Hendrawensi.S.Pd

Saya guru UPTD SMPN 2 Kec. Suliki dan MTsN 2 Lima Puluh Kota, pertama kali saya bergabung dengan gurusina, bulan November 2018...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kau Tinggalkan Aku Begitu Cepat

Kau Tinggalkan Aku Begitu Cepat

#Tantangan Hari Ke-43

Kau Tinggalkan Aku Begitu Cepat

Semenjak pandemi covid-19, kurasakan semakin sulit untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang istri aku berusaha untuk membantu penghasilan keluarga. Ketika kondisi masih normal aku biasanya berjualan di kantin sebuah sekolah. Tapi semenjak anak sekolah diliburkan , otomatis aku berhenti berjualan. Suamiku hanya pekerja pada sebuah masin gilingan padi. Sudah tentu penghasilannya tidak seberapa. Karena sudah tidak berjualan, aku ikut membantu suami di gilingan beras tempat dia bekerja.

Hari Sabtu ini anak gadisku yang paling bungsu akan berangkat ke kota Padang untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi negeri. Pagi-pagi sekali ayahnya mengantarkan si bungsu ke rumah temannya yang sama-sama akan mengikuti tes. Anak gadisku memang sengaja menumpang pada temannya yang memang memiliki kendaraan pribadi untuk berangkat ke kota Padang. Aku tidak ikut mengantarnya, karena motor hanya satu, jadi suamiku saja yang mengantarkan anak gadisku ke rumah temannya. Setelah mobil yang ditumpangi si bungsu berangkat, suamiku pun pulang ke rumah.

Setelah sholat zuhur aku dan suami berangkat ke penggilingan padi. Karena sibuk menjemur padi ternyata waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, terdengar azan asar dari sebuah mesjid yang tak jauh dari tempat kami bekerja. Kami pun bersiap untuk pulang. Setiba dirumah suamiku langsung mandi. Akupun sibuk membereskan rumah dan memasak persiapan makan malam. Tetapi tak berapa lama suamiku didalam kamar mandi, terdengar suaranya memanggil namaku dua kali. Kerena penasaran aku pun langsung membukak pintu kamar mandi yang memang tidak dikunci. Ternyata suamiku sudah selesai mandi dan kedua tangannya berpegangan pada diding kamar mandi. Akupun kaget melihatnya. Dia bilang kepalanya pusing dan tidak bisa berjalan. Aku membantu memapahnya menuju ruang tengah sembari berpegangan pada dinding. Setelah tiba diruang tengah diapun langsung aku tidurkan. Karena memang tidak bisa lagi berjalan ke kamar. Dengan perasaan kaget, cemas dan sedih akupun bergegas menuju kamar mengambil bantal. Setelah mengambil bantal kulihat suamiku sudah melipatkan tangannya ke dada. Dadaku langsung sesak, pikiranku sudah kemana-mana, tapi Allah masih memberi aku kekuatan. Entah kekuatan dari mana aku tidak tahu, aku mengucapkan permintaan maaf padanya, kulihat dia sudah tidak bergerak lagi. Napasnya terlihat mulai melemah. Akupun mulai mengucapkan lafaz" laa ilaahailallah". Aku bisikkan ditelinga kanan dan kirinya sambil mengucapakan ikuti”ikuti aku wahai suamiku” akupun tak henti-hentinya mengucapkan lafaz “laa ilaahaillallah” dengan uraian air mata yang tak bisa dibendung lagi. Kulihat saumiku dua kali menarik napas agak dalam kemudian dia pergi meninggalkan ku seorang diri untuk selamamnya. Aku shok dan tak percaya dengan kejadian ini. Kupandangai wajah suamiku, kulihat dia seakan-akan tidur dengan tenang. Kejadian ini begitu mendadak . Rasanya masih seperti mimpi buruk. Mengapa kau tingggalkan aku begitu cepat. Tiba-tiba hp ku berdering. Ternyata yang menelpon ibu teman anakku yang mengabarkan bahwa anakku baru saja sampai di kota Padang. Ya...Allah apa yang harus ku katakan. Apakah aku harus mengatakan pada anakku bahwa ayahnya sudah meninggal ? Padahal besok pagi anakku akan ujian. Atau aku diam saja. Akhirnya aku bilang pada ibu teman anak gadisku bahwah ayahnya sudah meninggal dan tolong dirahasiakan pada anakku. Tiba-tiba kudengar pekikan anak gadisku menangis, dari seberang sana, ternyata hp ibu temanya speekernya diaktifkankan. Ya...Allah begitu cepat sekali Kau ambil suamiku, tapi aku yakin Kau mempunyai skenario yang terbaik untukku dan anak-anakku. Para tetanggapun mulai berdatangan. Jam 12 malam anak gadisku pulang dari kota Padang diantar ibu temannya. Aku lihat matanya sudah sembab akibat menangis. Aku peluk anak gadisku sekuat-kuatnya dan aku katakan kita harus sabar. Ya...Allah beri kami kesabaran dalam menghadapi ujian ini.

(Kisah ini penulis angkat dari kisah nyata tetanggaku yang suaminya meninggal 4 hari yang lalu)

Limbanang, 07 Juli 2020

Semenjak pandemi covid-19, kurasakan semakin sulit untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang istri aku berusaha untuk membantu penghasilan keluarga. Ketika kondisi masih normal aku biasanya berjualan di kantin sebuah sekolah. Tapi semenjak anak sekolah diliburkan , otomatis aku berhenti berjualan. Suamiku hanya pekerja pada sebuah masin gilingan beras. Sudah tentu penghasilannya tidak seberapa. Karena sudah tidak berjualan, aku ikut membantu suami di gilingan beras tempat dia bekerja.

Hari Sabtu ini anak gadisku yang paling bungsu akan berangkat ke kota Padang untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi negeri. Pagi-pagi sekali ayahnya mengantarkan si bungsu ke rumah temannya yang sama-sama akan mengikuti tes. Anak gadisku memang sengaja menumpang pada temannya yang memang memiliki kendaraan pribadi untuk berangkat ke kota Padang. Aku tidak ikut mengantarnya, karena motor hanya satu, jadi suamiku saja yang mengantarkan anak gadisku ke rumah temannya. Setelah mobil yang ditumpangi si bungsu berangkat, suamiku pun pulang ke rumah.

Setelah sholat zuhur aku dan suami berangkat ke penggilingan beras. Karena sibuk menjemur padi ternyata waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, terdengar azan asar dari sebuah mesjid yang tak jauh dari tempat kami bekerja. Kami pun bersiap untuk pulang. Setiba dirumah suamiku langsung mandi. Akupun sibuk membereskan rumah dan memasak persiapan makan malam. Tetapi tak berapa lama suamiku didalam kamar mandi, terdengar suaranya memanggil namaku dua kali. Kerena penasaran aku pun langsung membukak pintu kamar mandi yang memang tidak dikunci. Ternyata suamiku sudah selesai mandi dan kedua tangannya berpegangan pada diding kamar mandi. Akupun kaget melihatnya. Dia bilang kepalanya pusing dan tidak bisa berjalan. Aku membantu memapahnya menuju ruang tengah sembari berpegangan pada dinding. Setelah tiba diruang tengah diapun langsung aku tidurkan. Karena memang tidak bisa lagi berjalan ke kamar. Dengan perasaan kaget, cemas dan sedih akupun bergegas menuju kamar mengambil bantal. Setelah mengambil bantal kulihat suamiku sudah melipatkan tangannya ke dada. Dadaku langsung sesak, pikiranku sudah kemana-mana, tapi Allah masih memberi aku kekuatan. Entah kekuatan dari mana aku tidak tahu, aku mengucapkan permintaan maaf padanya, kulihat dia sudah tidak bergerak lagi. Napasnya terlihat mulai melemah. Akupun mulai mengucapkan lafaz laa ilaahailallah. Aku bisikkan ditelinga kanan dan kirinya sambil mengucapakan ikuti”ikuti aku wahai suamiku” akupun tak henti-hentinya mengucapkan lafaz “laa ilaahaillallah” dengan uraian air mata yang tak bisa dibendung lagi. Kulihat saumiku dua kali menarik napas agak dalam kemudian dia pergi meninggalkan ku seorang diri untuk selamamnya. Aku shok dan tak percaya dengan kejadian ini. Kupandangai wajah suamiku, kulihat dia seakan-akan tidur dengan tenang. Kejadian ini begitu mendadak . Rasanya masih seperti mimpi buruk. Tiba-tiba hp ku berdering. Ternyata yang menelpon ibu teman anakku yang mengabarkan bahwa anakku baru saja sampai di kota Padang. Ya...Allah apa yang harus ku katakan. Apakah aku harus mengatakan pada anakku bahwa ayahnya sudah meninggal ? Padahal besok pagi anakku akan ujian. Atau aku diam saja. Akhirnya aku bilang pada ibu teman anak gadisku bahwah ayahnya sudah meninggal dan tolong dirahasiakan pada anakku. Tiba-tiba kudengar pekikan anak gadisku menangis, dari seberang sana, ternyata hp ibu temanya speekernya diaktifkankan. Ya...Allah begitu cepat sekali Kau ambil suamiku, tapi aku yakin Kau mempunyai skenario yang terbaik untukku dan anak-anakku. Para tetanggapun mulai berdatangan. Jam 12 malam anak gadisku pulang dari kota Padang diantar ibu temannya. Aku lihat matanya sudah sembab akibat menangis. Aku peluk anak gadisku sekuat-kuatnya dan aku katakan kita harus sabar. Ya...Allah beri kami kesabaran dalam menghadapi ujian ini.

(Kisah ini penulis angkat dari kisah nyata tetanggaku yang suaminya meninggal 4 hari yang lalu)

Limbanang, 07 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semua akan kembali padaNya, semoga diberi kesabaran

07 Jul
Balas

Sabaar ya sayy

07 Jul
Balas

Kisah tragis yang terjadi semoga semuanya bisa sabar dan anak gadisnya bisa mewujudkan mimpinya..salam kenal bun

07 Jul
Balas

Semoga diberikan kekuatan dan kesabaran....

07 Jul
Balas



search

New Post