fourG. "Untuk apa kita punya banyak kuota tapi gak bisa dipakai", kata sebagian yang lain. Bukankah yang bermanfaat itu seseorang yang bisa berbuat walaupun memiliki kemampuan terbatas. Sedangkan seseorang yang memiliki kemampuan yang banyak akan tidak berarti jika ternyata tidak bisa banyak berbuat.

Nah, jika dihubungkan dengan shalat, maka ini ibarat orang yang rajin shalat dan banyak rakaatnya. Ternyata tidak banyak terhubung ke Allah saat shalatnya, alias tidak khusu'. Kuota nya banyak tapi sinyalnya lemah. Dengan kata lain, rutinitas ibadah banyak, tapi tidak banyak menghadirkan rasa keterikatan kepada Allah.

Jika seseorang melakukan ibadah shalat, berdiri dan bermunajat maka hakekatnya dia sedang berbincang dengan Allah. Ibadah sholat ini menjadi alasan pertama diterima atau ditolaknya ibadah seseorang. Jika shalatnya bagus maka ibadah yang lain menyusul. Namun jika ibadah shalatnya buruk, maka maaf saja, jika yang lainpun tertolak.

Kekhusukan dalam shalat, ibarat kedekatan hati yang sangat erat hubungannya dengan komunikasi. Jika komunikasi seseorang baik maka kedekatan seseorang akan semakin baik. Sebaliknya jika komunikasi seseorang buruk, maka mana bisa ikatan hati akan terpaut. Inti kebaikan seorang hamba dengan Allah adalah komunikasi. Shalat menggambarkan komunikasi hamba dan Rabbnya yang melibatkan rasa dari hati.. Hati yang melahirkan kekhusukan.

Kenapa harus khusu' dan memunculkan rasa? Bukankah sudah shalat saja sudah hebat. Masih banyak di sekitar kita yang belum shalat. Ngeles ya...yuk, kita bahas beberapa alasan kenapa kita harus berusaha menghadirkan rasa dalam shalat.

Yang pertama, karena hanya mereka yang khusu'lah yang beruntung. Seperti dalam surat almu'minun:1-2, dinyatakan beruntunglah orang yang shalat, yaitu orang yang khusu' dalam shalatnya. Maka siapapun yang shalat dengan khusu', maka dia akan beruntung. Sebaliknya jika shalatnya asal saja, tanpa ada rasa, maka dia adalah orang yang merugi walaupun sudah mengerjakan shalat. Nah lho..

Alasan kedua adalah karena yang shalat tidak hanya orang yang beriman. Orang munafikpun shalat. Abdulah bin Ubay dedengkot kaum munafik juga shalat. Dalam surat Annisa:42 juga dinyatakan jasadnya mengadap Allah tapi hatinya tidak..ya'lamuma fi sudurikum. Allah sangat tidak suka sama orang yang seperti ini.

Coba bayangkan saja saat kita lagi ngobrol dengan teman. Saat kita siap mendengarkan, gak tahunya teman kita malah ngelantur ngomong gak jelas. Malah saat ngomong termenung gak fokus. Melayang. Padahal kita serius mendengarkan. Ditambah waktu kita gak banyak. Dongkolkan? Nah wajar saja Allah tidak suka. Jadi terasa sangat luar biasa sabarnya Allah selama ini ke kita ya. Udah dicuekin beberapa kali, tapi Allah tetap saja siap mendengarkan kita lagi untuk berkomunikasi.

Alasan ketiga adalah shalat bisa menjadi kecelakaan. Fawailullilmushalliin. Wailul adalah lembah di neraka jahanam yang jika dilemparkan batu ke dasarnya maka akan sampai kedasarnya 70 tahun kemudian. Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat. Yaitu orang yang lalai dalam shalatnya. Artinya walaupun kita sudah shalat maka kita tetap punya peluang menjadi orang yang celaka. Nah.. Gak cukup kan hanya dengan shalat..

Alasan keempat adalah shalatnya gak diterima. Kata Imam Ibnu Qoyyim laksana seorang raja yang diberi hadiah hamba sahaya. Tapi hambanya tidak bernyawa. Tentu saja raja tidak akan menerima. Maka itulah ibarat shalat yang tidak khusu'. Shalatnya tidak membawa ruh sehingga seperti hamba yang mati. Rasulullah pernah menyampaikan kalau Allah Maha Baik dan Allah cuma akan menerima yang baik-baik saja. Jika kita diberi makanan sisa, yang sudah diaduk aduk maka gimana perasaan kita. Kadang kita sudah capek kerjain tugas dunia. Ditengah kesibukan, disisa waktu, baru kita melaksanakan shalat. Nah gimana nih.. Seperti diberi makanan sisa kan..? Rasanya dilecehkan banget kan... ? Ya Allah ampuun..

Banyak yang shalat di mesjid tapi banyak juga yang kehilangan di mesjid. Ternyata shalat hanya sekedar jasad tanpa membawa rasa dan hati, sehingga tentu saja tidak akan sanggup memberikan perubahan sikap. Makanya shalat kita memang harus menjadi kuota yang kuat sinyalnya. Jika tidak, maka shalat kita tidak akan memberikan keberuntungan. Kita akan disamakan dengan orang munafik. Kecelakaan akan menghampiri kita. Akhirnya shalat kita tidak akan diterima. Jika ibadah shalat tidak diterima, maka ibadah lainpun tidak diterima juga. Jadi sudah saatnya kita perhatikan sinyal shalat kita ya. Jangan cuma hanya fokus memenuhi kuota.. Semangat..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya Allah...bagusnyaaaa ulasan ini,...semangat!!!

31 Mar
Balas

Masya Allah luuar biasa uni.

31 Mar
Balas



search

New Post