Hendra Wijaya

Mengajar di Tangerang. 🤗 👋 Hendra Wijaya, SS. M.Pd, Lahir di Kuningan-Jabar,18 April 1976. Putra ke-2 dari pasangan Iwan Siswanto (Alm) dan Yati Se...

Selengkapnya
Navigasi Web
BROMO ITU INDAH GAES...

BROMO ITU INDAH GAES...

Akhir bulan di tahun 2019 memang banyak menyimpan kenangan, khususnya bagiku dan hampir seluruh dewan guru dan staff TU SMPN 1 Pasarkemis-Tangerang. Salahsatunya petualangan kami ke Gunung Bromo-Jawa Timur, 19 Desember 2019. Kami menyebutnya ‘Petualangan’ karena menurutku ini pengalaman yang tak biasa, menarik, terasa cukup sulit dan cukup berbahaya. Pendakian Bromo ini adalah bagian dari rundown Acara ‘Tour Bromo-Malang-Batu, 18-22 Desember 2019’ SMPN 1 Pasarkemis-Tangerang, yang sejak enam bulan sebelumnya di rencanakan. Perjalanan sejauh kurang lebih 750km dari Tangerang menuju G.Bromo kami tempuh dengan menaiki Super Jet Bus Mercedes Benz –Big Bird; melewati berbagai kota, keluar masuk jalan tol, berhenti di beberapa rest area, dan transit di beberapa rumah makan (di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur). Dengan tenang dan sabar, crue awak bus dan Mba Mega (Tour Lead) dari Kresna Tour and Travel mengawal, membimbing dan mengarahkan kami dalam perjalanan. Hampir 24 jam perjalanan (Sabtu, 18 Desember 2019 , 05.00 WIB sampai Minggu, 19 Desember 2019, 05.00 WIB) sebelum sampai di pinggiran G.Bromo (G. Pananjakan), untuk menikmati Sun rises-matahari terbit. Sebelumnya, Bus yang kami naiki transit di Rumah Makan Bromo Asri-Probolinggo-Jawa Timur dini hari. Perjalanan ke G.Bromo di lanjutkan dengan menaiki mobil Isuzu Elf sampai di G.Pananjakan. Walau jauh dan melelahkan, itu tak sebanding dengan pemandangan indah G.Bromo yang kami nikmati yang begitu indah yang telah membayarnya secara pantastis. “Luar biasa Indah..!”, desah Bu H.Titin, Kepala Sekolah kami saat menyaksikan sun rises dan pemandangan G.Bromo dari Gunung Pananjakan 1. Artis dadakan yang mencoba beradu acting dengan rekannyapun membanjir di area ini, beracting dengan view Kompleks Pegunungan Tengger yang menawan.

Menelusuri G.Bromo

Gunung Bromo, saat kami mendekatinya, berbeda dengan umumnya gunung yang ada di Indonesia. Gunung ini sekujur tubuhnya tak di kelilingi dan ditumbuhi oleh pohon dan kayu kayu besar layaknya hutan belantara. Ini di luar dugaanku, padahal Aku sering melihatnya di TV, Internet bahkan di almenak. Gunung Bromo kulihat seperti raksasa Batu, mulutnya mengelurakan asap putih halus. Gunung yang berstatus aktif ini menjulang 2.329mdpl, nyaris tanpa pohon dan kau kayu besar. Bromo di kelilingi lautan pasir luas atau yang dikenal dengan segara wedi. Pasir nan luas itu, konon jika musim kemarau sering ‘berisik’ karenanya juga dikenal dengan ‘pasir berisik’, sayang kami tak mendengar berisiknya,karena sudah masuk musim hujan. Pendaki harus melewati segara wedi ini sebelum naik keatasnya. Jangan khawatir, ratusan jeep harrdtop siap mengantar pendaki ke posisi terdekat pendakian, cukup membayar Rp.300k untuk max.6 penumpang tiap jeep. Sepanjang jalan, di tengah goncangan jeep yang kami tumpangi menerabas lautan pasir, kami sepuasnya menggali informasi tentang Bromo dan masyarakatnya dari Rifki-sopir jeep kami. “saya sudah enam tahun jadi offroader Jeep Bromo. ...Jeep ini bukan milik saya, saya setor sama yang punya. ...Saya Hindu, biasa melakukan pemujaan di Pura Luhur Poten dekat dengan Gunung Bromo. ...Tiap hari ke-14 bulan Kasada (penanggalan Jawa) saya mengikuti upacara Yadnya Kasada, pemberian sesajen kepada Sang Hyang Widhi dengan cara melemparkan sesajen ke kawah gunung !” begitulah penggalan informasi dari Rifki, sang Jeep offroader kami, pemuda asli Tengger

Sebelum sampai kepemberhentian akhir jeep, kami terlebih dulu di turunkan di sebuah bukit berjuluk ‘Bukit Teletubis’, bukit hijau seperti di selimuti rumput hijau nan indah mirip bukit bukit di film boneka Teletubbis yang terkenal itu. “ini namanya bukit Teletubis itu pak..silahkan turun dulu, sarapan pagi atau selfi selfi disini dulu..!” ujar Rifki. Sambil sarapan pagi, kami menikmati pemandangan alam indah luar biasa ini. selang tiga puluh menit kami melanjutkan perjalanan menuju tempat pemberhentian akhir jeep sebelum naik Bromo. Dari pemberhentian akhir jeep, pendaki bisa melanjutkan dengan berjalan kaki atau menunggangi kuda yang di tawarkan ‘joki kuda Tengger’, melewati lautan pasir -kurang lebih 3 km- sebelum naik anak tangga pendakian. Dari titik ini kita bisa melihat Pura Luhur Poten, persis di samping Bromo. “naik kuda aja pak..!, Cuma 50 ribu per orang..!” tawar para joki. Untuk mendakinya, sudah disediakan anak tangga yang dibantu dengan pagar pengaman untuk memudahkan pendaki naik ke puncak. Sayangnya, dari titik ini kami tak bisa melanjutkan, karena ada peringatan “kawah Bromo mengeluarkan asap belerang,berbahaya !”. Terlihat para pendaki yang umumnya mengenakan jaket, syal, sarung tangan, kupluk, kacamata, masker, tidak saja para pemuda/pemudi, tapi juga anak-anak dan orang tua pun sampai di area ini. Tentu saja merekapun tiba dengan naik Jeep, bahkan ada yang naik kuda dan motor trail. “Hi..hi..mungkin ini gunung termudah, terasyk untuk di daki semua kalangan!” pikirku.

Gunung Bromo tidak berdiri sendirian, karena berada di kompleks pegunungan di Kaldera Tengger (Gunung Bromo, Gunung Batok, Gunung widodaren, Gunung Semeru). Sepanjang jalan tak kutemui, bahkan tak kulihat hewan selain kuda para Joki. “mungkin hewannya pada ngumpet, takut liat orang ganteng kali !” celetuk Pa Nana, Kabag TU sekolah yang se Jeep denganku. Ratusan Jeep berseliweran membawa pendaki. Aksi selfi dari pendaki mewarnai seluruh perjalanan kami, mengabadikan indahnya salahsatu potongan surga di bumi ini.

Bromo tempat bersemayam Para Dewa

Bromo sendiri berasal dari kata Brahma, nama Dewa Utama umat Hindu-Dewa pencipta alam semesta. Sementara itu, masyarakat yang tinggal di sekitar G.Bromo di kenal dengan masyarakat Tengger. Umumnya mereka penganut Hindu dan Islam. Konon, nama Tengger berasal dari nama leluhur mereka yang melegenda yaitu Ny Roro AnTENG dan Joko SeGER. Rangkaian huruf akhir dari kedua nama leluhur mereka itu digabung jadi TENGGER. Masyarakat Hindu Tengger di sekitar G.Bromo percaya, Dewa Brahma bersemayam di Bromo. Karenanya, G. Bromo sangat di sucikan oleh masyarakat Hindu Tengger. Sebagai tanda penghormatannya kepada Maha Dewa Brahma, mereka membangun Pura Luhur Poten dekat G.Bromo dan tiap hari ke-14 bulan Kasada (penanggalan Jawa) mereka menyelenggarakan upacara Yadnya Kasada- pemberian sesajen kepada Sang Hyang Widhi (Dewa Brahma) dengan cara melemparkan sesajen ke kawah gunung. Upacara itu konon sangat mistis, apalagi diselenggarakan pada malam hari. Karena dianggap suci, Masyarakat Tengger sangat menjaga kompleks Pegunungan Tengger, termasuk G.Bromo. Mereka juga mengingatkan para pengunjung (pendaki) untuk menjaga ‘kesucian’ Bromo dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tidak berbuat tak senonoh disana. Aku sendiri melihat Bromo saat matahari terbit seperti melihat para Dewa Agung sedang bersemedi di kayangan, seperti di film –film India. Wajah mereka memancarkan kelembutan, tubuhnya terlihat perkasa dalam semedinya. Ketenangannya membuat siapapun bergumam “oh..Bromo...Indah nian kau..!”.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rindu pasir berbisik...bromo cantik

18 Feb
Balas

ahai.....mohon di follow dong...

18 Feb

Keren

18 Feb
Balas

terimakasih...mohon follownya ya bu...

18 Feb

Keren, semoga bisa ke Bromo. Sudah saya follow...follow balik ya...hehehe....

19 Feb
Balas

Ahai makasih..... Ok siap follow..

19 Feb



search

New Post