HayatulKhairi

Welcome to my imagination world.. My name Hayatul Khairi, anak ke 4 dari 5 bersaudara. Aku dara Aceh berdarah Jawa. Saat ini aku berusia 22 tahun. Dan aku adal...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ada Cerita di Pesantren

Ada Cerita di Pesantren

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Ini blog sambungan dari cerita yang lalu, masih tentang kisah dunia di pesantren.

Emm Btw, karena ini cerita sambungan, jadi lanjut aja ya ceritanya, biar gak lama.

.

.

Aku sedang berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Untuk menggapai Jannah-Nya, akhirnya aku memutuskan untuk mondok. Awalnya aku ragu, karena aku masih belum bisa jauh dari orangtua, tapi aku niatkan Lillahi Ta'ala kok.

Alhamdulillah dengan kebaikan Allah, aku kayak gak nyangka gitu, wah... akhirnya aku penuhi juga keinginan mak dan almh. nenek. Karena dari dulu mereka selalu ngebujuk aku untuk mondok, tapi saat itu aku sama sekali gak berminat untuk mondok dan memilih untuk ngelanjutin kuliah. Well, Allah itu Maha membolak-balikkan hati hambanya loh. Dan, yang aku ingin bilang disini, aku tuh bahagia banget, (ini tentang aku, mungkin kalau orang lain ngerasiinnya tuh berbeda-beda) bahagianya kenapa? Karena kalau di Dayah waktunya itu hanya untuk Allah, can you imagine? Kenapa aku ngomong kayak gini, rutenya tu, di dayah dibangunin tepat waktu, berjamaah selalu, terus disana gak ada tuh yang 24 jam sama hanphonenya, disana diajarin bagaimana adab kita dengan sesama, terus kalau bosan palingan ngulang kitab ataupun baca Al-Quran, keren loh! ada juga yang lomba siapa banyak yang khatam, i like challenges like this. Anak mondok pasti tau semua dong kenangan-kenangan kayak begini.. Dan suasana kayak begini tuh beda banget yang aku ngerasain di rumah. Terkadang shalat 5 waktu aja aku masih suka menunda, baca Al-Quran suka sekali-kali, dan kadang-kadang sibuk banget sama dunia. Therefore, Aku malu sama Allah, mau ke akhirat kepengen ngejar surga, tapi nggak punya bekal ilmu agama sama sekali. Kayak dalam hadit HR. Muslim: "Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, Maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." like this that makes me fall in love.

Disini juga, aku menemukan sosok yang mampu menarik rasa di hati. (Tidak-tidak, ini bukan tentang seorang ikhwan, kalau tentang itu biar kurahasiakan saja dalam doa.) Sosok yang pribadinya menarik hati, dia adalah guru aku sendiri.

Back to the first thing, mondok merupakan keputusan yang terbaik dan terberat yang aku pilih saat ini. Serius! Beratnya bukan karena apa, karena aku lulusan sarjana, seharusnya yang aku lakukan sekarang itu kerja, menggapal mimpi yang aku rakitkan dari kecil.

Mikirnya begini, sebenarnya i was made to fall in love dengan dunia dayah, gimana gak jatuh cinta coba? disini kita kejar cinta Sang Belahan Jiwa. Kadang dibalik itu semua, aku suka kepikiran, "gimana ya tanggapan orangtua aku?" dari SD sampai sekarang masih aja orangtua yang ngebiayain aku, seharusnya giliran aku yang beliin sesuatu yang berharga buat mereka, kalau aku udah kerja dan punya penghasilan. I become confused. :(

Balik lagi, ya tanggapan mereka sih baik-baik aja. Orangtua pun gak ada tuh terselip kata-kata "mending kamu kerja aja daripada mondok." Itu yang membuatku sedikit bertahan. Aku sebenarnya malu terima uang dari orangtua ketika tiap kali jenguk aku di dayah, gimana ya, malu gitu? Pernah sekali aku ngomong begini "Ayah, kalau aku nanti udah mondok, aku bakalan nabung deh dari uang yang ayah kasih." Tau gak yang ayah jawab apa? "Gak usah nabung, kamu aja disina hemat-hemat uangnya, kalau ayah masih sanggup ngebiayain kamu, kamu pakek aja seperlunya, nanti kalau kamu udah ada uang sendiri, itu terserah kamu." Kata-kata ayah begini nih yang selalu buat aku sedih. Aku tau persis, gajian pesiunan itu gak seberapa, apalagi kami ini rame, belum lagi adik masih kuliah. Semoga deh pahala banyak buat mereka.

Dan keselnya, ketika aku balik dari dayah, temen-temen pada nanyak " Haya, kamu gak nyesel milih dayah? kenapa gak kerja aja? tahun ini lagi buka CPNS, cuti aja beberapa hari, kan kalau dayah gak apa-apa berhenti." Bagi aku, kata-kata itu sadis banget, dia kira aku ke dayah ngapain? tidur-tidur, ketawa-ketawa, atau pergi hiburan? Gak tau apa, ini masa depan aku loh untuk akhirat, aku berjuang bagaimana cara kejar cinta Allah. Memang sih bagi mereka pilihan aku ini gak sebanding dan gak seberapa dibanding mereka yang udah ada kerja. Tapi, niatku udah bulat, aku suka sama kehidupan yang aku jalani sekarang.

Dan keselnya lagi, kalau udah lebaran, ayah sering tuh ngajak aku silaturrahmi di rumah temennya, (wajar, aku anak perempuan yang dekat banget sama ayah) mereka pada ngebanggain anak-anaknya di depan ayah dan di depan mata aku juga, ada yang udah ambil S2, ada yang udah PNS, ada yang udah kerja di luar negeri, ada yang udah ada usaha sendiri. Sebenarnya sih aku biasa aja, itu kan pilihan mereka masing-masing, gimana baiknya, asalkan hubungan sama Allah baik-baik saja. Ya tapi gimana ya, aku kayak minder sih, udah segede gini, belum bisa kasih apa-apa untuk orangtua, cuma doa yang bisa aku curhat sama Allah. Ketika temen ayah nanya balik "Kerja apa sekarang?" ya aku jawab singkat, "Lagi mondok, ya itung-itung siapin bekal akhirat" tanggapan mereka ya kayak gitu deh, gak ada yang spesial. Hmm, aku maklumi itu.

Aku bersyukur banget punya ayah yang sabar banget... Gak ada pun paksain aku kerja, gak juga suruh berhenti mondok, gak pernah pun mengeluh sama pilihan aku. Walaupun aku tau kali, ayah pengen banget aku tuh jadi guru, Makanya ketika kuliah jurusan perguruan yang aku ambil. Ya.. walaupun setelah lulus, aku milih mondok. Ayah oke-oke aja sama pilihan aku, ayah gak memaksa orangnya, asalkan niatnya baik, gak masalah. Kan, kalau kita kejar akhirat, dunia pasti mengikuti.

Selain itu juga, masih ada yang ngesuport aku, yang ngedoain aku, banyak kok. Buktinya, pertama kali aku ke dayah, tetangga sama temen-temen salihah aku ngantarin aku sampai ke dayah. Rame.. Jujur, sedih banget hari pertama di dayah, nangis cuy! apalagi aku kalau kemana-kemana sering tuh curhat sama mak dan ayah, sekarang ngomong aja kejauhan, harus nelpon dulu, itu pun harus ngantri, siapa duluan ia cepat, ngomong paling beberapa menit. Ya ampun.. jadi nangis kan aku nulis kayak gini. Terus biasanya aku ngaji malam, terus selesai ngaji pulang ke rumah, ketemu temen-temen salihah di tempat ngaji, pulangnya bisa becanda balek sama mak dan ayah, sekarang udah berbeda gitu, paling ya renungin aja. Terus biasanya kalau udah lapar tinggal makan di rumah, sekarang, kalau lapar, masak dulu dengan lauk seadanya, itupun kalau sempat. Hmm T.T

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, butuh perjuangan yang berat kan?

Sekian dulu deh tulisan kali ini, ntar ketemu lagi sama tulisan selanjutnya..

Wassalamualaikum..

Banda Aceh, 21 Mai 21

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post