Heriyanto Nurcahyo

Heriyanto Nurcahyo Guru SMA Negeri 1 Glenmore. Menyukai tulis menulis sejak mahasiswa, pernah belajar di berbagai universitas diantaranya Unibraw,&n...

Selengkapnya
Navigasi Web
 BUKA KELAS DI SEKOLAH KOREA (Exploring our own classroom practice

BUKA KELAS DI SEKOLAH KOREA (Exploring our own classroom practice

Catatan Muhibah

Bagian Ke 17

BUKA KELAS DI SEKOLAH KOREA

(Exploring our own classroom practice)

If you talk to a man in a language he understands, that goes to his head. If you talk to him in his language, that goes to his heart.

Nelson Mandela

Jumat yang dingin dengan suhu 6 derajat celcius. Pagi ini, saya ke sekolah 10 menit lebih lambat dari hari biasanya. Beberapa persiapan mengajar -baik materi maupun bahan- telah disiapkan seminggu lamanya. Persiapan mengajar hari ini harus sebaik mungkin. Tidak saja karena membelajarkan anak harus dipersiapkan dengan matang, namun juga karena agenda sekolah berupa buka kelas.

Open class secara sederhana dimaknai sebagai kegiatan mengajar yang ditonton oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan sekolah. Pihak-pihak dimaksud meliputi orang tua wali murid, komite sekolah, dinas pendidikan, guru sejawat dari sekolah lain, kepala guru dan beberapa orang yang berkepntingan dengan dunia pendidikan. Open class bersifat wajib bagi persekolahan di Korea. Kegiatan ini dilaksanakan selama satu hari dengan berbagai kelas yang terlibat. Salah satu kelas yang terlibat dalam program tersebut adalah kelasku. Dalam Program tersebut, saya melakukan pembelajaran kolaboratif dengan guru Sejarah sekolah Korea. Dalam pembelajaran tersebut, guru Korea membuka kelas dengan penjelasan singkat jalur rempah international (The Maritime Spices Routes) dari Eropa maupun Asia.

Dalam kegiatan intinya, siswa saya ajak mengenal beberapa jenis rempah Indonesia dengan terlebih dahulu memutarkan sebuah video tentang 5 rempah termahal di dunia. Setelah menonton video, siswa diperkenalkan pada satu persatu rempah tersebut sambil mengingat namanya dalam bahasa Indonesia. Setelah itu, siswa mengeksplorasi lebih mendalam informasi yang didapat melalui lembar kerja.

Untuk membuat pembelajaran ini lebih autentik dan menyenangkan, siswa ditantang untuk menemukan kandungan rempah yang terdapat dalam makanan (Soto dan Sate). Masing-masing kelompok mendapat satu mangkuk Soto dan beberapa potongan daging sate. Sambil menikmati kedua makanan tersebut, siswa ditantang untuk merasakan aneka rempah yang digunakan dalam masakan tersebut. Dan menyebutkan kandungan rempah tersebut dalam Bahasa Indonesia (semisal Jahe, merica dll). Setelah kegiatan selesai, satu persatu siswa mempresentasikan kandungan rempah di masing-masing makanan khas tersebut. Tr. Han (Guru Sejarah) mengakhiri pembelajaran dengan memberikan feedback berupa selembar kertas. Dalam kertas tersebut siswa diminta untuk memberi penjelasan atas rute rempah tersebut. Pembelajaran yang sangat sederhana namun kaya makna dan memberikan pengalaman autentik kepada siswa.

Disatu sisi, open class adalah perwujudan akuntabilitas sekolah (guru) dalam mengemban amanahnya mencerdaskan tunas bangsa. Disisi lain, ini adalah kegiatan reflektif yang sangat baik bagi peningkatan kualitas dan ketrampilan membelajarkan anak dari para guru. Apa yang kita ajarkan dan belajarkan di kelas seharusnya bisa dipertanggungjawabkan secara moral, akademik dan politis sekaligus. Secara moral, guru memiliki peranan krusial dalam menyemai dan menumbuhkan prilaku baik melalui pembiasaan positif di ruang kelasnya.

Secara akademik, apa yang kita sajikan pada siswa harus sesuai dengan apa yang seharusnya diberikan (kurikulum). Namun demikian, kemampuan seorang guru dalam mengolah dan menterjemahkan ilmu kepada para anak didiknya dengan sangat mudah, menarik dan menyenangkan adalah tantangan besar. Sebagai seorang pendidik, profesi yang kita jalani harus bisa dipertanggungjawabkan kepada pemakai layanan. Terlebih lagi jika kita adalah abdi Negara. Gaji dan aneka tunjangan yang melekat dalam profesi kita adalah tanggungjawab besar yang diberikan dan dipertanggungjawabkan kegiatannya. Karena itu dalam konteks diatas, buka kelas (open class) semestinya menjadi bagian tidak terpisahkan dalam iklim persekolahan kita.

Open Class meberikan kesempatan bagi kita (guru) untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin terkait praksis pembelajaran yang kita laksanakan selama ini. Pengumpulan informasi ini menjadi sangat penting untuk dijadikan bahan analisis secar mendalam terkait tahapan dan proses pembelajaran yang kita laksanakan. Tahapan-tahapan ini akan membawa semangat dan gairah perubahan dalam banyak hal dan utamanya bagaimana kita membelajarkan siswa. Selama ini kita merasa cukup nyaman (comfort zone) dengan gaya dan kebiasaan mengajar kita. Banyak dari kita yang masih memercayai jikalau mengajar sama dengan belajar. Anggapan inilah yang kemudian menjadikan kegiatan mengajar sangat monoton dan kurang "gila". Satu metode/teknik digunakan untuk berbagai materi, kondisi dan situasi (one size fits all). Bisa jadi kita bercerita bagaimana kelas kita berjalan dengan sangat baik namun disisi lain kita mengeluhkan prilaku dan daya serap siswa yang rendah. Sebenarnya inilah pertanda awal bahwa kita butuh refleksi. Keluhan terkait pembelajaran di kelas bisa menjadi pelecut perbaikan mengajar namun juga sebaliknya. Keluhan semacam ini jika dicarikan jalan keluar atau diperkaya dengan praktik terbaik dalam area yang sama akan membuka peluang munculnya perbaikan pembelajaran. Namun demikian, tidak sepantasnya keluhan ini dijadikan sebagai excuse atas ketidakmampuan kita membelajarkan anak. Kalau hal tersebut terjadi, maka kita akan dengan sangat mudahnya memperlakukan anak atas dasar persepsi yang dibangun dari keluhan-keluhan tersebut.

Catatan-catatan kecil yang kita buat selama pembelajaran juga bisa dijadikan bahan untuk diskusi dan pemecahan masalah di kelas. Dalam catatan kecil tersebut, kita bisa menggambarkan bagaimana reaksi dan aksi yang kita lakukan di kelas. Aksi dan reaksi memengaruhi bagaimana pembelajaran kita semaikan di kelas. Reaksi yang negatif dan berlebihan akan mendorong kita menjadi impulsif dan diktator. Marah, menghardik anak atau dalam tahap yang lebih parah melakukan corporal punishment. Saya menemukan sebuah panduan yang sangat menarik untuk memulai melakukan tahapan awal refleksi pembelajaran disini (http://www.teachingenglish.org.uk/sites/teacheng/files/teaching_diary.pdf).

Persekolahan kita juga terbiasa melaksanakan open class. Sayangnya, kegiuatan tersebut bersifat tertutup dan hanya kepala sekolah dan tim penilai PKB yang berhak ikut dalam kegiatannya. Membuka peluang bagi sejawat atau praktisi pendidikan untuk terlibat dan melakukan observasi langsung pada pembelajaran kita akan dengan sendirinya memunculkan peluang perubahan pembelajaran.

Setiap akhir semester, misalnya, saya selalu memberikan angket sederhana pada siswa terkait pembelajaran selama satu semester. Terdapat beberapa pertanyaan untuk memancing siswa melaksanakan penilaian pada pembelajaran yang diikutinya. Diantara pertanyaan tersebut adalah (1) bagaimana perasaan anda dalam pembelajaran yang saya ampuh? (2) Apa yang anda senangi dalam kelas Bahasa Inggris? (3)Apa kekuatan pembelajaran yang saya laksanakan?(4) Bagaimana caranya agar pembelajaran bahasa Inggris menarik bagi anda? (5) Tuliskan saran anda terkait pembelajaran di semester mendatang!.

Masukan dari siswa tersebut sangat berarti. Analisis dan refleksi atas feedback yang diberikan siswa tersebut akan mendorong kita menemukan jalan terbaik pembelajaran selanjutnya. Apakah kita akan tetap memaksakan apa yang kita lakukan selama ini atau berani melakukan perubahan dan inovasi yang berbeda. Semua berpulang pada kemamuan kita untuk berubah.

Kegiatan refleksi atas pembelajaran yang kita laksanakan akan mendorong kita uyntuk lebih banyak berfikir. Kegiatan berfikir akan semakin kaya jika kita saling berbagi dengan sejawat atau guru senior yang berpengalaman dan kaya pengetahuan akan area tertentu. Disisi lain, membaca buku pendukung dan praktik baik area sejenis akan menambah spektrum dan wawasan serta ketrampilan membelajarkan anak di kemudian hari. Jangan malu untuk bertanya dan meminta bantuan teman sejawat dalam memperbaiki kualitas pembelajaran kita. Oh ya, saya hampir lupa, dalam kegiatan open class tersebut, saya menggunakan bahasa Korea lebih banyak dari biasanya. Ada proses tunningyang saya inginkan terjadi untuk membangun rapport yang baik. Saya memercayai apa yang dikatan oleh Nelson mandela di atas. Selamat berefleksi dan semoga kita menemukan jalan terbaik dalam mencerdaskan tunas bangsa.#Suwon: 29/10/2018: 10:55 Seize The Day day and 화이팅.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren dan asyik pembelajaran itu, lebih asyik saat menysntap sotonya. Sukses selalu dan barakallah

29 Oct
Balas

boleh nyontek angket akhir semesternya ya :D

29 Oct
Balas



search

New Post