Siang itu sambil menunggu jemputan Hafiz asyik bermain di bak pasir basah. Alhamdulillah sejak masuk sekolah hingga hari ini, sudah ada perubahan perilakunya. Memang butuh kesabaran menghadapinya. Mulai dari dalam ruangan sampai ke luar kelas di jelajahi tanpa henti. Tidak hanya itu tindakannya sangat ekstrim, ada saja yang dilakukannya yang tidak semestinya dilakukan anak seusianya. Dari bawah pohon rindang di halaman sekolah saya memandangnya, sambil duduk menikmati kesejukan siang yang berbalut awan kelabu. Tiba-tiba dua orang guru mendekatinya dan memanggil Hafiz karena sudah dijemput orang tuanya. Saya begitu terkejut, melihat reaksi anak itu. Segera saja wajah kedua ibu gurunya bertaburan pasir. Rupanya segenggam pasir dilemparkannya ke wajah ibu guru tadi. Ia meronta dan tidak mau diajak ke pintu gerbang sekolah untuk menemui orang tuanya. Lagi-lagi kesabaran kedua guru PAUD di uji. Sambil menepis pasir di wajah mereka ke dua ibu guru tadi masih tetap keliahatan sabar mengajak Hafiz ke depan pagar sekolah.

Menjelang siang, saya masih menikmati hembusan angin sepoi-sepoi. Sebentar lagi hujan, gumamku. Pandangan mataku mengarah ke sebuah permainan titian yang hampir putus rantainya. Lalu saya mengambil tali dan mengikatnya. Naluri seorang guru berbicara di sana, untuk mengantisipasi supaya tidak terjadi bahaya bagi anak didiknya. Tiba-tiba seorang anak mendekati saya dan menyapa dengan manja:" ibu kepala sekolah sedang ngapain? tanyanya. Mendengar sapaannya saya tertawa geli. Lalu saya menjawab lembut: "ibu sedang memperbaiki permainan"! Lalu ia memandangku dan bertanya lagi:"kepala sekolah kenapa memakai kaca mata?". Belum sempat saya menjawabnya, ia melanjutkan ocehannya: "kepala sekolah suka main hape ya, makanya matanya rusak". Ia pun langsung berlari-lari bermain di sekelilingku tanpa menunggu jawaban saya.

Lalu Iqbal ( nama anak itu) usianya baru 4 tahun, datang lagi sambil membawa peralatan permainan yang ada di bak pasir basah. Saya langsung mengatakan bahwa ini digunakan pada bak pasir, bukan di tempat lain. Iqbal lalu mendekat dan berkata:"kepala sekolah bisa nggak ade mainnya di sini di dekat kepala sekolah?". Saya hanya menatapnya dan mengangguk, karena sedang sibuk mengikat permainan.

Tiba-tiba Iqbal merangkulku dan memeluk erat, sambil berbisik di telingaku:"terima kasih ibu kepala sekolah", katanya polos dan terlihat gembira. Hati saya terenyuh, begitu lugu dan tulus terasa.

Dua peristiwa yang berbeda, hari itu kurasakan.Sangat kontradiktif. Menjadi guru PAUD memang luar biasa. Ketika menghadapi anak yang ekstra aktif dan anak yang begitu polos. Semuanya tergantung pola asuh di rumah. Oleh sebab itu peran orang tua juga sangat penting dalam pembentukkan karakter anak.

Gerimispun mulai mengusik ketenangan saya, saat menikmati kebersamaan dengan anak-anak siang itu. Mendung berat menghalau terik, hingga ke ujung titik-titik hujan. Biasnyapun menghiasi langit pucat dengan sebuah garis lengkung warna-warni. Pelangi juga tersenyum pasi tatkala melihatku serasa hampa setelah anak-anak sudah dijemput orang tuanya. Berbagai tingkah laku mereka bagaikan pelangi, bermacam-macam warna. Itulah PAUD, menjadi guru PAUD memang luar biasa.