Hendri PD

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KURIKULUM TIDAK MEMBUAT SISWA HEBAT

KURIKULUM TIDAK MEMBUAT SISWA HEBAT

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia tidak bisa diselesaikan dengan mengganti kurikulum, atau bahkan mengganti menterinya. Kualitas pendidikan hanya bisa dijawab oleh meningkatkan kualitas guru. Guru yang profesional, itulah jaminannya. Tanpa perbaikan kualitas guru maka kualitas pendidikan akan tetap "bagai bumi dengan langit".Bayangkan saja, bila dalam testimoni pada uji kompetensi TO UN TP 2019-2020, ada nilai siswa yang melebihi nilai gurunya dengan menjawab soal yang sama dan tidak seberapa kuantitasnya, nilai guru yang melebihi siswa. Begitupun dalam testimoni kompetisi sain dimana tidak satupun nilai guru yang melebihi nilai siswa. Belum lagi dari sumber detik news menyebutkan masih diangka 3,9 juta guru yang ada saat ini, masih terdapat 25% guru yang belum memenuhi syarat kualifikasi akademik, dan 52% guru belum memiliki sertifikat profesi. Di sisi lain, seorang guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki standar kompetensi yang mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.Upaya meningkatkan kompetensi guru sebagai pelaksana kurikulum di kelas sangatlah penting. Karena sebaik apapun kurikulum yang ada, tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa didukung guru yang berkualitas. Kurikulum tidak membuat siswa hebat, tapi gurulah yang membuat siswa hebat.

Dalam konteks ini, setidaknya ada empat penyebab rendahnya kompetensi guru; 1) Minimnya program diklat dan bimtek yang dilaksanakan oleh lembaga berwenang, satu orang guru logikanya akan mendapatkan giliran diklat berikutnya 1 x 4 tahun. 2) Minimnya bahan bacaan yang berkualitas di perpustakaan madrasah, belum lagi perpustakaan yang malpraktek di lapangan dengan dalih penerimaan murid meledak. 3) Rendahnya mutu supervisi pembelajaran, supervisi dilaksanakan sebagai tugas rutin kepala madrasah, bukan dalam konteks perbaikan kualitas guru, sehingga tidak memiliki kegiatan tindak lanjut. 4) Madrasah masih mengganggap bahwa IT (Informasi Teknologi) untuk hal-hal yang sifatnya operasionalisasi aplikasi pelaporan dan segudang aplikasi data dan keuangan, belum mengarah kepada perbaikan kualitas penguasaan IT semua guru. 5) Ghirah lembaga pendidikan dalam mengangkat temu-temu ilmiah, diskusi, seminar, halaqah keilmuan guru, integrasi sain bagi guru, ataupun pengembangan PKB guru tidak ada.

Disinilah peran kepala madrasah sebagai leader. Runut berpikirnya, siswa yang hebat ada ditangan guru-guru yang hebat dan guru yang hebat ada ditangan kepala madrasah yang hebat. Seorang guru itu adalah orang yang berani mengajar dengan tidak berhenti belajar. Seorang guru itu adalah orang yang menginspirasi bahwa selalu ada bebatuan di jalan yang menghadang dan bagaimana memanfaatkan batu tersebut. Wallahu a'lam bissawab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul mak kasi... Semua berkesinambungan yo mak kasi..

29 Feb
Balas

Bakitulah kiro2 nakan

01 Mar

Berdasarkan runut.....Kepala sekolah hebat di tangan siapa pak kasi??Hehehehe

29 Feb
Balas

Sia nan.maangkeknyo bu kade

01 Mar



search

New Post