Heni Riswanti

Biografi Aku adalah seorang guru Bahasa Indonesia, di sebuah sekolah negeri di Bogor, Jawa Barat. Mengapa guru Bahasa Indonesia? Berawal pengetah...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kiat

Ketika itu, umurmu baru dua tahun sembilan bulan, tiga tahun masih kurang tiga bulan, ketika ibumu meninggal karena kanker serviks.

Ketika kamu lahir dan diberi nama Kiad, tidak ada seorang pun yang bertanya apa artinya. Sekarang, setelah ibumu pergi, semua orang, seluruh keluarga baru menyadari, bahwa nama Kiad maksudnya kuat.

Kamu yang sedari kecil tidak bisa terpisah dari ibumu, tapi di usia yang masih sangat kecil pula kamu sudah harus terpisah dari ibumu, kamu sudah harus kehilangan ibumu.

Duniamu waktu itu hanya ibu dan ayahmu, di dalam rumahmu. Kamu sangat sulit bersosialisasi dengan dunia luar. Kamu sering takut dengan keramaian, walaupun bukan berarti kamu tidak pernah bermain di luar.

Ketika takdir menentukan bahwa ibumu harus pergi meninggalkan kamu, semua orang, khususnya keluargamu disadarkan bahwa benarlah Allah yang Maha pengatur segalanya.

Ketika ibumu divonis kanker serviks dan menyadari kondisinya semakin memburuk, ibumu mulai menjaga jarak. Ibumu seperti sudah mendapat firasat bahwa usianya tidak lama lagi.

Ibumu sempat berkata, " Kelak, di ulang tahunnya yang ketiga, aku tidak bersamanya."

Mendengar hal itu, tentu saja ayahmu sangat marah.

" Ngomong apa kamu? Ga boleh begitu, kalau sakit ya berobat."

Hari demi hari, keadaan ibumu memang tidak semakin baik. Kamu pun diserahkan kepada utimu. Setiap malam kamu mulai ditinggalkan ibumu, kamu tidur dengan itu. Kalau kamu minta susu, biasanya harus ibumu, pelan-pelan ibumu sering menolak. Kamu harus mau minum susu buatan itu.

Akhirnya, ibumu harus dirawat di rumah sakit. Otomatis sepenuhnya kamu harus diurus oleh itu. Dan, kamu menjadi anak yang sangat pengertian. Meski kamu punya sifat yang sangat keras, harus dituruti kalau punya keinginan tapi kamu juga tidak rewel ketika ibumu tidak ada. Kamu sudah bisa mengerti kalau ibumu sakit.

Jika kamu rindu, kamu bisa bicara lewat Videocall. Tapi sekarang? Tentu tidak bisa.

Hatimu luar biasa. Bahkan pikiranmu, seperti seolah kamu mengerti apa arti kematian itu.

Waktu itu,hari Minggu, pukul 12.00 WIB, ibumu menghembuskan nafasnya setelah sebulan di rumah sakit berjuang melawan kanker serviks, setelah seminggu tidak sadarkan diri. Kamu pun sudah tidak sempat melihatnya. Terakhir kamu bertemu dengan ibumu, sore hari sebelum ibumu tidak sadarkan diri.

Hari itu, hari Selasa, pukul 20.00 WIB, kondisi ibumu sudah kritis. Kamu yang hanya berada di loby, digendong ayahmu dibawa ke ruang ibumu dirawat. Melihat kamu datang, ibumu melambaikan tangan, sambil berkata, " Bang." Bang adalah panggilan ibumu untuk kamu.

Hari Senin, menjelang ibumu dimakamkan, kamu menangis dan memanggil-manggil ibumu. Kamu digendong ayahmu untuk melihat jenazah ibumu. Setelah itu kamu bermain lagi. Tak lama kemudian kamu menangis dan memanggil ibumu lagi. Ayahmu seperti tanggap bahwa kamu penasaran, apa jenazah yang terbungkus kain kafan itu ibumu.

Akhirnya, ayahmu meminta kepada petugas yang mengkafani ibumu untuk membukanya sehingga kamu bisa melihat wajah ibumu. Kamu tidak bicara apa-apa tapi matamu berkaca-kaca. Tapi ayahmu tahu bahwa kamu mengerti itu ibumu.

Ibumu pun dibawa naik ambulan untuk dimakamkan. Kamu tahu itu. Kamu juga tahu ketika ibumu dimasukkan ke liang lahat. Kamu mengerti tempat peristirahatan ibumu. Kamu bilang, di dalam tanah itu, ibu tidur.

Kiad adalah anak yang kuat. Itulah makna yang diberikan ibumu. Kamu sekarang tinggal dengan itu. Jika kamu rindu dengan ibumu, kamu sudah tahu kemana kamu harus bertemu. Ke makam. Kamu kunjungi makam ibumu.

Kiad adalah anak yang kuat. Doa kami selalu untukmu. Di usiamu sekarang yang belum genap empat tahun, kamu sudah sering memperlihatkan bahwa kamu seperti paham kalau ibumu sudah meninggal.

Pernah saat di sekolah, kamu tampak murung. Kamu ditanya oleh guru, " Kenapa, Kiad, kok sedih?"

" Iya Bu guru, aku sedih, bapakku kerja jauh, Alung juga kerja, ibuku udah ga ada, di rumah aku cuma sama itu."

Kiad adalah anak yang kuat. Sekarang, sudah mulai bersosialisasi dengan banyak orang, dengan suasana keramaian.

Kiad tetaplah tumbuh menjadi anak yang kuat, sebagaimana arti nama yang diberikan ibumu. Doakan selalu ibumu, dia bahagia di surga. Aamiin Ya Rabbal Al-Amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post