TIDAK ‘PIP’ TERAKHIR UNTUKNYA

Oleh : Hendri Hidayat

Di sudut aula terbuka madrasah tsanawiyah pagi itu, terlihat pemandangan yang berbeda karena ada sekitar sembilan puluhan siswa berpakaian seragam putih abu-abu yang menunjukkan identitas tempat sekolah mereka masing-masing. Tepat dugaan Ustadz Amar Sang Wakil Kesiswaan madrasah itu, mereka adalah alumni siswa Madrasah Tsanawiyah yang baru saja menyelesaikan pendidikan di madrasah itu, namun mereka masih menerima beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP), karena Surat Keputusan PIP itu baru saja datang sementara anak yang diusulkan dan diverval ketika kelas sembilan sudah melanjutkan ke sekolah yang baru.

Dari puluhan siswa tersebut ada dari kejauhan satu orang anak laki-laki yang masih berpakaian putih dongker dengan atribut lengkap, pakai topi dan dasi MTs dan berdiri agak menjauh dari temannya yang lain. Ustadz Amar datang menghampiri anak-anak yang berseragam abu-abu, “Cerah sekali anak-anak ustadz pakai seragam putih abu-abu, semoga kalian tambah berkilau di tingkat yang lebih tinggi”. “Aamiin yaa rabbal ‘alamin, syukron ustadz” jawab anak-anak serempak.

Ustadz Amar mendekati anak yang berseragam MTs, “Fadli, kamu masih betah di MTsN ya, kok masih pakai seragam ini ?”, gurau ustadz Amar. “Ya Ustadz, fadly tidak sekolah lagi ustadz, mengalah dulu, kakak Fadly saat ini masuk perguruan tinggi, dan orang tua tidak mampu untuk membiayai”, jawab fadly dengan nada canggung, dan ustadz Amar melihat ada awan sudut mata Fadly. Dalam hati ustadz Amar, semoga ini bukan beasiswa PIP terakhir untuk Fadly.