Heidi Kristian Repi

Hai. Saya Kristian. Saat ini berusia 29 tahun, Menempuh pendidikan lulus SD Negeri 2 Tombariri tahun 2001, SMP Negeri 1 Tombariri 2004, SMA Negeri 1 Tombairi,...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perlukah Guru Mengalah ?
Hati seorang Guru | Image : istimewa

Perlukah Guru Mengalah ?

Waktu kanak-kanak dulu, ku anggap mengalah adalah sikap lemah. Dan menurunkan derajat diri.

Setelah menjadi guru, melihat anak-anak tertentu yang berani bentak guru di depan temannya, betapa luka dan malu hati guru (tidak semua)

Namun, guru dituntut harus mengalah dan sabar menanggapinya.

Persaan luka dan malu ternyata adalah sumbu sikap emosional yang perlu dipasifkan agar menekan dampak negatif. Kalo diaktifkan, guru yang bermasalah secara emosional pun merasa tak segan "merabrak" siswa itu di depan temannya agar yang lain melihat dan tidak mengikuti sikap tak terpuji siswa itu.

Namun, lagi-lagi, guru harus belajar mengalah untuk menang.

Memenangkan pertarungan pikiran, persaan dan ego.

Siswa yang berani bentak guru mengalami masalah emosi. Guru juga harus panjang sabar, jangan dikendalikan emosi.

Guru menarik diri. Hentikan percakapan dengan siswa. Catat tindakan. Pikirkan secara sadar. Ciptakan momen yang tepat. Panggil anak disaat sudah tenang. Diskusi empat mata. Catat gejala-gejala agresif. Dengar alasan rasional dari anak. Dan dapatkan jawaban hatinya.

Siswa yang membentak guru ternyata berani membentak guru karena tidak ingin malu di depan teman2nya. Masalah berakar dari "menjaga harga diri".

Walau, ada juga. Beberapa siswa, memang sudah meremehkan pribadi guru. Bentak karena persepsi siswa terhadap guru "Guru lemah secara fisik" Sikap kontraversional mereka menguji kesabaran guru.

Bagaimana jika siswa memang sudah meremehkan guru?

Lagi-lagi ini adalah pertanyaan soal "menjaga harga diri".

Sebagai guru, tentu harus mengajarkan kepada siswa bagimana menjaga harga diri yang baik dan wajar sebagai masyarakat sehat mental.

Menjaga harga diri tak harus bermain fisik, atau menyerang harga diri orang dengan kata-kata tak mendidik.

Diksi Keras. Apa lagi menghina intelektual "dasar bodoh, biongo". Siswa pasti terluka. Karena mereka belum matang menanggapi perkataan itu, mereka akan menganggap cara yang tepat menjaga harga diri adalah dengan bertingkah sama""Keras dan melukai perasaan orang adalah cara yang wajar menjaga harga diri" pikir mereka.

Guru memang butuh sikap "sabar yang tak ada unjungnya". Dan harus cerdik menanganinya.

Setelah siswa mengungkapkan kata "maaf" dari segala salah dan dosa mereka, guru akan menarik nafas dalam. Bahkan terketuk hati dan pikiran. Dan berkata "memang mereka masih anak-anak" anak-anak sering terbawa emosi tanpa pertimbangan matang.

Jangan sampai guru menjadi serupa dengan emosi anak-anak.

Jika kita sejajarkan emosi seperti anak-anak, sudah tentu kita sebagai guru, akan dianggap menjadi lawan setara anak-anak kita.

Mengalah adalah sikap dewasa. Guru memang harus dewasa.

Berdoa semoga Tuhan menguatkan hati kita. Hati para guru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan bagus. Ayo terus menulis!

20 Nov
Balas

Pada moment tertentu harus mngalah

20 Nov
Balas



search

New Post