Banyuwangi Mengajar
Catatan Lock down (17)
Banyuwangi Mengajar
Banyuwangi Mengajar adalah salah satu program unggulan Dinas Pendidikan. Seperti halnya program Indonesia Mengajar yang diinisasi Anies Baswedan. Melayani akses atas pendidikan semua warga Banyuwangi, khususnya mereka yang tinggal nun jauh dari pusat kota dan terpencil.Puluhan relawan diterjunkan ke dalam daerah tersebut. Membantu sekolah yang kekurangan tenaga pengajar.Harapannya tentu saja, mereka dapat melayani peserta didik dan terutama sekali membawa angin baru perubahan bagi sekolah.
Saya berkesempatan berbagi cerita tentang praktik baik. Praktik baik yang saya lakukan, tentunya. Meski hany sekedar praktik baik yang sangat sederhana, harapannya para relawan bisa tergugah hatinya untuk berbuat yang lebih Dahsyat!!. Kesempatan berbagi tersebut dibalut dalam satu topik keren berjudu"Pembelajaran kemarin, kini dan akan datang. Dalam bahasa yang lebih keren topik itu tulis " Past, New dan Next Normal."
Saya menyadari para relawan sudah "ngeh" dengan eforia New Normal. Bahkan di koran lokal, hampir setiap hari mereka bisa membaca opini tentang new normal dengan segala bentuknya. Kadang saya bertanya dalam hati, "kenapa masih asyik berkutat di new normal ya?". Tidakkah lebih asyik kalau berbicara the next?. Karenanya Saya lebih tertarik membahas What's next!! Apa yang harus dilakukan di masa mendatang?apakah "revolusi" pembelajaran akan permanen? atau justru kembali ke past normal selepas pandemi berlalu? Apakah pembelajaran akan tetap istiqomah dengan "Chalk and Talk" atau bergeser menjadi lebih beragam (diferensiasi)?Apakah masih menjadikan guru sebagai provider utama pengetahuan atau menjadi multimodal dan KObot (kolaborasi Robot :AI)? apakah sekolah dan ruang kelas tetap menjadi pusat pembelajaran atau justru rumah mengambil alih perannya (SOLE).
Well, saya membuka sharing tersebut dengan berbagi cerita tentang pertanyaan yang di ajukan oleh Jack Ma pada mahasiswa. Jack Ma bertanya apakah manusia bisa mengalahkan komputer? Menurut Jack Ma manusia tidak akan menang melawan komputer dalam bekerja. Komputer bekerja dengan sangat baik, kuat, tahan pukul. Namun, masih menuritnya, Manusia bisa mengalahkan kinerja komputer dan semacamnya dari aspkek values!!!!
Salah satu values tersebut adalah kolaborasi, empati dan semacamnya. Nilai nilai inilah yang banyak hilang dipersekolahan kita. Penggegasan materi dan kompetisi antar siswa mengaburkan arti penting kerjasama. Para relawan dituntut untuk menggairahkan kembali kolaborasi dan empati ini pada anak didiknya. Bagaimana membangun kolaborasi dan empati tersebut? salah satunya dengan praktik baik yang telah dilakukan oleh Kiran Bir Sethy dengan sekolah RiverSide di Ahmedabab India tersebut.
Dalam prakteknya, model pembelajaran ini dikenal dengan istilah Design for Change (DfC). Dalam DfC, terdapat 4 stages atau tahapan yang dilalui. Pertama, Merasakan. Fase dimana siswa mengamati, menyelidik, merasakan sesuatu yang tidak "beres" yang ditemui di sekitarnya. Setelahnya, siswa "Menghayalkan" solusi atau jawaban atas permasalahan yang ditemuinya.Ini adalah tahapan ke duanya. fase ke tiga adalah membuat nyata hayalannya menjadi sebuah solusi/produk. Untuk kemudian diujicobakan atau diterapkan. Setelahnya memasuki fase keemopat yaitu membagikan praktik baik ini ke khalayak. Anda dapat memahami alur lengkapnya pada video berikut: Having Ball (https://www.youtube.com/watch?v=Rp4rKd3oc3s&t=3s).
Saat mereka para relawan diterjunkan kepelosok Banyuwangi, ada banyak tantangan yang mereka hadapi. Tantangan itu menjadi semacam bahan baku bagi para relawan untuk berbuat nyata bagi pendidikan.
Dua buah portofolio karya siswaku dalam praktik fC sederhana saya serahkan sebagai inspirasi aksi nyata mereka di pelosok Banyuwangi nantinya.
Saya juga menantang mereka untuk membuat terobosan nyata dan kemudian didokumentasikan dalam bentuk buku. Dan saya bersedia menjadi mitra penulisan praktik baik mereka selama program banyuwangi mengajar. Semoga hati mereka tergerak untuk berbuat nyata bagi pendidikan banyuwangi.#Seize the day
#Relawan Banyuwangi mengajar 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Pak Heri. Menginspirasi siapa pun untuk membangun daerahnya. Mantab.