Hengki Refegon

Padi tumbuh tak berisik, Yakin Usaha Sampai....

Selengkapnya
Navigasi Web

Gerakan Literasi

Gerakan Literasi

Sebagaimana yang termaktup dalam UU Nomor 23 Tahun 2003 pasal 3, Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan pendidikan harus dilakukan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminasi.

Hakikat dari pendidikan adalah membentuk manusia seutuhnya yaitu manusia yang paripurna. Manusia yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Untuk itu diperlukan proses belajar sepanjang hayat.

Alam takambang jadi guru begitu kata pepatah. Artinya setiap kita mesti padai belajar pada alam, bagaimana membaca, melihat dan menuliskan fenomena yang terjadi di alam. Kemudian mengambil hikmah dan pelajaran dari fenomena alam tersebut. Dalam Al-Quran perintah pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad adalah membaca. Kemampuan membaca harus ditumbuhkan dan dikembangkan sejak dini.

Untuk menumbuh kembangkan budaya membaca dan menulis pemerintah mencanangkan program gerakan literasi sekolah. Program ini tertuang dalam peraturan Mentri Pendidikan Nomor 23 Tahun 2015 dengan tujuan untuk memperkuat budi pekerti siswa. Dengan adanya Gerakan Literasi Sekolah diharapkan siswa akan terbiasa untuk membaca, baik itu buku pelajaran atau buku umum lainya. Kemudian siswa mampu mengambil nilai-nilai moral dari buku yang dibacanya itu.

Secara bahasa leterasi adalah keberaksaraan yaitu kemampuan menulis dan membaca. Lebih luas lagi literasi dapat diartikan sebagai seperangkat kemampuan dan ketrampilan dalam membaca, menulis, berbicara, berhitung, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya literasi bukanlah istilah yang baru, hanya saja pada sebahagian orang, istilah tersebut adalah kata asing yang belum diketahui maknanya.

Kemampuan menulis dan mengemukan ide dipengaruhi oleh membaca. Diaklektika akan terjadi jika peserta didik itu mempunyai gagasan dan ide yang didapatkan melalui membaca. Proses pembelajaran akan menjadi hidup apabila terjadinya dialektika antara guru dengan peserta didik. Guru bukanlah sosok yang serba tahu, sejatinya guru selangkah lebih pintar dari peserta didik.

Jika kamu bukan seorang anak Raja, bukan pula anak ulama besar maka menulislah (Imam Al-Ghazali). Pernyataan Al-Ghazali ini mengisyaratkan bahwa kedudukan anak Raja bisa disejajarkan dengan penulis. Sebab menulis akan memberikan dampak yang besar dan mempunyai jangkauan yang luas. Gagasan dan ide dari seorang penulis akan tetap hidup, meskipun penulisnya sudah meninggal.

Gerakan Literasi Sekolah adalah usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan dan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berbicara serta mempunyai kecakapan dalam menyelesaikan berbagai macam masalah dalam kehidupan. Tidak ada orang hebat yang lahirkan dengan cara instan, melainkan melalui proses belajar yang panjang, yaitu belajar sepanjang hayat. Membaca dan menulislah agar bisa hidup seribu tahun lagi.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wahhhh, tu kan. Akhirnya keran menulis telah terbuka. Mantap

06 Aug
Balas

1. Taqwa = takwa (KBBI) 2. Artinya setiap kita mesti padai belajar pada alam, bagaimana membaca, melihat dan menuliskan fenomena yang terjadi di alam. Sesudah alam dititik saja, agar kalimatnya tidak panjang 3. Al-Quran = Alquran (KBBI) 4. menumbuh kembangkan = menumbuhkembangkan (karena penggabungan dua imbuhan sekaligus/konfiks) 5. Mengapa beda menuliskannya antara program gerakan literasi dengan Gerakan Literasi Sekolah (paragraf 4), sama-sama nama sebuah program bukan? (Oihat PUEBI) 6. Kata Raja tidak perlu menggunakan huruf kapital 7. Pada kalimat "Tidak ada orang hebat yang lahirkan secara instan". Kata lahirkan kurang tepat digunakan dalam kalimat tersebut, seharusnya dilahirkan 8. Penggunaan kata dialektika, coba lihat lagi di KBBI apa arti kata tersebut, sebab saya merasakan kurang pas. Maaf, belajar mengedit, aplkasi ilmu dari Hotel Pusako

06 Aug
Balas



search

New Post