Hendrizal Maizon Efendi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sembilan Jam Dua Puluh Menit

Sembilan Jam Dua Puluh Menit

Hari ini adalah hari pertama puasa bagi anak penulis, Farid baru berumur 7.5 tahun. Penulis mencoba memperkenalkan nilai-nilai agama yang harus tetap diamalkan kelak setelah baligh dan dewasa, meskipun tahun sebelumnya Ia pernah mencoba berpuasa tetapi tak sehari-pun mencapai waktu berbuka, setengah hari Ia telah menyerah.

Untuk mengisi waktu disamping Ia bermain dengan teman-temannya, sesekali Ia mengajak penulis bermain catur, bulu tangkis, tadarus alquran, dan menonton acara hafiz qur an disalah satu TV swasta nasional.

Sebagai pemula, hampir setiap satu jam sekali Ia menoleh ke arah jam dinding lalu menghitung lama masuknya waktu berbuka "sembilan jam dua puluh menit lagi ya yah" kok tahu tanya penulis "kan ada Imsyakiahnya yah" oh iya. Tanyanya pada jam 09.00 pagi tadi, "delapan jam lagi, tujuh jam lagi, enam jam lagi, dan seterusnya.

"tiga setengah jam lagi ya yah", iya. "hore" sahut Farid. Penulis sempat untuk memintanya membatalkan puasa sebelum waktunya de gan menawarkan minuman dan makanan, namun Ia memilih untuk tetap berpuasa sembari merebahkan badan, saat kolom ini ditulis Farid tampak sudah terlelap.

Penulis coba untuk memandangi wajahnya yang kelihatannya sedikit letih, penulis teringat jutaan anak di luar sana yang begitu susahnya untuk mendapatkan makanan dan minuman disebabkan kesusahan hidup, terlantar, mungkin juga komplik perang berkepanjangan, dan sebagainya.

Selain perintah tuhan yang harus dijalankan oleh orang beriman, puasa mengajarkan banyak hal, tidak hanya untuk orang dewasa saja tetapi juga mengajarkan kepedulian, kepekaan sosial terhadap orang lain termasuk anak-anak.

Saat terbangun nanti, Farid akan menoleh ke arah jam dinding dan kembali menghitung waktu sembari berlarian mencari penulis dan akan mengabarkan berapa jam lagi masuknya waktu berbuka. (cerita ini tidaklah istimewa sebab semua orang tua muslim pasti pernah merasakannya,tetapi bagi penulis sungguh sebuah anugrah yang terasa indah)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Puji syukur tak ternilai itu pak. Menggunakan kata ganti penulis jadi membuat jarak. Saya usul pakai kata "saya" atau "aku", biar lebih dekat.

27 May
Balas

Terima kasih atas sarannya yang tulus kang yudha

27 May



search

New Post