Heny Sugiharti

Guru, Pemilik dan Pekerja Seni di Khamiiliacraft Samarinda. Kota asal Cilacap JawaTengah (ora ngapak ora kepenak). Aktifitas pengrajin dan pekerja seni di KHAM...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bus Tua

Bus Tua

Sudah empat hari aku duduk disini, memandangi orang-orang yang lalu lalang pagi, siang malam nyaris tanpa sepi. Bus antar kota antar propinsi keluar masuk garasi. Kondektur bus dan para calo memanggil penumpang ke arah yang jadi tujuan. Suara petugas pengatur keberangkatan dan kedatangan bus terdengar nyaring dari toa menara. Para pedagang asongan pun tak mau kalah, dengan suara lantang mendatangi orang-orang menawarkan berbagai macam dagangannya.

Di ujung sebelah barat, terdapat wc umum yang aroma nya khas, juga tak pernah sepi dari orang-orang. Bahkan kadang mereka rela mengantri demi menyelesaikan hajatnya. Nampak tiga orang petugas kebersihan bergantian membersihkan area wc umum itu.

Sementara di ujung sebelah utara , tempatku duduk saat ini, memang agak sepi. Hanya ada beberapa saja orang yang lewat itupun untuk sekedar buang air kecil dibelakang bus tua karena tak tahan antri di wc umum. Ya... memang ada sebuah bus tua penuh karat yang tak beroperasi lagi teronggok didepanku.

Empat hari duduk disini aku seperti patung. Tak bisa menggerakkan sekujur tubuhku, tanganku, kakiku, mulutku. Semuanya kaku. Semakin kupaksa untuk bergerak, semakin sakit dan kaku sekujur tubuhku. Tapi aku masih bisa melihat, aku masih bisa mendengar, aku masih bisa mencium aroma pesing di dekatku dan aku masih bisa merasakan ada orang-orang di dekatku.

Beberapa orang memang melihat ke arahku yang sudah empat hari duduk disini, di terminal ini. Tapi ketika aku memanggil mereka, mereka bergeming. Mereka seperti tak melihatku, tak mendengarku. Aku seperti orang mati disini.

Seorang laki-laki paruh baya datang di malam pertama aku duduk disini. Suasana agak sepi, antara jam satu atau jam dua malam. Aku memanggilnya, tapi dia tak mendengar. Dia datang agak mengendap-endap bersama seorang perempuan yang "aneh" penampilannya. Berbaju seksi layaknya perempuan tapi berkaki besar layaknya laki-laki. Lalu mereka berdua masuk kedalam bus tua. Aku tak dapat melihat apa yang mereka lakukan didalam sana karena tak ada penerangan yang bisa tembus kedalam bus. Yang aku lihat bus agak bergoyang-goyang itu saja. Tidak lama, sekira lima belas menit laki-laki paruh baya itu keluar dengan terburu-buru, di susul perempuan yang ternyata jadi-jadian alias waria. Aku tertawa kecil mendengar gerutuannya yang cuma di bayar selembar lima ribuan.

Hari kedua sekira jam 7 pagi seorang tukang sapu mendekatiku sambil tetap menyapu. Kurang lebih setengah meter di depanku. Tapi dia tak melihatku. Dia asyik dengan tugasnya menyapu. Sekuat tenaga aku berteriak memanggilnya. Tapi tetap saja hanya mulutku yang menganga, tanpa suara. Lidahku kaku bagaikan paku. Kucoba menggerakkan kaki berusaha menendang kerikil di ujung kaki kiriku untuk menarik perhatiannya, tapi tetap saja kaki-kaki ini tak bergerak. Semakin kupaksa semakin sakit sekujur tubuhku.

Tukang sapu itu berhenti sejenak. Dia memandang sekeliling sambil menutup hidungnya. Lalu dia mendekat ke arah bus tua. Dia seperti memeriksa , tapi tak sampai masuk ke dalam bus. Tak lama dia pergi. Tanpa memandangku sedikitpun.

Hari ketiga sekira jam dua belas siang dua remaja tanggung mendekat ke arahku setengah berlari. Kupanggil mereka sekuat tenagaku. Tapi metekapun tak mendengar. Mereka masuk ke dalam bus. Aku tak melihat apa yang mereka lakukan, tapi aku bisa mendengar obrolan

"Ayo cepat... bagi isi dompetnya" kata salah satunya.

"Sebentar boss..." sahut lainnya

"Bau apa nih....??? Seperti bangkai..? ayo cepat aku ga tahan nih" terdengar suara orang muntah mencium bau busuk.

"ini bagianmu. Sudah lekas buang jauh-jauh dompetnya. Ayo cepat pergi, aku juga sudah tak tahan dengan bau busuk ini".

Tak lama mereka pergi. Usaha memanggil mereka pun tak berhasil aku lakukan. Aku tak tahan lagi. Aku menangis sejadi-jadinya. Bertanya apa yang sedang terjadi padaku. Mengapa orang-orang ini tak melihatku, tak mendengarku, tak menolongku. Semakin keras tangisku.

Hari ke empat sekira jam 7 pagi aku melihat lagi tukang sapu yang dua hari lalu datang. Dia mulai mendekat sambil menyapu. Tapi dia seperti mencurigai sesuatu. Dia berhenti sejenak, melihat kiri kanan sambil menutup hidungnya dengan tangan. Dia letakkan sapunya, berjalan ke arahku masih dengan menutup hidungnya. Seketika aku merasa senang, seakan ada harapan dia menolong ku. Aku berteriak-teriak memanggilnya. Aku merasa seperti ingin melompat dari kursiku ketika dia menatap mataku, tapi tetap saja tubuhku kaku tak bergerak. Aku menangis menjerit meminta tolong padanya. Dia semakin dekat denganku. Sepuluh centi saja dari tempat dudukku. Dia menatapku tapi tak berkata apapun. Tangannya terus menutup hidungnya. Lalu dia masuk ke dalam bus tua. Dua menit kemudian dia keluar dengan muka pucat dan berlari kencang.

Aku menangis, menangis senang, menangis bahagia. Seketika sekujur tubuhku tak sakit lagi. Sekujur tubuhku tak kaku lagi. Semua orang berlarian ke arahku. Mengerumuniku dengan hidung yang tertutup. Mereka semua melihatku, melihat tubuhku yang mulai membusuk, terikat dalam karung di bawah jok kursi nomer lima dari depan di dalam bus tua itu. Iya... empat hari yang lalu, sepulang aku mengunjungi orangtuaku, kekasihku menjemputku di terminal ini jam sebelas malam. Dia marah ketika aku meminta segera dinikahinya, karena aku sudah telat tiga bulan. Dia membawaku kesini, tapi aku tak ingat apa yang dia lakukan. Yang aku tahu aku sudah berada di sini di dalam bus tua ini.

*****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita seram ternyata. Mantap bu. Keren ceritanya.

12 Jul
Balas

tapi kurang serem ya pak Yudha...???

12 Jul

Mbak Heny...top banget nih...

12 Jul
Balas

Hihihi... makasih apresiasinya bu Umul

13 Jul

Yang bikin ngeri "telat tiga bulan"nya Ibu.

12 Jul
Balas

Ehm.. Friday 13 th. Misteri bis alien. Apresiatif bu.

12 Jul
Balas

Belum pak Wi... baru malem kemis nii... hihihi

12 Jul

hahahaha..... kelamaan telat nya ya bu Diana...??

12 Jul
Balas

Sedih Bu Eka jdi baper... kasianx...jhatx ae cwox

13 Jul
Balas



search

New Post