HELWIYA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

GURU, HARUSKAH MENJADI KORBAN?

GURU, HARUSKAH MENJADI KORBAN?

Miris. Masih segar dalam ingatan kita, kabar tentang seorang siswa tega melakukan penganiayaan terhadap gurunya, sampai menghembuskan napas terakhir, karena perbuatan salahnya ditegur oleh gurunya. Sungguh fenomena yang sangat memalukan dunia pendidikan di Indonesia. Di tengah-tengah Pemerintah kita sedang gencar-gencarnya menggalakkan pendidikan karakter melalui program “nawacita”nya, peristiwa ini justru mencoreng wajah pendidikan kita.

Betapa tidak! Di saat guru dihadapkan pada dilema dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, peristiwa yang menimpa pak guru Budi dari Sampang Jawa Timur itu, mampu membuat bulu kuduk kita bergidik. Bagaimana seharusnya guru bersikap? Apakah perbuatan salah yang dilakukan siswa harus didiamkan saja?

Sementara itu, tanggung jawab mendidik sepenuhnya dibebankan kepada guru. Orang tua hanya menerima hasil bersih dari pendidikan anak-anak mereka di sekolah. Setiap penyimpangan yang terjadi, yang disebabkan oleh kanakalan anak-anak mereka, sepenuhnya diserahkan menjadi tanggungjawab guru sebagai pendidik anaknya.

Celakanya lagi, jika perbuatan salah yang dilakukan anak-anak mereka mendapatkan sanksi dari pihak sekolah, dan sanksi itu menurut mereka tidak adil, maka para orang tua dengan beringasnya, tega melakukan klarifikasi dengan melakukan perbuatan yang menyudutkan sekolah. Bahkan ada orang tua yang mampu melakukan tindakan kekerasan, sebagai protes terhadap perlakuan kepada anaknya tanpa rasa malu.

Lebih ironisnya lagi, tindakan orang tua ini mendapat dukungan dari lembaga hukum. Sehingga posisi guru sebagai pendidik semakin tersudut. Satu sisi, guru ingin menanamkan karakter baik kepada seluruh siswanya, agar mereka tumbuh menjadi generasi yang berkarakter, sehingga mampu bersaing dengan negara lain. Di sisi lain, dalam menjalankan tugasnya sebagai teladan perilaku, guru juga takut dengan berbagai ancaman dari pihak orang tua dan lembaga yang mengatas namakan HAM. Akhirnya penanaman karakter dilakukan tidak sepenuh hati.

Saya sebagai guru, sangat berharap kepada seluruh pihak, baik orang tua, masyarakat, kepolisian, KPAI, terutama pemerintah, berikanlah kami kepercayaan untuk mendidik putra-putri generasi penerus ini dengan nyaman. Tanpa rasa takut perbuatan kami dipersalahkan secara hukum. Saya yakin, seorang guru tidak akan melakukan tindakan kekerasan terhadap siswanya. Guru adalah orang tua kedua setelah orang tua mereka di rumah. Yakinlah, orang tua tidak akan melakukan perbuatan yang membahayakan anak-anaknya. Inshaallah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post