HERIANTO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PENERAPAN PEMBELAJARAN DIFERENSIASI MURID KELAS 6 SDN 85 KOTA JAMBI

PENERAPAN PEMBELAJARAN DIFERENSIASI MURID KELAS 6 SDN 85 KOTA JAMBI

PENERAPAN PEMBELAJARAN DIFERENSIASI MURID KELAS 6 SDN 85 KOTA JAMBI

Oleh : Herianto, M.Pd

Guru SDN 85 Kota Jambi

Latar Belakang

Setiap murid itu unik mereka mempunyai ciri khas tersendiri. Mereka hadir dengan karakteristik yang berbeda baik itu sebagai bawaan sejak lahir maupun pengaruh lingkungan. Karakteristik tersebut meliputi perkembangan kognitif, bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kecerdasan, latar belakang keluarga, budaya, suku, agama, dan lain-lain. Perbedaan karakteristik ini adalah sebuah keniscayaan, yang akan bersinergi menjadi satu harmoni dalam proses pembelajaran di kelas; baik kelas heterogen maupun homogen.

Sebelum memulai pembelajaran seorang guru harus dapat mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan murid secara individu; mengetahui tentang latar belakang murid, pembelajaran sebelumnya, dan perkembangan keterampilan mereka; mengetahui tentang minat murid saya (di sekolah dan di luar), motivator, dan tujuan mereka; mengetahui tentang profil belajar murid dan gaya belajar yang disukai oleh mereka dan dapat menggunakan informasi tentang minat, kesiapan dan profil belajar murid saya untuk membantu saya merancang dan melaksanakan pembelajaran secara efektif.

Pengertian pembelajaran Differensiasi

Differentiated Instruction atau Differentiated Learning atau Differentiated Teaching pertama kali diperkenalkan oleh Carol Ann Tomlinson. Menurut Tomlinson (2000), Differentiated Instruction (DI) bukanlah strategi, program, atau “sesuatu”. DI adalah cara berpikir. Sebuah filosofi bagaimana menanggapi perbedaan siswa dengan mengadaptasi pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa. Pada buku yang lain, Tomlinson (Butler dan Lowe, 2008) mengemukakan bahwa DI adalah suatu pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi setiap siswa. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

Differentiated of instruction dan juga menggunakan metode student-center (metode pengajaran berpusat pada anak dan sesuai dengan kebutuhan anak)dengan mendesai kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa yang berisi berupa pelajaran dan keterampilan sesuai dengan tingkat kemampuan anak dengan memberikan materi-materi pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa dengan mengubah isi dari kurikulum dan strategi pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa. (McLeskey dan Waldron, 2000:150).

Differensiasi itu sendiri adalah setiap anak mempunyai standar kurikulum yang berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhannya. Hal ini dimaksudkan bahwa guru harus memodifikasi isi, proses/cara berpikir (the thinking process) dan produk yang harus dikerjakan sebagai evaluasi, berdasarkan karakteristik anak, tingkat kesiapan anak, interest atau kesukaan anak, kecerdasan majemuk (mulltiple intelegences), pemberian instruksi dan pembelajaran atau materi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan anak, memperdalam pemahaman, dan melibatkan kerja kelompok. (Hollas, 2005:2).

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat terkait dengan menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.,memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, Penilaian berkelanjutan, menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya dan Mengelola kelas yang efektif.

Penerapan pembelajaran Differensiasi

Dalam kelas yang didiferensiasikan, guru akan memulai mengajar berdasarkan kebutuhan, kesiapan (di mana posisi siswa), minat dan kemudian menggunakan banyak model mengajar dan penataan instruksional untuk memastikan bahwa siswa meraih prestasinya. (Arends, 2008:123) Pembelajaran diferensisasi adalah cara untuk menyesuaikan pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa. Langkah yang harus dilakukan yaitu:

1. Mengumpulkan informasi tentang siswa.

Informasi yang dikumpulkan tentang siswa meliputi readiness (kesiapan belajar siswa), interest (minat), dan learning profile (profil belajar).

a). Readiness atau kesiapan belajar Kesiapan belajar siswa dalam hal ini dapat diartikan sebagai kemampuan atau pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Yang harus diperhatikan bahwa kesiapan belajar bukanlah tingkat intelektualitas (IQ) siswa. Tujuan membedakan siswa berdasarkan kesiapan belajar adalah untuk memvariasikan tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dapat dipastikan bahwa semua siswa diberikan tantangan yang tepat dalam pengalaman belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).

b). Interest atau minat Memperoleh informasi awal tentang minat siswa berguna agar guru dapat merangkul perhatian, keingintahuan, dan keterlibatan siswa dalam belajar (Tomlinson dan Imbeau, 2010). Ketika guru membedakan siswa berdasarkan minat, maka siswa akan termotivasi untuk menghubungkan apa yang akan dipelajari dengan sesuatu yang sudah mereka ketahui (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013). Membedakan siswa berdasarkan minat adalah dengan mengelompokkan siswa berdasarkan minat yang sama seperti musik, olahraga, binatang peliharaan (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).

c).Learning profile atau profil belajar Membedakan siswa berdasarkan profil belajar akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara natural dan efesien (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013). Profil belajar siswa meliputi gaya belajar siswa (audio, visual, dan kinestetik), preferensi belajar (sendiri, berpasangan, atau berkelompok), suasana belajar (tenang atau diiringi dengan musik, pencahayaan). Profil belajar siswa ini dapat diketahui dengan menyebarkan angket sederhana.

2. Merancang pembelajaran differensiasi

Pembelajaran differensiasi dirancang dengan membedakan isi, proses, dan produk berdasarkan perbedaan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa

a).Differensiasi Content (isi). Tomlinson (2000) menjelaskan bahwa differensiasi isi merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari oleh siswa. Dalam merancang pembelajaran yang berdifferensiasi isi ada tiga hal yang harus diperhatikan (Hall, 2010), yaitu: (1) guru harus menggunakan tindakan, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip, sikap dan keterampilan; (2) menyelaraskan tugas dengan tujuan pembelajaran; dan (3) isi instruksi harus membahas konsep yang sama pada semua siswa, tetapi tingkat kompleksitas harus disesuaikan sesuai dengan keberagaman siswa.

b). Differensiasi berdasarkan proses yaitu kegiatan siswa dalam rangka memahami isi (Tomlinson, 2000) yang meliputi: penggunaan aktivitas berpikir tingkat tinggi, instruksi kelompok kecil, multiple inteligence, pemusatan pembelajaran, mind-mapping, dan tugas kooperatif (Bao, 2010).

c). Produk yaitu hasil belajar siswa yang merupakan hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari siswa (Tomlinson, 2000). Diferensiasi berdasarkan produk meliputi: tugas berjenjang, rubrik, penilaian alternatif, pekerjaan rumah yang dimodifikasi, dan proyek independen (Bao, 2010).

3. Menerapkan pembelajaran differensiasi

Beberapa prinsip-prinsip dan karakteristik yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kelas yang heterogen (Tomlinson, 2000) yaitu: 1) Penilaian terus-menerus (on going) dan terkait erat dengan instruksi. 2) Guru adalah pencari dan pengumpul informasi tentang siswa dan bagaimana siswa belajar pada suatu kondisi tertentu. Hasil yang didapatkan guru tentang kesiapan siswa, minat, dan pola belajar siswa dapat membantu guru merencanakan langkah selanjutnya dalam membuat instruksi. 3) Guru bekerja keras untuk memastikan "penghargaan" untuk semua siswa. Setiap karya siswa harus dihargai sama, bagaimanapun hasil karya itu. sama-sama menarik, dan sama-sama berfokus pada pemahaman esensial dan keterampilan yang ingin dicapai. 4) Fleksibel adalah ciri khas kelas pengelompokan, dasar pengelompokan siswa tidak monoton. Dapat diubah sesuai kebutuhan, misalnya pada dua pertemuan awal pengelompokan siswa berdasarkan gaya belajar, maka pada pertemuan selanjutnya dapat diubah berdasarkan kesiapan siswa. 5) Guru merencanakan memperpanjang periode instruksi sehingga semua siswa belajar dengan berbagai rekannya selama pembelajaran. 6) Menggunakan soal terbuka

Untuk dapat mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan murid secara individu yang saya lakukan diantaranya melakukan penataan ruang kelas, mengantisipasi kondisi kelas, metapkan aturan dengan tegas namun 'bersahabat, memastikan siswa tetap fokus, serius tapi santai, tidak membiarkan ada waktu tersisa yang kosong, tetap bersemangat sejak awal pembelajaran, melakukan posisi berdiri ketika mengajar. Mengetahui latar belakang keluarga murid seperti keadaan keluarga: pekerjaan orang tua, berapa orang saudara dan dimana mereka sekolah, berapa lama mereka bisa berkumpul bersama sehari-harinya, apa yang disukai murid, kegemarannya, teman-teman yang disukai, dan lain-lain. Ini akan sangat bermanfaat bagi kelanjutan komunikasi kelak ketika ayah sudah tiada, ibu bekerja seharian berangkat pagi pulang petang, sampai di rumah anak sudah tidur, si anak dititipkan ke nenek; atau ayah merantau ke negeri seberang lama pulang, ibu juga bekerja seharian, anak di rumah bersama nenek, dan lain-lain atau kedua orang tuanya sama-sama di rumah tetapi masing-masing-masing sibuk denga urusannya sendiri-sendiri sehingga waktu untuk bersama-sama anak hampir tidak ada.

Untuk mengetaui minat belajar murid dari suatu ketertarikan terhadap suatu pelajaran yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni pelajaran tersebut. Profil belajar murid terkait dengan banyak Faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang yaitu 1). Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya; 2). Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal – impersonal; 3). Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator); 4). Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik); dan Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb). Dalam menggunakan informasi tentang minat dalam merancang pembelajaran dengan mempertimbangkan tujuan yaitu: 1). Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar; 2). Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran; 3). Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan; 4). Meningkatkan motivasi murid untuk belajar. Seorang guru harus dapat memetakan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Minat , Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Minat dan Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar Murid.

Penting untuk mengetahui setiap individu murid di kelas yaitu karakteristik setiap anak di kelas kekuatannya, gaya belajar mereka, minat mereka, yang memiliki keterampilan menghitung paling baik di kelas atau sebaliknya, murid yang paling menyukai kegiatan kelompok atau yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok,murid yang level membacanya paling tinggi, murid yang masih perlu dibantu untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan mereka, yang paling senang menulis dan yang lebih senang berbicara. Guna memastikan setiap murid di kelas sukses dalam proses pembelajarannya

Kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek yaitu Kesiapan belajar (readiness) murid, minat murid dan profil belajar murid. Guru memberikan tugas-tugas sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar) untuk memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Tugas yang dibetikan mempertimbangkan tingkat kesiapan murid tidak membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, yang harus dilakukan adalah membuat lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai sehingga membuat nyaman dalam belajar.

Adaptasi dari “The Equalizer, dengan mengadaptasi diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001) yaitu bersifat mendasar, tranformatid, konkret-abstrak, sederhana-kompleks, terstruktur, open ended, tergantung (dependent)-mandiri (Independent), Lambat-cepat.

Tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya .

Tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan yaitu: 1). Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar; 2). Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran; 3). Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan; 4). Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat dapat berupa: Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari, Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif., Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat, Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja” dan Membuat model.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang yaitu 1). Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya; 2). Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal – impersonal; 3). Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator); 4). Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik); dan Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb). Untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

Contoh pemetaan kebutuhan murid yang saya ajarkan di kelas, dengan menggunakan salah satu dari 3 pendekatan (minat, kesiapan, dan profil belajar), dengan membuatnya dalam bentuk tabel:

Tabel 1. Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Minat

Minat

Olahraga

Kesenian (Prakarya)

Sains

Nama murid

Ragil Anugrah

Sherly Tri Utami

Bila Siskia Br Barus

Rahmat Fabian Ramadhan

Aidil Adithya Dalimunte

Bima Aldiansyah

M Ramahdan Triansyah

Syifa Dirlyanda

Arumi Zainafiya Riyanti

M. Farelliano Putra P

Vina Julianti

Dinda Yati

M. Vitto

Wahyu Okta Sanjaya

Aidil Adithya Dalimunte

Produk

Membuat tulisan prosedur

Membuat tulisan prosedur

Membuat tulisan prosedur

Tentang bagaimana cara menggiring bola dalam permainan sepak bola.

Tentang bagaimana cara membuat rumah-rumahan dari stik es krim.

Tentang bagaimana

Cara membuat rangkaian listrik paralel dan seri.

Tabel 2. Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar

Kesiapan

belajar

(Readiness)

Murid telah memahami konsep keliling; dapat melakukan operasi hitung perkalian dasar.

Murid telah memahami konsep keliling namun belum lancar dalam melakukan operasi hitung perkalian dasar.

Murid belum memahami konsep keliling.

Nama

murid

Aidil Adithya Dalimunte

Bila Siskia Br Barus

Rahmat Fabian Ramadhan

Syifa Dirlyanda

Bima Aldiansyah

Sherly Tri Utami

M Ramahdan Triansyah

Arumi Zainafiya Riyanti

Dinda Yati

M. Farelliano Putra P

Vina Julianti

Aidil Adithya Dalimunte

M. Vitto

Wahyu Okta Sanjaya

Ragil Anugerah

Proses

Murid diminta mengerjakan soal-soal tantangan yang

Mengaplikasikan konsep keliling Dalam kehidupan sehari-hari. Murid akan diminta untuk bekerja secara mandiri dan saling memeriksa pekerjaan

masing-masing.

Murid Menggunakan bantuan benda- benda konkret untuk menghitung keliling bangun datar (misalnya menggunakan stik es krim). Jika mengalami kesulitan, murid diminta menerapkan

strategi “3 before me” (bertanya kepada 3 teman sebelum bertanya langsung pada guru). Guru akan sesekali dating ke kelompok ini untuk memastikan tidak ada miskonsepsi.

Murid akan Mendapatkan pembelajaran eksplisit tentang konsep keliling. Guru akan memberikan

Scaffolding dalam proses ini.

Tabel 3. Pemetaan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Profil Belajar Murid

Profil Belajar murid

Visual

Auditori

Kinestetik

Nama

murid

Rahmat Fabian R

M. Farelliano Putra P

Vina Julianti

Sherly Tri Utami

M. Vitto

Wahyu Okta Sanjaya

M Ramahdan Triansy

Arumi Zainafiya Riyanti

Dinda Yati

Bila Siskia Br Barus

Aidil Adithya Dalimunte

Aidil Adithya Dalimunte

Bima Aldiansyah

Ragil Anugerah

Syifa Dirlyanda

Murid diperbolehkan memilih cara mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup.

Boleh dalam bentuk gambar, rekaman wawancara maupun performance.

Boleh dalam bentuk gambar, rekaman wawancara maupun performance.

Produk

Saat menjelaskan Guru menggunakan banyak gambar atau alat bantu visual.

Guru juga menyediakan Kesempatan bagi murid Untuk mengakses sumber belajar yang dapat didengarkan murid secara lisan.

Guru membuat beberapa sudut belajar atau display yang ditempel di tempat-tempat berbeda untuk memberikan kesempatan murid bergerak saat mengakses informasi.

DAFTAR RUJUKAN

Arends, R. I. 2007. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. New York : McGraw Hill Companies.

Bao, J. 2010. Teaching and Learning Strategies for Differentiated Instruction in the Language Classroom. [Online]. Tersedia: http://steinhardt.nyu.edu/teachlearn /dclt/Summer_Institute_2010. [20 Oktober 2014] Butler, M. and Van Lowe, K. 2008. Using Differentiated

Hollas. 2005. Differentiating Instruction in a whole Group Setting. USA: Crystal Springs Books.

Joseph, S., Thomas, M., Simonette, G., & Ramsook, L. 2013. The Impact of Differentiated Instruction in a Teacher Education Setting: Success and Challenges. International Journal of Higher Education 2(3) hal 28-40.[Online].

McLeskey, James & Waldron, Nancy L. 2000. .Inclusive Schools in Action, Alexandria: ASCD.

Tomlinson. 2000. What is Differentiated Instruction? Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development

Tomlinson, C. (2001). How to differentiate instruction in mixedability classrooms (2nd ed.). Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post