MENULIS EKSPRESIF BAGI PEMULA
Menulis bagi kebanyakan orang merupakan suatu kegiatan yang sulit karena memerlukan pemikiran yang ideal dan sistematis untuk menghasilkan sebuah tulisan yang menarik dan mudah dipahami bagi orang lain. Kemampuan menulis seseorang sangat berkaitan erat dengan kegiatan luang yang digunakan untuk membaca. Ketika membaca buku bacaan anak-anak dengan gaya penulisan yang sederhana dan gambar ilustrasi yang menarik, terkadang muncul pemikiran bahwa kitapun mampu membuat tulisan yang seperti itu. Namun ketika dihadapkan pada tantangan untuk menuliskan satu halaman saja apa yang ingin kita tuliskan, muncullah berbagai kendala yang akhirnya menghambat kita dalam menulis. Kesulitan menemukan ide, ide yang terputus di tengah jalan, munculnya ide baru ketika ide lama belum selesai, dan sebagainya. Selain itu, pola pikir dan minat seseorang terhadap menulis sedikit banyak juga akan berpengaruh pada aktifitasnya dalam menbuat tulisan.
Mengikuti pelatihan kepenulisan dapat menjadi alternatif solusi untuk mengembangkan diri dalam mengenal lebih jauh tentang teknik kepenulisan. Program SATU GURU SATU BUKU sebagai bentuk kerjasama antara KOMNASDIK JATIM dan MEDIAGURU untuk mewujudkan Jawa Timur sebagai propinsi Literasi sudah selayaknya mendapat apresiasi dari pemerintah dan masyarakat. Dengan visi mewujudkan masyarakat yang berliterasi tersebut, para guru memiliki wadah untuk menimba ilmu dan mendapatkan bimbingan dalam pembuatan buku dan artikel serta sekaligus menciptakan produk yang bisa memberikan manfaat dalam dunia pendidikan.
Sebagai seorang pemula, menulis akan terasa ringan dan tidak membebani pikiran apabila dimulai dengan sesuatu yang sederhana. Menurut Bp. Eko sebagai pemateri, menulis bisa diawali dengan pengamatan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Menggali kepekaan dalam melihat, mendengar, dan merasa akan menghasilkan suatu ide. Secara pribadi, saya sangat menyetujui pendapat beliau. Bagi saya menulis merupakan cara untuk mengekspresikan segala perasaan atau emosi yang tengah saya rasakan. Ketika marah, apa dan mengapa kita menjadi marah, bisa menjadi ide yang dapat kita ceritakan dalam sebuah catatan pribadi. Dengan meluapkan kemarahan dalam sebuah tulisan, secara tidak langsung kita bisa meredam kemarahan tersebut dengan sendirinya. Ketika mengunjungi tempat kuliner, bagaimana penyajian dan rasa serta tempat yang dapat kita nikmati di sana dapat menjadi suatu ide yang bisa menginspirasi kita ataupun orang lain. Tanpa kita sadari, sebenarnya banyak ide yang tersedia di sekitar kita.
Menjadikan aktifitas menulis sebagai rutinitas yang dilakukan secara intens dan kontinyu sangat bermanfaat untuk mengembangkan potensi seseorang. Ide itu biasanya datang secara mendadak dan sewaktu-waktu. Ketika sebuah ide muncul, segeralah untuk menuangkan dalam bentuk tulisan sebelum suasana hati atau mood kita berubah. Biarkanlah semua ide yang datang mengalir dan kita nikmati saja arahnya akan kemana. Apabila kita mengalami kebuntuan, sebaiknya tidak perlu untuk memaksakan diri harus menyelesaikan ide tadi pada saat itu juga. Karena jika kita melakukan itu maka yang ada menulis itu hanya akan menjadi suatu beban dan kita akan menjadi stress atau tertekan karenanya.
Setiap orang pasti akan merasa senang apabila sedang mengerjakan sesuatu yang menjadi hobinya. Beranggapan bahwa menulis sebagai sebuah hobi akan membuat diri kita merasa nyaman dan santai untuk menuangkan ide. Bukankah melakukan sesuatu yang membuat kita senang itu lebih baik daripada yang dilakukan dengan terpaksa ? Jujur, saya lebih suka menceritakan sesuatu pengalaman daripada menuliskan karya ilmiah. Mengapa ? Karena bagi saya, tulisan yang ekspresif dari pemahaman, pengamatan, dan pengalaman diri sendiri atau orang lain lebih mudah penyampaiannya daripada karya ilmiah yang harus prosedural. Namun demikian, bukan berarti saya tidak ingin belajar dalam membuat karya ilmiah juga.
Secara garis besar, menulis itu perlu pembiasaan sebagaimana yang kita lakukan ketika berbicara. Pada umumnya orang lebih suka berbicara dibandingkan dengan membaca apalagi menulis. Sehingga tidak jarang kita menemui kegagalpahaman dalam menghadapi suatu kejadian karena kita sudah menyampaikan pendapat terlebih dahulu sebelum membaca atau melihat masalah yang sebenarnya. Ini sering kita temukan pada media sosial. Untuk itu, mulai dari sekarang, marilah kita bersama-sama untuk membudayakan membaca terlebih dahulu sebelum memberikan komentar. Dengan banyak membaca, kita memiliki gudang kosakata dan konsep yang akan melatih kemampuan otak kita untuk berpikir dan menganalisa. Apabila kemampuan ini sudah terlatih dengan baik dalam otak, kita akan lebih mudah untuk mengekspresikan ide dan menuangkannya ke dalam tulisan.
Penulis : Heni Pristianingsih, Guru SDN Tunjungsekar 4 Malang
Email: [email protected]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap sekali Bu. Terima kasih. Telah berbagi
Sama-sama Bu, semangat literasi....