Guru Harus Cerdas
Guru Harus Cerdas
Seorang guru seharusnya memiliki tiga kecerdasan dalam mengemban tugasnya. Yang pertama, guru harus memiliki kecerdasan intelektual (IQ). Kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta. Kecerdasan ini erat kaitannya dengan akal pikiran seseorang yang akan menghasilkan ilmu pengetahuan atau yang lebih dikenal dengan ranah kognitif. Orang yang IQnya tinggi menunjukkan kemampuan mereka yang tinggi dalam merespon, menyimpan dan mengolah setiap informasi dan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari luar. Orang yang tinggi IQnya adalah orang yang pintar di bidangnya. Seperti seorang pelajar yang dapat menguasai pelajaran secara maksimal sehingga dapat menyelesaikan ujian dengan hasil yang sangat memuaskan.
Yang kedua guru harus memiliki kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan emosional adalah kemampauan seseorang untuk mengendalikan perasaan dan emosinya. Kecerdasan emosional berkaitan dengan perasaan seseorang. Perasaan adalah sesuatu yang sangat sensitif yang dimiliki oleh seseorang. Perasaan harus diatur dan dikelola dengan sedemikian rupa sehingga akan membantu dirinya dalam meraih kebaikan.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional akan dapat mengendalikan diri, perasaan, dan juga emosinya. Mereka mampu berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan mampu menjaga perasaan orang lain. Mereka tidak mudah tersinggung, dan suka memaafkan orang lain. Untuk itu, kecerdasan emosional sangat dibutuhkan untuk melapisi kecerdasan intelektual agar tidak memunculkan kesan negatif seperti sifat iri, dengki, ria, dan sombong.
Dan yang ketiga, kecerdasan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kecerdasan spiritual, kecerdasan ini berkaitan dengan keyakinan yang mendalam terhadap sesuatu “kekuatan” di luar diri yang berfungsi untuk menuntun dan mengarahkan akal dan emosi seseorang. Dalam istilah Ary Ginanjar disebut dengan God Spot (fitrah). Fitrah yang dikelola dengan baik dan cerdas akan melahirkan keyakinan yang teguh dan ibadah yang teratur. Semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual seseorang semakin tinggi ketaatan ibadahnya pada Allah SWT.
Untuk menjadi seorang guru yang cerdas, tentu guru tidak hanya membatasi dirinya dengan pendidikan formal. Dan apabila seorang guru sudah merasa puas dan membatasi dirinya dengan pendidikan formal saja, maka kualitas guru itu tidak akan berkembang seiring perkembangan jaman. Bahkan kualitas guru tersebut mungkin diragukan. Untuk itulah guru hendaknya mengikuti berbagai pendidikan non formal, seperti pelatihan-pelatihan, seminar, workshop, penulisan, dan kegiatan ilmiah lainnya sebagai bagian dari pengembangan diri.
Guru yang cerdas pasti akan disenangi dan diidolakan oleh setiap murid. Tetapi untuk menjadi guru seperti itu tidaklah mudah, perlu adanya kepercayaan utuh dari murid-murid. Guru yang cerdas harus dapat menjaga dan melaksanakan segala ucapannya. Maksudnya, antara ucapan dan perbuatan haruslah selaras dengan yang dijalankannya. Contoh kasus guru yang tidak cerdas, seorang guru melarang murid-muridnya untuk tidak merokok, karena merokok adalah perbuatan yang tidak baik dan dapat merusak kesehatan. Akan tetapi, justru guru itu sendiri yang melakukannya. Ia merokok tanpa rasa malu di depan murid-murid. Oleh karena itu, antara ucapan dan perbuatan guru itu tidaklah sinkron, sehingga kepercayaan murid terhadap guru itu tidak ada.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar